Shanti Ardhini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Senja Kinanti (28)

Senja Kinanti (28)

 

#tantangan_365_hari_ketigaratusenampuluhtiga_13032021

Mendadak Kinan merasa menyesal dengan apa yang baru saja diucapkannya. Bagaimanapun juga, Ifan adalah laki-laki pertama yang dekat dengannya, semenjak menginjakkan kakinya di kampus ini. Ketika itu mereka sama-sama aktif di UKM Fakultas Sastra. Kinan yang saat itu merupakan junior disitu, merasa bahagia ketika Ifan datang dengan menawarkan bantuan, ketika gadis itu membutuhkan sesuatu. Dari situlah kemudian keduanya menjadi akrab, hingga gosip pun beredar bahwa mereka pacaran.

Namun gosip itu ditampik oleh Kinan, karena dia mengganggap Ifan sebagai seorang kakak, tak lebih. Berbeda dengan Ifan yang punya perasaan lebih terhadap gadis manis itu, hanya saja dia belum berani mengungkapkannya.

Kinan menatap laki-laki disampingnya yang sedang menunduk memainkan ponselnya. Dia tahu apa yang dipikirkan laki-laki itu. Berkali-kali laki-laki itu mengungkapkan perasaannya, tapi berkali-kali pulalah Kinan menolaknya. Maaf Mas, aku nggak bisa. Perlahan Kinan memalingkan wajahnya kesamping, tak tahan melihat wajah tampan disampingnya terlihat sedih. Perasaannya diliputi kebimbangan. Bagaimanapun juga dia harus bisa memilih. Kenapa harus sekarang semua sih! Kinan mendengus pelan.

“Kinan, aku pulang dulu yaa.”Kembali tepukan Ifan mendarat di punggung Kinan. Sontak Kinan menoleh kearah laki-laki disampingnya.

“I-iya Mas.”Seutas senyum yang setengah dipaksakan menghiasi bibir Ifan, kemudian beranjak meninggalkan Kinan yang masih termangu. Ditatapnya punggung laki-laki yang telah menemaninya bertahun-tahun selama belajar di kampus ini. Banyak sekali kenangan yang terukir bersamanya. Termasuk pribadinya pun, Kinan sudah mengenalnya jauh, bahkan kedua orang tua Ifan juga telah mengenalnya, ketika  waktu itu Ifan harus pulang mendadak dan meminta Kinan untuk menemaninya di jalan, karena takut mengantuk. Dengan berboncengan motor keduanya segera melesat ke Semarang, dan sorenya mereka langsuk balik ke Solo lagi. Saat itulah orang tua Ifan mengenalnya, dan mereka menyambut Kinan dengan ramah.

Namun entahlah, sampai saat ini, hati Kinan sama sekali belum terbuka untuk Ifan. “Maafkan aku, Mas,”ucap Kinan lirih sembari menatap punggung Ifan yang semakin menjauh. Perlahan matanya menghangat. Hatinya bergolak, bagaimanapun juga dia sangat menyayangi laki-laki itu, laki-laki yang selalu ada, disaat dia butuh pertolongan.

“Mas ifaaan…!” Kinan berteriak sekerasnya memanggil laki-laki yang punggungnya masih terlihat, tak peduli banyak pasang mata yang menatapnya. Tubuh mungilnya berlari kencang, mengejar laki-laki itu.

“Kinan!” Ifan yang masih belum terlampau jauh melangkah, mendadak berhenti dan membalikkan tubuhnya. Matanya menatap nanar tubuh mungil yang sedang berlari menghampirinya.

“Mas Ifan…!”Langkah Kinan berhenti tepat dihadapan laki-laki tampan itu.

“Kenapa kamu? sampai ngos-ngosan gitu?” Ifan menatap lekat gadis yang sedang mengatur napasnya, sembari menyunggingkan senyum geli, melihat wajah Kinan yang berpeluh dan memerah, serta mata sembab.

“Ngg…Mas Ifan marah ya sama aku? aku minta maaf,” Kinan menundukkan wajahnya.

“Aku ngga marah kok,”

“Bohong!” Kinan mendongakkan kepalanya, menatap lekat laki-laki dihadapannya.

Ifan tersenyum, kemudian meraih tangan gadis yang sangat dicintainya. Kemudian menggenggamnya erat

“Kinan, aku nggak papa kok,”

“Mas, nanti sore aku mau diajak kamu,”

Ifan membulatkan mata, mendadak terkejut dengan ucapan Kinan yang terdengar tiba-tiba.

“Lho! kamu kan ada janji,”

“Gampang, nanti aku batalkan,”sahut Kianan terdengar ringan.

“Hustt! Nggak boleh tuh! enak aja batalin janji sama orang,”

“Kalau ketemu sama orang itu mah gampang, tapi kalau Mas Ifan kan…sebentar lagi wisuda, dan pulang ke Semarang, setelah itu…kita nggak akan pernah ketemu lagi,” sahut Kinan sambil mengusap bulir bening yang lolos dari mata beningnya. Ifan tersenyum lembut menatap gadis itu, kemudian mengeratkan kembali genggaman tangannya.

“Ikhlas nih? mau diajak aku?”tanya Ifan dengan senyum jahilnya, menggoda Kinan yang tengah tersipu.

“Mas Ifan! Ihh! Sukanya godain aku terus! Bikin malu aja!” tangan kecil Kinan memukul lembut lengan kekar Ifan, setelah melepaskan diri dari genggaman laki-laki itu.

Sontak Ifan terbahak melihat gadis dihadapannya tampak merona raut wajahnya. Sebenarnya ingin sekali menggodanya sekali lagi, tetapi melihat gadis yang disayanginya terlihat hancur, peluh dan air mata bercampur jadi satu di wajah manisnya, dia benar-benar tak tega.

“Ayo kuantar pulang, tapi….”Ifan menjeda ucapannya.

“Tapi apa?”

“Cuci muka dulu sana! mukamu hancur gitu,”Ifan terbahak sambil menggandeng Kinan menuju ke kamar mandi. Kinan yang masih penasaran dengan wajahnya, menurut saja ketika tangan kekar itu menggandengnya.

*SA*

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post