Senja Kinanti(8)
#tantangan_365_hari_ketigaratustigapuluhsembilan_17022021
“Ngelamun lagi!” tiba-tiba suara cempreng vera sudah berada dibelakang Kinan.
“Akhir-akhir ini kerjaanmu ngelamun aja, ada apa sih?” Vera menghempaskan diri disebelah Kinan, dipegangnya pundak sahabatnya, kemudian ditepuknya lembut. Kinan menoleh, senyum tipisnya terbit, menyambut sahabat setianya.
“Pusing aku Ver,”keluh Kinan sembari menghela napas.
“Kenapa? Kemarin kamu bahagia banget ketemu idolamu, sekarang sedih, piye to ? atau skripsimu ditolak?” Vera menatap heran gadis disebelahnya yang tampak sedang memikirkan sesuatu.
“Bukan masalah skripsi, Ver,”
“Terus apa?”
“Mimpi apa aku semalam ya? tiba-tiba ada cowok yang nembak aku,”
“Apa? nembak? Mas ganteng kemarin itu? wah hebat kau!”
“Kamu iih! Nyerocos aja! bukan itu orangnya,”
“Terus siapa lagi?hebat banget tuh orang,berani nembak kamu, biasanya baru mau deketin kamu aja, dia udah takut sama kamu,”Vera tersenyum menggoda gadis disebelahnya. Sebenarnya Vera tak begitu kaget mendengar Kinan ditembak cowok, Karena wajah dan senyum manis Kinan itu selalu menarik perhatian lawan jenisnya. Kinan bukanlah gadis cantik kemayu dengan make up selayaknya mahasiswa masa kini, bahkan polesan wajahnya hanya cukup menggunakan bedak remaja saja. Lipstik pun tak pernah menyentuh bibirnya yang merah alami.
Namun wajah ramah dan senyum manisnya selalu mengembang setiap bertemu dengan orang lain. Hal itulah yang menjadi nilai plus baginya. Hanya saja dia selalu mengabaikan setiap kali ada seseorang yang menyatakan perasaannya. Dia selalu menganggap semuanya teman, karena dia tak pernah ingin terikat dalam sebuah hubungan yang bernama pacaran. Itulah yang menyebabkannya sering diejek oleh beberapa temannya, karena tak mau pacaran. Pendidikan agama yang diberikan orang tuanya menjadi bekal dia sampai saat ini, sehingga dia tahu bahwa pacaran dilarang dalam agama. Meski dalam penampilan sehari-hari dia belum bisa mencerminkan sebagai seorang muslimah sejati. Celana denim dan tunik masih menjadi pakaian faforitnya, serta jilbab pendek yang menutupi mahkotanya.
“Mas Ifan,”
“What? Mas ifan? Kakak tingkat yang juga sahabatmu itu, berani nembak kamu?” tanya vera dengan mata melotot.
“Itulah Ver, yang aku sesalkan,”sahut Kinan dengan wajah sendu.
“Kinan, sebenarnya aku nggak terlalu terkejut sih, aku sudah menduga, seorang laki-laki yang dekat dengan wanita, contohnya kamu sama Mas Ifan, nggak ada tuh! kamusnya sayang sebagai sahabat atau kakak, bulshit! Nggak ada!”
“Tapi, aku bener-bener tulus menganggapnya sebagai sahabat saja Ver,’
“Iya, kamu. Lha dia? Buktinya apa? dia nggak bisa kan?” Kinan bergeming mencerna ucapan sahabatnya. Diam-diam dia mengakui kebenaran ucapan sahabatnya. Dia merasa bersalah dengan sikapnya selama ini, yang memberi peluang sosok laki-laki untuk menyapa hatinya. Namun maksud Kinan tidak seperti itu, dia hanya ingin berteman dengan siapapun.
“Ver, terus aku mesti gimana?” Vera menatap iba sahabatnya.
“Heran aku sama kamu, cantik nggak, tapi yang naksir ngantre! Lihat nih aku! pingin punya pacar aja, nggak ada yang ngelirik!” gurau Vera menghibur sahabatnya yang sedang dirundung kegalauan.
“Ngantre! Emangnya toilet! Ver! Aku harus gimana nih ?”
“Apa Mas Ifan buat aku aja ya?” Vera mengedipkan sebelah matanya.
“Silakan aja, ambil sana! buat kamu,”
“Hahaha, mana mau Mas Ifan sama aku?”Vera terbahak menertawakan dirinya sendiri yang mustahil mendapatkan sosok Ifan. Sosok yang diidolakan kaum hawa di Fakultas Sastra. Meski buka mahasiswi Fakultas sastra, dia banyak tahu kisah anak-anak sastra dari Kinan. Apalagi Ifan sering main ke kos Kinan, dan dia juga sering menemani Kinan ketika Ifan datang.
“Belum dicoba juga,”
“Apaan sih? nggak non, aku cuma bergurau aja kok, lagian dia sukanya sama kamu, nggak mungkinlah begitu aja pindah ke orang lain,”
“Tapi, aku ngak bisa Ver,”
“Apa karena dihatimu sudah ada Rafa?”Vera menatap serius mata bening sahabatnya. Kinan terkesiap mendengar pertanyaan tiba-tiba dari sahabatnya. Sejenak bergeming, memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjawabnya.
“Entahlah! Aku masih bingung dengan perasaanku sendiri,”
“Tapi sepertinya kamu masih mengharapkannya, Nan,” Kinan tersenyum tipis, kembali ragu untuk menjawabnya. Tiba-tiba dirasakan tangannya sudah dalam genggaman tangan Vera.
“Ingat, kamu kemarin bilang apa? fokus skripsi kan?”
“Iya juga Ver, kenapa aku bisa lupa?” Kinan menepuk keningnya.
“Abaikan semuanya dulu, kembali fokus skripsi dan tak lupa, berdoa setiap saat, oke?”
“Siap! sahabatku, makasih ya Ver, kamu selalu ada buatku,”
“Iih! Ngapain sih jadi mellow kaya gini!”
“Kamu sih!
“Hahaha, makan yuk! laper banget nih!”
*SA*
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cerpen yang menarik bu. Salam sukses dan sehat selalu
Terima kasih Bapak