Senja Kinanti (25)
#tantangan_365_hari_ketigaratuslimapuluhenam_06032021
Rafa merebahkan tubuhnya di ranjang. Rasa penat dan lelah terbayar sudah, kini berganti senyum yang mengembang dari bibirnya. Dihelanya napas lega,setelah bertemu dengan gadis yang beberapa hari ini, wajahnya selalu menghiasi malam-malamnya. Lega bukan karena Kinan telah memaafkan Linda, namun karena hari ini Rafa bisa melihat senyum manis gadis itu. Entahlah, senyuman itu benar-benar membuatnya tak bisa memejamkan mata. Kenapa dulu dia nggak menyadari kalau dikelasnya ada makhluk manis seperti itu? apa karena mataku sudah ditutupi bayangan Linda? Entah kenapa aku bisa tertarik dengan Linda yaa? Rafa kembali mengingat ingat kejadian beberapa tahun lalu.
“Fa, kamu mau nggak aku kenalin sama sahabatku?” tiba-tiba saja Wulan, teman sekelasnya di kelas satu, mendekati Rafa yang tengah melahap menu andalan ibu kantin, yaitu nasi megono plus tempe goreng tepung yang masih anget.
“Siapa?” tanya Rafa sembari mengunyah tempe gorengnya.
“Linda, temen sekelasku,” Rafa menyeritkan dahinya, mencoba mengingat sosok Linda yang disebutkan Wulan.
“ Kelas IPA.1?Seperti apa orangnya?”
“Gini orangnya,” Wulan mengacungkan jempol kanannya dihadapan Rafa.
“Yang bener aja! coba aja aku kenalin sama dia,” pinta Rafa yang semakin peenasaran dengan sosok Linda.
“Tuh! dia juga sedang makan, hanya saja nggak kaya kamu makannya, nggak dirumah, nggak di sekolah, makannnya nasi megono melulu, pantesan otaknya nggak bisa buat mikir!” ejek Wulan dengan tawa terbahak melihat menu yang merupakan ciri khas dari kota ini yaitu nangka muda yang dipotong kecil-kecil atau dalam bahasa jawa artinya dicacah, kemudian dikukus dan diurap dengan kelapa yang berbumbu. Terasa lebih sedap jika dimakan dengan tempe goreng tepung yang masih anget.
“Sombong amat kau! Mau kamu dikeroyok orang Pekalongan?” sahut Rafa dengan gaya pura-pura mengancam. Wulan terbahak sembari menangkupkan kedua tangannya didepan dada.
“Ayo gih! Samperin! keburu disamber orang, limited edition lho,” ucap Wulan sambil tersenyum jahil.
“Yang bener aja?” Rafa membulatkan matanya, menatap tak percaya.
“Makanya segera samperin,”
“Sik to! Satu suapan lagi habis,” Rafa menunjukkan sesendok nasi yang berada ditangannya.
Rasa penasaran, membawa Rafa untuk begegas menghampiri sosok yang duduk dibangku pojok, membelakanginya.
“Linda! Kenalin nih! temenku sekelas dulu,” seru Wulan, membuat gadis dengan postur tubuh semampai itu terperanjat dan menoleh kearah datangnya suara cempreng Wulan.
Sejenak Rafa berdiri dengan tubuh mematung. Sementara itu Linda yang masih duduk, membulatkan matanya, menatap takjub sosok tampan dihadapannya. Tubuh tinggi, hidung mancung dan kulit yang agak kecoklatan, semakin menambah pesonanya. Sontak dadanya berdesir hebat, melihat sosok itu. Sahabatnya benar-benar tak main-main dengan ucapannya. Linda kemudian berdiri mendekati Wulan yang berada disamping Rafa, sehingga keduanya kini berdekatan.
Rafa menatap kagum, melihat sosok semampai berdiri dihadapannya. Gadis dengan postur tubuh tinggi semampai, dengan kulit sawo matang, serta hiasan tahi lalat diatas bibirnya, semakin menambah manis raut wajahnya. Tiba-tiba Rafa menyeritkan dahinya seolah-olah sedang berpikir, sembari menatap sosok semampai dihadapannya.
“Sebentar! Sepertinya kita pernah bertemu, tapi dimana ya?” Rafa menepuk-nepuk dahinya, mencoba mengingat dimana dia bertemu Linda.
“Iya, tapi dimana ya?” sahut Linda dengan tatapan menerawang.
“Kalian ini!, masih muda udah pikun!” sentak Wulan yang gemas dengan tingkah keduanya.
“Oh iya! aku ingat! Paskibra! Iya! kamu anggota Paskibra kan? kamu yang kebagian pasukan inti kan? yang mendampingi pembawa bendera,” seru Linda dengan mata berbinar. Rafa sontak mengangguk sambil tersenyum lebar.
“Betul banget! Kamu anggota barisan yang mana?”sahut Rafa dengan raut wajah semringah.
“Aku ikut barisan yang mengiringi pengibar bendera, kamu pasti nggak ingat, karena jumlahnya banyak,”
“ Oh iya yaa,”
“Eits! dari tadi nostalgia melulu! Kapan kenalannya?” tiba-tiba Wulan menyela perbincangan hangat keduanya, sedikit kesal merasa diacuhkan.
“Ih! Comblangnya nggak sabaran nih!” kalimat Rafa sontak membuat ketiganya terbahak.
Sejak saat itulah hubungan Rafa dan Linda semakin dekat, hingga akhirnya Rafa menyatakan cintanya. Kisah cinta mereka berdua, merupakan kisah viral disekolahnya. Banyak yang menganggap mereka pasangan Rexona,yang berslogan setia setiap saat.
Mengingatnya kembali, membuat Rafa tersenyum geli, hingga tiba-tiba dia berjingkat, ketika merasakan gigitan kecil yang membuatnya terasa gatal. Sontak ditepuknya nyamuk yang bertengger manis di pipinya. Kemudian tersenyum kembali mengingat kembali akan masa-masa indahnya bersama sang kekasih yang kini telah mendua. Kemudian dia berusaha menggali lagi, ingatannya tentang Kinan. Diremasnya rambut cepaknya dengan gemas. Tak setitikpun ada sosok Kinan dalam memorinya. Rasa kecewa menyeruak dalam hatinya. Kembali hatinya diliputi penyesalan, kenapa tak sedari dulu mengenal gadis sebaik dan semanis Kinan?
*SA*
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar