Senja Kinanti ( 32)
#tantangan_365_hari_ketigaratusenampuluhtujuh_17032021
Kinan menggeliatkan tubuhnya yang terasa penat, setelah semalam berkutat dengan revisian skripsinya. Belum lagi deadline artikel yang harus diserahkan kepada Bu Sofia, sebagai pembina jurnal di kampusnya. Tulisan Kinan yang bagus dan berbobot itulah yang membuat Bu Sofia jatuh cinta dengan tulisan gadis itu, sehingga, selalu mengingatkan Kinan untuk mengisi jurnal kampus yang terbit setengah tahun sekali.
Di pencetnya tombol power pada laptop yang masih tergeletak di meja dengan kondisi terbuka. Ditatapnya layar datar tersebut, setelah file nya terbuka. Tangannya memijit pelipis untuk meredakan kepalanya yang sedikit pening setelah semalam menyelesaikan revisian sampai jam dua belas malam. Dihelanya napas panjang, sepertinya otaknya minta istirahat, mendadak buntu, untuk melanjutkan separuh artikelnya yang belum selesai.
Kinan tersentak ketika melihat jam yang terpasang di dinding sudah menunjukkan pukul Sembilan. Bergegas mengambil baju ganti di lemari, kemudian melesat menuju kamar mandi. Acara wisuda pasti sudah mulai. Dia tak ingin melewatkan momen ini, karena hari ini adalah hari bahagia Ifan, setelah menempuh pendidikan selama kurang lebih selama lima tahun.
***
Kinan menatap ribuan mahasiswa yang keluar dari pintu auditorium. Matanya menatap jeli satu-persatu mahasiswa bertoga tersebut, berusaha menemukan sosok Ifan.
“Kinan!” Kinan tersentak, ditengah konsentrasinya mencari cocok diantara ribuan mahasiswa. Kemudian dengan cepet menoleh ke asal suara.
“Mas Ifan!” Kinan berlari kecil menyongsong sosok yang semakin tampan dengan jubah wisudanya.
“Kamu udah dari tadi di sini?” Ifan tersenyum geli melihat Kinan yang datang dengan napas terengah-engah.
“Belum lama sih, oh iya, selamat atas kelulusannya, semoga berkah ya Mas, dan semoga juga cepet dapat pekerjaan,”sahut Kinan dengan wajah semringah, merasa ikut bahagia dengan keberhasilan sahabatnya.
“Makasih banyak Kinan, semoga kamu juga segera menyusul, insyaallah tahun depan kamu wisuda,”
“Aamiin, makasih doanya Mas, oh iya, mana orang tua Mas Ifan?” tanya Kinan sambil celingukan. Ifan menoleh ke arah pintu auditorium. Tampak sepasang suami istri yang berusia tengah baya, sedang berjalan kearahnya. Sepasang suami istri dengan wajah ramah dan penampilan yang sangat bersahaja.
“Kinan, kenalin ini Bapak dan Ibuku. Bapak,Ibu, ini Kinan,” tutur Ifan memperkenal Kinan kepada kedua orang tuanya. Kinan segera mengulurkan tangannya kepada dua orang dihadapannya, kemudian mencium punggung tangan keduanya.
“Ooh! ini to yang namanya Kinan? cantik, pantesan ….” Ibu tersenyum sambil menatap lekat sosok Kinan. Kinan tersentak mendengar ucapan Ibunya Ifan yang seolah-olah sudah mengenal namanya. Matanya membulat menatap Ifan, dengan tatapan menuntut.
“Ibu, apaan sih,” Protes Ifan dengan wajah tersipu, sambil menatap Ibunya yang tengah tersenyum menggodanya.
“Nggak papa Fan, biar Nak Kinan tahu, kalau kamu sangat mencintainya,”
“Bu, jangan bikin Ifan malu dong,” sahut Bapak yang juga tengah tersenyum menggoda putranya.
“Ngapain mesti malu? Begini, Nak Kinan, tiap pulang ke rumah, tak henti-hentinya Ifan cerita tentang kamu lho, apapun itu. Sampai-sampai kami penasaran, seperti apa sih Nak Kinan?” ucapan Ibunya Ifan sontak membuat Kinan tersipu, tak menyangka laki-laki di hadapannya benar-benar serius dengan ucapannya. Hal ini dibuktikan dengan keberaniannya bercerita kepada kedua orang tuanya tentang dirinya
“Mas Ifan cerita apa Bu? Pasti yang jelek-jelek ya?” Kinan mencoba bergurau untuk menutupi debaran di hatinya.
“Ya nggak lah! pastinya yang baik-baik dong!,” Ibu Ifan tertawa menanggapi gurauan gadis yang ternyata sangat memesona.
“Padahal saya nggak sebaik yang Mas Ifan ceritakan lho Bu,” sahut Kinan dengan wajah tersipu.
“Ifan nggak pernah bohong kalau dengan kami, Nduk,” sahut Bapak sembari tersenyum mentap gadis sederhana di hadapannya. Dalam hati sangat menyetujui pilihan putranya.
“Ngobrolnya pindah aja yuk! Ibu udah lapar, ayo Fan! Segera cari tempat makan!” perintah Ibu sembari meraih tangan Kinan dan menggandengnya.
“Siap Bu, ayo kita ke rumah makan depan kampus aja, biar nggak terlalu jauh jalannya, karena situasi kaya gini, jalanan pasti macet, “ sahut Ifan.
Kemudian mereka berempat, dengan berjalan kaki menuju rumah makan yang terletak di depan kampus.
*SA*
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar