Suara Hati Serma (Part 3) Tantangan Menulis Hari 24
Sakitmu Sakitku, Senyummu Senyumku
P :"Cukup aku dan dokter yang tahu. Kamu tidak usah tahu. Pahamilah aku. Ini caraku untuk membuat orang yang ada disekitarku tidak sedih."
Serma :"Beginikah caramu memperlakukanku? Aku siapa bagimu? Sampai-sampai tak memperbolehkanku mengetahui bagaimana kondisimu?
P :"Jika kamu masih memaksa untuk tahu, maka cukup sampai disini hubungan kita!"
Mendengar apa yang disampaikan sang belahan jiwa, Serma pun hanya bisa terdiam. Menunduk dan tak henti air matanya menetes membasahi pipinya. Sebagai seorang yang dekat dia tak mampu berbuat apa-apa. Hanya yang mampu dia lakukan adalah kuat dan selalu mendampinginya. Karena inilah yang diingkinkan sang kekasih. Ibarat seseorang yang berada di tengah lautan, yang dibutuhkan hanyalah pelampung atau datangnya perahu untuk menolong. Bukannya bersama dalam dalamnya lautan. Yang dibutuhkan adalah doa dan restu untuk senantiasa selalu bersama dan tak ingin satu yang lainnya sedih akan keadaannya.
Tapi, hal ini tetap saja masih membuat hati Serma sedih dan teriris. Seperti tersayat rasanya, sakit dan susah untuk bernafas. Mengetahui bahwa sakit yang diderita sang kekasih bukanlah sakit yang biasa.
Serma hanya bisa berharap semua kan baik-baik saja dan punya kesempatan untuk bersama suatu hari nanti.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar