Shanti Ardhini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Senja Kinanti(7)

Senja Kinanti(7)

#tantangan_365_hari_ketigaratustigapuluhdelapan_16022021

Ifan melangkahkan kakinya menuju taman yang terletak di depan fakultas sastra. Ia mencari bangku kosong yang terletak disudut taman dibawah rerimbunan pohon cemara dan bambu jepang yang tertata apik. Menambah sejuk suasana taman.

“Sorry Mas, kelamaan nunggu ya?” tiba-tiba Kinan sudah berdiri di belakang Ifan, sembari menenteng bendelan kertas yang dimasukkan ke dalam map plastic.

“Nggak juga, tapi cukup bikin aku ngantuk aja sih,” sindir Ifan sembari tersenyum.

“Maaf deh, dosennya minta diskusi dulu sih, jadi kelamaan nih,”

“Nggak papa, kalau pingin skripsinya berkualitas, emang harus gitu,”

“Oh iya, Mas Ifan ada perlu apa sama aku?” Kinan mengambil tempat duduk disebelah Ifan.

“Emang nggak boleh ya? kalau aku kangen sama adikku? jahat banget sih!”

“Ya boleh banget dong, cuma tumben aja, tiba-tiba ngajak ketemuan, sok resmi pula,” sahut Kinan mencebik.

“Hahaha, kamu tuh ada-ada aja, kita kan udah lama ngga ketemu non, kangen tahu! sama tawa renyahmu,” Ifan tertawa sambil menepuk pundak gadis manis disebelahnya.

“Bener juga ya Mas, akhir-akhir ini, kamu sibuk banget sih, sama skripsi , sampai-sampai di kampus pun kita jarang ketemu,”

“Iya juga ya, begitulah Nan, bentar lagi kamu juga akan merasakan hal yang sama, kamu akan bolak-balik konsultasi dosen, perpustakaan, begitu seterusnya,” tutur Ifan. Kinan pun mendengarkan dengan saksama.

“Oh iya Mas, setelah wisuda ,kamu mau mudik ke Semarang?”

“Hmm, belum tahu sih, tapi rencananya aku mau cari kerja disini dulu,”

“Sekalian aja cari istri orang sini juga, lumayan kan? nggak usah nyari kos,”sindir Kinan, kemudian diikuti dengan tawa renyahnya.Ifan yang terlihat gemas kemudian memukul lembut pucuk kepala Kinan dengan gulungan kertas yang ada ditangannya.

“Emang aku cowok matre? Lagian kerja aja belum ,kok mau nyari istri,”

“Lho! kan persiapan Mas, sekalian buat pendamping wisuda juga,”

“Kamu mau jadi pendamping wisudaku?” tiba-tiba Ifan menatap lekat mata lebar disampingnya. Kinan terkesiap melihat wajah laki-laki dihadapannya mendadak serius.

“Kamu ngapain mas, serius banget, “sahut KInan mengabaikan pertanyaan Ifan.

“Aku memang serius, jadi tolong jawab pertanyaanku dengan serius juga, mau nggak kamu jadi pendamping wisudaku?” Ifan kembali mengulang pertanyaan tadi.

“Gimana sih mas! kamu kan udah kuanggap seperti kakakku sendiri, pastilah! aku akan mendampingi wisudamu, ” sahut Kinan nyengir.

“Kinan, dengerin! Aku mau ngomong serius!”

“Sebentar Mas, aku kabari Vera dulu kalau aku nunggu disini,” Kinan mengeluarkan ponselnya dari dalam tas , kemudian mengetikkan sebuah pesan kepada sahabatnya. Sejenak bergeming, menunggu balasan. Tak lama kemudian notif ponselnya berbunyi, setelah membacanya, kemudian memasukkan ponselnya kedalam tas.

“Oke Mas! Vera masih lama, jadi aku masih punya waktu buat dengerin cerita Mas Ifan ,”

“Kinan aku mau ngomong jujur, semenjak aku kenal kamu, kemudian akhirnya kita dekat, entah kenapa perasaanku ke kamu semakin dalam, aku nggak bisa kalau hanya menganggapmu sebagai adik, padahal rasa itu sudah berusaha aku abaikan, tapi nggak bisa.Justru semakin aku abaikan, rasa itu semakin tumbuh. Kinan, aku nggak memaksamu. Saat ini, aku hanya ingin mengungkapkan apa yang selama ini aku rasakan,”Kinan tertegun, ia benar-benar nggak menyangka, ternyata laki-laki yang dianggapnya sebagai seorang kakak, punya perasaan lain terhadapnya. Kinan bergeming, kemudian mengalihkan tatapannya ke arah taman, Berusaha mencerna apa yang diungkapkan Ifan.

“Mas, tapi aku nggak bisa,” ucap Kinan lirih.

“Kinan, nggak bisakah kamu sedikit aja, membuka hatimu untuk aku?” Ifan menatap Kinan dengan tatapan mengiba. Kinan benar-benar bingung harus berkata apa, sementara dia nggak ada perasaan sedikitpun dengan laki-laki disampingnya, selain menyayanginya sebagai seorang kakak.

Sejurus kemudian Kinan menggeleng.

“Apa kamu nggak mau mencoba?”

“Entahlah mas,” disisi lain Kinan juga tidak ingin Ifan bersedih, kemudian putus asa dan membencinya.

“Mungkinkah di hatimu sudah ada orang lain?” mendadak Kinan merasa gamang untuk menjawab, bahwa sejujurnya ada satu nama dihatinya. Namun Ifan pasti akan bertanya terus, siapa orang itu. Sementara orang yang diharapkan Kinan saja, tidak tahu akan perasaannya.

Kinan menatap lekat sosok disampingnya. Ifan juga tak kalah tampan disbanding Rafa, postur tubuh juga hampir sama. Hanya saja tubuh Rafa lebih berisi dibandingkan Ifan. Tapi entah kenapa, rasa itu belum bisa tumbuh.

Ifan tersenyum, kemudian menepuk pundak gadis adik tingkatnya.

“Sudahlah, nggak usah terlalu dipikirkan, fokus ke skripsi kamu dulu aja,” suatu saat ,kalau kamu sudah siap dengan jawaban, aku akan temui kamu,” Ifan tersenyum, kemudian menepuk pundak adik tingkatnya. Kemudian berlalu meninggalkan Kinan yang masih terbengong.

*SA*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post