Senja Kinanti(4)
#tantangan_365_hari_ketigaratustigapuluhlima_13022021
“Nggak juga, eh! kamu sendiri kenapa belum punya pacar?” tanya Rafa.
“Hmm, nggak papa sih, belum laku aja kali,” sahut Kinan terkekeh.
“Masak cewek seperti kamu belum punya pacar,”
“Emang harus ya, punya pacar? Nggak kan?”
“Iya sih, Cuma penasaran aja, kok kamu belum punya pacar, “
“Masih pingin bebas aja sih, bebas main kesana kemari, kalau punya pacar kan, nggak bebas, kemana-mana harus sama pacar,” sahut Kinanti mencoba menyembunyikan gejolak dihatinya, bahwa sampai saat ini dia tetap mengidolakan sosok dihadapannya.
“Iya juga sih, lagian dalam agama kita kan nggak memperbolehkan pacaran,”
“Nah! Itu kamu tahu,”Kinan membenarkan ucapan Rafa.
“Eh ngomong-ngomong, udah hampir sore nih, eh iya, aku minta nomer ponsel kamu ya,” Rafa menyodorkan ponselnya kearah Kinan, kemudian gadis itu menuliskan nomer ponselnya di layar tersebut, kemudian menyerahkan kembali ponsel tersebut kepada laki-laki didepannya.
Rafa memencet nomer ponsel Kinan, agar Kinan menyimpan nomornya.
“Oke! simpen ya nomerku,”
“Siap!”
“Kinan, kos mu mana, ayo! aku antar pulang,”
“Kosku belakang swalayan ini kok, deket, tinggal jalan kaki aja,”
“Ayolah! Biar sekalian aku tahu kos mu, misalnya kapan-kapan aku kangen kamu kan nggak susah-susah nyari,” Rafa tersenyum menatap gadis yang sekarang ini tampak lebih menarik.
Sontak Kinan tertegun mendengar kata kangen yang diucapkan laki-laki yang dulu pernah jadi anggota paskibra disekolahnya, meski dia tahu kalau yang diucapkannya hanya gurauan semata, tetapi ada desir aneh di dadanya ketika mendengarnya.
“Hmm oke deh!”
Bereka berdua beriringan menuju tempat parkir sepeda motor. Kemudian Kinan memboceng Rafa menuju kos yang terletak tak jauh dari swalayan tersebut.
“Duduk dulu Fa, aku taruh belanjaan dulu di kamar, ya,” Kinan mempersilakan Rafa duduk di kursi teras, kemudian bergegas masuk untuk menaruh barang belanjaan di kamarnya.
“Baru belanja? Pantesan baru nyampai kos, aku tadi lihat kelasmu udah sepi, begitu sampai kamar, eh kamar masih terkunci, kirain kamu minggat kemana,”sapa Vera, temen sekamarnya, yang selalu khawatir kalau Kinan belum pulang ke kos
“Iya, kebetulan banget, semua kebutuhanku dah mau habis semua, jadi sekalian aja aku mampir,”
“Kamu beli mie nggak?”
“Pasti dong! aku kan tahu kesukaanmu,” sahut Kinan terkekeh.
“Kamu emang sahabat yang baik,” sahut Vera sembari membuka belanjaan Kinan,
“Aku masak ya, aku lapar banget, belum makan,” Vera mengambil sebungkus mie kuah rasa ayam bawang favoritnya.
“Oke! aku tinggal kedepan dulu ya,”
“Lho ngapain kedepan?”
“Ssst! Ada tamu,” bisik Kinan
“Siapa?” Vera menyondongkan tubuhnya kea rah ruang tamu.
“Eits! dia ada di teras, jadi kamu nggak usah liat dulu yaa, kamu bikin mie aja sana!”
“Wah! Penasaran nih! aku ngintip aah!” gegas Vera berjalan menuju jendela ruang tamu. Dari jendela tampak terlihat sosok yang belum pernah dilihatnya.
“ Kinan! Siapa tuh! masya Allah ganteng banget, kamu nemu dimana?” tanya Vera dengan mata melotot. Kinan yang edang berjalan menuju teras hanya terkekeh melihat tingkah sahabatnya yang selalu membuatnya tertawa.
“Husst! Berisik!, udah sana masak mie, ntar aku ceritain,” Kinan mendorong lemut pundak sahabatnya.
“Ah! kamu, kalau punya yang ganteng kaya gini, diem-diem aja,” Vera bersungut-sungut berlalu meninggalkan Kinan yang terkekeh.
“Mau minum lagi?” tanya Kinan setelah mengambil tempat duduk disebelah Rafa.
“Nggak, masih kenyang juga, eh ngomong-ngomong, kos mu bagus juga, tampak sejuk,”
“Alhamdulillah, emang kosmu seperti apa?”
“Namanya juga kos laki-laki, yaah, seperti itulah, makanya rencana aku mau ambil kredit perumahan aja, hitung-hitung nabung,”
“Hebat kamu, bikin ngiri aja, kamu udah bisa kredit rumah sendiri, sedang aku? masih minta sama orang tua,” sahut Kinan tersenyum kecut.
“Bentar lagi kan kamu lulus, terus cari kerja,”
“Aamiin, doain ya, semoga aku cepet lulus,”
“Insya Allah,”
“Eh iya, kinan, ngapain kamu nggak kos dideket kampus ? ini kan agak jauh ke kampusnya,” tanya Rafa.
“Biar deket sama jalan raya, jadi kalau habis mudik kemaleman, kan nggak kejauhan. Kalau deket kampus, dari jalan rayanya agak jauh,”
“Iya juga ya, tapi kalau Linda suka yang deket kampus, katanya biar nggak capek,” Kinan hanya tersenyum kecut mendengar Rafa menyebut mantan namanya.
“Fa, kamu masih cinta ya, sama Linda?” tanya Kinan lirih.
“Hmm, gimana yaa, sebenarnya aku masih sayang sama dia, tetapi aku juga sakit hati, ketika tahu dia mengkhianatiku,”mendadak sebersit rasa kecewa muncul di hati Kinan yang sedari tadi sedikit berbunga, karena bisa bersama sang idola.
***
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar