Senja Kinanti (36)
#tantangan_365_hari_ketigaratustujuhpuluhdua_22032021
Senyum cerah menghiasi wajah manis Kinan yang sore ini sedang duduk di teras kamarnya menatap langit senja yang berwarna jingga. Matanya fokus pada ponsel di tangannya. Sesekali wajahnya merona, kemudian tersenyum lagi.
Sejak menyatakan cintanya, Rafa semakin rajin berkirim pesan kepada gadis pujaannya. Pesan ringan yang berisi candaan itu semakin menjadi candu buat Kinan. Sehari saja Rafa tak berkirim pesan, Kinan tampak gelisah dan uring-uringan. Kinan menyadari sepenuhnya dalam hati, bahwa cintanya kepada laki-laki itu semakin besar, tetapi dia belum ingin mengungkapkan semua isi hatinya kepada laki-laki itu. Entahlah Kinan belum bisa percaya begitu saja, masa-masa SMA begitu membayanginya.
“Woi! Senyum-senyum sendiri! banyak setan lewat lho, jelang magrib gini!” Suara cempreng Luna membuat Kinan terlonjak kaget.
“Kamu! ngagetin aja!”
“Ngapain sih dilamunin terus? Tinggal jawab iya, udah, beres,” celoteh Luna yang sudah mendengar cerita dari Kinan bagaimana dalam sehari dapat tembakan cinta dari dua orang cowok.
“Aku masih bingung,” Mata Kinan menatap langit senja yang temaram.
“Sebenarnya apa sih, yang membuat kamu risau seperti ini?”
“Aku nggak tega menolak cinta Mas Ifan, bagaimanapun juga, dialah yang selama ini menemani hari-hariku, disaat aku susah, dialah yang selalu ada untukku, sedangkan Rafa, dialah laki-laki impianku, sosok yang aku kagumi dari dulu, yang dulu sangat aku harapkan cintanya, coba! Bagaimana aku nggak bingung?” Kinan menatap sahabatnya dengan mata sendu.
“Kamu mau nggak nurut sama aku?bukannya apa-apa, aku hanya ingin yang terbaik untukmu, bagaimanapun juga kamulah sahabat terbaikku,” ucap Luna dengan wajah tampak khawatir melihat sahabatnya yang sering melamun sendirian.
Kinan mengangguk. Ditatapnya tajam sahabatnya yang sudah beberapa bulan ini mengenakan jilbab syarinya. Kinan percaya, sahabatnya yang sudah sering mengikuti kajian-kajian keislaman ini pasti akan memberikan nasihat terbaiknya.
“Kinan, sebelumnya mohon maaf,bukan maksudku untuk mengguruimu, tetapi, didalam islam itu tidak ada istilah pacaran. Jadi kalau memang Mas Ifan atau Rafa benar-benar serius sama kamu, harusnya langsung melamarmu. Semakin dalam aku mempelajari tentang islam, betapa sebenarnya hidup kita akan terasa enak dan nyaman, jika apa yang kita jalankan sesuai tuntunan Al-Quran dan khadist, hanya saja kita sebagai manusia seringkali melanggar tuntunan itu, Astaghfirullah! Nah Kinan, kamu paham kan maksudku?” ucapan Luna seakan-akan menampar Kinan. Dia menyadari betapa selama ini jadi manusia penuh dosa. Kinan bergeming, merenungi kata-kata Luna yang semuanya benar. Perlahan matanya menghangat, hingga tak berapa lama luruhlah bulir-bulir bening dipipi mulusnya. Luna menatap sahabatnya yang tergugu, dielusnya pundak sahabatnya.
“Masalah jodoh, pasrahkan sama Allah, jangan kamu meminta Allah untuk memilihkan Ifan atau Rafa, jodoh itu rahasia Allah, kita nggak tahu siapa jodoh kita, bisa saja jodohmu bukan Ifan ataupun Rafa, maka dari itu perbanyaklah memohon padaNya,”
“Luna, maukah kau bantu aku?” Kinan mendongakkan wajahnya kearah sahabatnya dengan mata memerah.
“Kalau itu hal yang baik, insyaallah aku bantu kamu,” Luna tersenyum menatap iba sahabatnya.
“Bantu aku berubah menjadi lebih baik,” Kinan menggenggam erat tangan Luna.
“Insyaallah Kinan, aku siap bantu kamu, kita mulai pelan-pelan ya, yang penting niat yang kuat dari diri kamu sendiri,”
“Luna, kalau kamu ikut kajian, aku diajak ya,” Luna mendadak terperanjat mendengar ucapan sahabatnya, dalam hati merasa bahagia, terbayang secercah harapan terbentang untuk sahabatnya. Luna tersenyum menatap sahabatnya, direngkuhnya tubuh ramping Kinan, kemudian dipeluknya erat.
“Jangan lupa juga, bangunkan aku ketika kamu sholat malam ya,” Luna mengangguk dan semakin mengeratkan pelukannya, hingga Kinan pun mmerasakan sesak di dadanya.
“Sesek banget nih napasku, lepasin dong,” Kinan berusaha melepaskan pelukannya, sembari mencubit lembut pinggang Luna, hingga Luna pun terkikik geli, kemudian menguraikan pelukannya.
“Azan magrib tuh! sholat magrib dulu yuk,” Luna membimbing sahabatnya untuk mengambil air wudlu, setelah terdengar azan magrib berkumandang.
Kinan segera bangkit dari tempat duduknya dan bergegas mengambil air wudu. Air dingin membasahi wajahnya yang sembab. Terasa dingin hingga sampai ke hati. Entah mengapa hati Kinan terasa damai setelah menerima nasihat dari sahabat, dan dia berjanji akan memperbaiki semuanya satu persatu.
Kinan berjanji dalam hati akan segera berbenah, dan untuk sementara ini dia akan fokus menyelesaikan skripsinya terlebih dahulu. Masalah Ifan maupun Rafa, Kinan akan memohon petunjuk kepada Allah, melalui munajat-munajatnya.
*SA*
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar