Senja Kinanti(21)
#tantangan_365_hari_ketigaratuslimapuluhdua_02032021
Cuaca panas sore ini membuat Kinan yang baru saja tiba dari kampus, ingin segera mengguyur tubuhnya yang terasa lengket. Maklum saja, seharian berada di kampus dengan berbagai aktifitas membuatnya sedikit lelah dan berkeringat.
Pagi tadi, setelah berkonsultasi skripsi dengan pembimbing dua, diruang itu juga Kinan dipanggil oleh Bu Sofia, dosen yang selalu mempercayakan beberapa pekerjaannya kepada Kinan. Gadis bergigi gingsul ini, selain cerdas, juga mahasiswi yang cekatan, sehingga sekarang ini, dia dipercaya untuk membantu dosen yang anggun dan berwibawa itu. Bagi Kinan mendapat kepercayaan seperti itu, membuatnya merasa bangga, meski terkadang dia sendiri agak kerepotan membagi waktu. Namun bukan Kinan, jika tak bisa membagi waktu.
Pagi tadi Bu Sofia,menyuruhnya membantu merapikan beberapa dokumen-dokumen di ruangannya, karena saat itu kebetulan Bu Sofia sedang beberes ruangannya. Sungguh beruntung ketika beberes tadi , dia menemukan sebuah buku yang sangat diperlukan untuk bahan literatur dalam skrisinya.
“Bu, boleh nggak ,saya pinjam buku ini?” Kinan menunjukkan sebuah buku sastra yang sedang di rapikan di rak buku disebelah meja kerja Bu Sofia.
“Ambil aja,”
“Beneran Bu? Saya boleh pinjam?” Kinan menatap penuh ragu kearah dosen ramah itu.
“Ambil saja buat kamu,” Bu Sofia tersenyum menatap mahasisiwi kesayangannya. Entahlah sejak mengenal gadis itu, ketika mengajar di semester dua, dia udah suka dengan gadis manis itu. Tindak tanduknya yang selalu menjaga adab, tutur katanya yang sopan dan selalu cekatan dalam bekerja. Sejak saat itulah, dia sering mempercayakan sebagian tugasnya kepada Kinan, ketika dia sedang repot.
Kinan menghempaskan tubuhnya di lantai kamarnya. Sejenak meluruskan kakinya yang terasa sedikit pegal, sembari melepas jilbab segi empatnya. Diteguknya segelas air putih yang berada diatas mejanya. Sensasi segar dan dingin di tenggorokan membuatnya serasa menikmati guyuran es , setelah terkena sengatan matahari sore ini.
Setelah menikmati rehatnya sebentar, Kinan segera mengambil peralatan mandinya dan baju ganti, kemudian bergegas menuju ke kamar mandi yang kebetulan kosong. Biasanya saat sore seperti ini, sudah berjajar antrian didepan pintu kamar mandi.
Selesai sholat asar, Kinan menghempaskan tubuhnya di ranjang, disisirnya rambut legam panjangnya yang basah, sembari melihat jam dinding. Sesore ini kenapa Vera belum pulang?”sambil menunggu kedatangan sahabatnya, diambilnya ponsel di saku ranselnya, yang sedari tadi belum sempat disentuhnya. Matanya terbelalak, melihat begitu banyaknya pesan yang belum sempat dibuka. Kebanyakan pesan-pesan dari beberapa grup sekolahnya dulu. Matanya tertuju pada satu pesan yang sempat ditunggunya dari kemarin. Diabaikannya pesan-pesan di grup, gegas telunjuknya beralih ke sebuah pesan yang begitu dirindukannya.
[Kinan, maafkan atas sikap Linda kemarin ya] Kinan mendengus kesal mendengar nama gadis itu. Entahlah dari dulu dia merasa kurang simpati dengan Linda. Selain kurang ramah, dia juga suka pilih-pilih teman.
[nggak papa , udah biasa]
[aku jadi nggak enak sama kamu]
[kenapa jadi kamu yang merasa nggak enak? Oh iya, kamu kan mantannya ya? aku kok lupa, jadi permintaan maafnya diwakilkan gitu ya] emosinya seketika memuncak, segitunya banget sikap Rafa kepada mantan pacarnya. Apa mungkin mereka masih ada rasa saling mencintai? Argh! Bodo amat!.
[kok kamu jawabnya gitu sih? kamu marah ya]
[sudahlah! kamu jadian lagi aja sama Linda, dari sikapmu tuh udah jelas, kalau kamu nggak bisa lepas dari dia] entahlah kenapa Kinan bener-bener nggak bisa mengontrol emosinya. Perlahan matanya menghangat.
[kamu bicara apa sih? kamu pasti marah! Oke aku ke kosmu sekarang juga!] Kinan membulatkan matanya melihat balasan dari Rafa.
[Nggak usah!] Kinan menutup aplikasi hijau tersebut, kemudian meletakkan kembali ponselnya diatas meja belajarnya. Di lafadzkannya istighfar berulang-ulang, hingga emosinya mereda. Kemudian dia beranjak ke dapur untuk membuat secangkir teh hangat, siapa tahu bisa membuat perasaannya tenang kembali.
Perlahan diusapnya air mata yang sempat menetes di pipi. Kinan tak ingin vera mengetahuinya. Mengingat sahabatnya, diambilnya cangkir satu lagi. Hampir saja lupa membuatkan minuman faforit sahabatnya.
Kinan membawa cangkirnya menuju balkon di depan kamarnya. Matanya menatap senja yang temaram, sambil sesekali menatap jalanan yang tampak ramai lalu lalangnya anak kos yang sedang beburu makan malam.
*SA*
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar