Shanti Ardhini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Senja Kinanti(22)

Senja Kinanti(22)

#tantangan_365_hari_ketigaratuslimapuluhtiga_03032021

“Menjelang magrib, nggak baik melamun!”Kinan berjingkat ketika tiba-tiba ada yang menepuk punggungnya. Sontak kepalanya menoleh.

“Kamu! ngagetin aja sih! serasa mau copot jantungku,” seru Kinan mendengus kesal.

“Kamu juga, kemana aja seharian? Jam segini baru pulang?”

“Nyari buku referensi ke gramedia, nggak nemu-nemu, susah banget dicari, tuh dosen suka banget bikin mahasiswanya pada kelimpungan,”sahut Vera dengan raut wajah terlihat lelah.

“Emang buku literatur buat apa?”

“Buat skripsiku, masak harus beli juga? Biasanya kan cukup baca di perpus aja, eh ini, maksa beberapa mahasiswa yang dibimbingnya untuk beli buku tersebut, katanya sampai lulus nanti buku itu tetap bermanfaat,” sahut Vera dengan kesal, sembari berjalan bersisihan dengan Kinan menuju kamarnya.

“Ya udah, tuh! teh hangatnya diminum, biar keselnya hilang,” Kinan menunjukkan secangkir air teh yang berada diatas meja belajarnya.

“Masyaallah! Tumben, hari ini baik banget,” Vera tersenyum menggoda sahabatnya.

“Enak aja tumben! baik tiap hari, kali!” sahut Kinan mencibir, sembari melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, karena azan magrib, telah berkumandang.

Setelah menyimpan ranselnya, Vera meluruskan kakinya yang cukup pegal, setelah seharian berkeliling di toko buku. Diambilnya cangkir yang berisi air teh, kemudian menyesapnya perlahan. Vera tersenyum menikmati sensasi teh buatan Kinan, yang selalu pas, baik rasa tehnya maupun manisnya. Ini yang membuat Vera selalu kangen dengan teh hasil seduhan Kinan. Hingga tak merasa sungkan meminta Kinan untuk menyediakan teh hasil seduhannya setiap pagi, tentunya sekalian Kinan bikin untuk dirinya sendiri. Meski sebagai gantinya Vera harus bertugas membeli sarapan di warung langganan mereka.

“Mandi gih!” Kinan menggelajar sajadah disebelah Vera, hingga gadis itu pun menyingkir, dan merebahkan tubuhnya di ranjang.

“Bentar ah! pegel banget nih! kaki,”

“Dasar pemalas!”

Selagi Kinan menunaikan sholat magrib, Vera bangkit dari ranjang, kemudian mengambil baju ganti di lemari. Ketika sedang menutup pintu lemari, tiba-tiba terdengar nada dering ponsel Kinan. Vera celingukan mencari sumber suara, karena ponsel itu bordering terus, nampaknya bukan hanya miscall, dia khawatir kalau-kalau ada yang penting. Vera memicingkan matanya. Tangannya segera membuka bantal, dan ternyata benar benda persegi itu tertutupi bantal. Matanya membulat ketika terlihat sebuah nama dilayar ponsel tersebut. Rafa, hmm, pasti penting. Tangannya ragu antara mengacuhkannya atau menerima telfon laki-laki itu. Ah! sudahlah! biarin aja, kalau penting, nanti kan telpon lagi,”gumam Vera sembari melangkah menuju kamar mandi.

Kinan melipat mukenanya, diambilnya ponsel yang tergeletak diranjang. Matanya memicing, ada beberapa panggilan tak terjawab dari Rafa. Ada beberapa pesan juga di aplikasi hijaunya. Ternyata sebelum telfon, Rafa telah mengirimkan beberapa pesan.

[Kinan, aku otw ke kosmu]

[aku sholat di masjid deket kosmu]

Kinan terperanjat, tak menduga laki-laki itu bener-bener serius mau datang. Menjelang magrib lagi, padahal, biasanya menjelang magrib dia baru pulang dari kantor. Apa sekalin pulang kantor ya? terus langsung mampir? Berbagai tanya dibenak Kinan. Dia segera bergegas mengganti kaos oblong dan celana pendeknya dengan kaos lengan panjang dan celana denimnya, disambarnya jilbab instan yang menggantung di belakang pintu kamar. Tak lupa memindai badannya di cermin besar yang terletak disebelah kamar mandi.

“Mau kemana kamu?” Vera menyeritkan dahinya melihat sahabatnya sudah tampil rapi dan cantik, meski tanpa polesan make-up.

“Rafa mau kesini,”

“Pantesan!” ucap Vera dengan tatapan menggoda.

“Pantesan apa?’

“Pantesan udah cantik, rapi dan wangi,” sahut Vera dengan senyum menggodanya.

“Enak aja! tiap hari aku selalu tampil cantik, rapi dan wangi kali!”

“Oh iya, tadi pas kamu salat ada telpon tuh dari Rafa, aku ragu mau mengangkatnya, takut kamu nggak berkenan,’

“Gayamu! Sejak kapan apa yang kamu lakukan nggak berkenan dihati Kinan? perasaan semua selalu aku maklumi,” Kinan mendengus kesal, sementara sahabatnya yang sedang menggulung rambut basahnya dengan handuk hanya terkekeh.

“Mbak Kinan! ada tamu,” tiba-tiba terdengar teriakan dari lantai bawah.

“Iya sebentar!” seru Kinan sembari melangkah meninggalkan sahabatnya yang masih terkekeh, dengan langkah pelan kaki jenjangnya menuruni tangga, menuju ruang tamu.

*SA*

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap Bu semiga sukses. Salam

03 Mar
Balas

Aamiin, terima kasih

03 Mar



search

New Post