Mata dan Tangan yang Memahami
#Tantangan Menulis Hari 15
Mata dan Tangan
Benar gak sih, kalau yang orang yang membuat kita menangis justru orang yang kita sayangi?
Lantas, haruskah selalu harus memahami dan menahan ego untuk kelanggengan suatu hubungan?
Dan, apakah setelah memahami maka akan berbalik ada rasa mengerti dan memahami kembali?
Inilah anugrah Tuhan, berupa rasa yang tak pernah kita tahu kapan akan muncul maupun kapan akan pergi. Rasa adalah karuniaNya yang diberikan pada siapa saja makhlukNya.
Hanya saja, untuk memelihara rasa tidaklah mudah. Butuh ada kata saling. Jika memang menuntut untuk lebih memahami, maka berbaliklah kembali untuk juga mau mengerti. Bukan hanya menuntut untuk dipahami. Ibarat tangan dan mata.
Bukankah ketika ada air mata yang berjatuhan mata lah yang senantiasa menyekanya. Itulah tangan yang senantiasa pada mata. Tapi ketika mata bersedih, tangan tak mau menyeka air yang berjatuhan bukankah ego namanya.
Entahlah, masing-masing punya sifat yang berbeda. Ada yang ingin selalu diperhatikan dan dimengerti. Ada yang tak mau jika dikekang tapi meminta untuk dipahami. Ada yang selalu memaafkan dan berharap untuk dimengerti. Yang jelas perlu adanya suatu komunikasi antara kedua belah pihak inginnya bagaimana untuk kebaikan bersama. Bukan justru diam dan marah ketika diminta untuk lebih mengerti dan memahami.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar