Senja Kinanti (11)
#tantangan_365_hari_ketigaratusempatpuluhdua_20022021
Kinan berjalan santai, menyusuri jalan kecil di taman depan Fakultas Sastra. Suasana kampus tampak terlihat sepi. Maklumlah, ada beberapa fakultas yang libur perkuliahan di hari sabtu, namun tak sedikit juga yang melaksanakan perkuliahan, meski hanya sampai pukul sepuluh.
Sesampainya di Hall, yang terletak di depan Auditorium, Kinan menghentikan langkahnya. Seseorang yang ditunggunya, ternyata belum nampak. Perlahan dia menghempaskan tubuhnya di lantai Hall yang tampak bersih, sepertinya baru saja dibersihkan. Kinan menghidu aroma pembersih lantai yang menguar disekitar itu. Diambilnya ponsel di saku depan tas ranselnya. Dilihatnya beberapa pesan yang belum terbaca, raut wajahnya tampak kecewa ketika tak ada pesan dari seseorang yang diharapkannya. Ditekannya tombol panggilan, hasilnya nihil. Kemudian, dilihatnya arloji sport yang melingkar ditangan kanannya, pukul sepuluh lebih tiga puluh menit. Padahal tadi pagi janjinya , sebelum Kinan selesai kuliah, dia sudah berada ditempat.
Kinan menghela napas panjang, apakah aku yang terlalu berharap? Hingga menunggunya saja harus deg-degan seperti ini?”batin Kinan terus meracau. Setelah tersadar dari buaian mimpi-mimpinya, dia tersenyum geli, bucin amat sih aku! ngapain aku berharap lebih? Sementara aku nggak tahu , apa maksud Rafa mendekatiku.
“Melamun aja!” tiba-tiba terdengar suara membuyarkan lamunannya.
“Kamu Fa! Kaget tau!”
“Habis dari tadi kupanggil, kamunya nggak denger, eh ! ternyata melamun,”
“Iya! nungguin kamu nggak dateng-dateng!” sahut Kinan dengan muka cemberut.
“Maaf, tadi ada panggilan dari atasan, aku disuruh ke kantor sebentar, ada hal penting, sampai-sampai, aku nggak sempat ngabarin kamu,”
“Katanya hari sabtu libur?”
“Kan udah kubilang, ada yang penting dan harus segera, makanya aku buru-buru,”
“Oh ya udah,”sahut Kinan mengulum senyum.
“Kita mau kemana nih?” tanya Rafa girang, setelah melihat Kinan tersenyum kembali.
“Lho! kok tanya aku, bukannya kamu yang ngajak aku?”
“Kan kamu yang udah lebih lama tinggal di kota ini, jadi kamu lebih tau mana tempat yang enak buat ngobrol,”
“Kamu pinginnya apa?Cuma mau ngobrol apa ngobrol sekalian makan?”
“Kamu tuh! ya ngobrol sama makan dong, gimana sih? emang kamu mau ngobrol sambil nahan lapar?” Rafa terkekeh mendengar pertanyaan yang bernada sindiran.
“Kali aja! kamu cuma pingin ngobrol aja sama aku,” sahut Kinan tersenyum miring.
“Kamu kira aku nggak sanggup traktir kamu makan?” Kinan tertawa mendengar pertanyaan laki-laki dengan penampilan rapi dihadapannya.
“Iya deh! iya, yang udah punya gaji, asiiik! Aku mau ditraktir,”Kinan bertepuk tangan layaknya anak kecil.
“Jangan mulai deh! ayo cepetan! Kita kemana?”
“Mau menu berat apa menu ringan?”
“Yang berat aja, sebentar lagi kan waktunya makan siang,”
“Oke! kita ke pemancingan aja, mau kan? ikan bakar?”
“Wah! Mau banget dong, yuk! keburu siang,” tiba-tiba Rafa meraih tangan kanan Kinan dan membimbingnya untuk bediri, kemudian menggandengnya menuju tempat parkir. Kinan yang menyadari hal itu, tak bisa menyembunyikan desiran di hatinya . Desiran itu terasa semakin cepat, sehingga melemaskan saraf-sarafnya. Kinan merasakan dingin seluruh tubuhnya hingga merambah ke tangan yang ada dalam genggaman laki-laki disebelahnya.Secepatnya Kinan berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan kokoh itu.
“Kamu ngapain sih pake gandeng-gandeng segala! Malu-maluin aja!” sahut Kinan bersungut-sungut sembari menyembunyikan wajahnya yang menghangat, karena malu.
“Sory! Kebiasaan,”
“Kebiasaan menggandeng Linda?” Rafa hanya tersipu, menjawab pertanyaan Kinan.
“Itu dulu, Nan” Kinan hanya tersenyum tipis menanggapi jawaban Rafa, serasa sedikit perih dalam dadanya. Kinan membenci dirinya yang seperti ini, duh! Kenapa sih! aku mesti cemburu!”rutuk Kinan dalam hati.
Dengan dada berdebar, Kinan menghempaskan badannya di boncengan Rafa. Kemudian memundurkan badannya, serta meletakkan ranselnya di tengah-tengah antara dia dan Rafa. Rafa yang tau akan hal itu, tersenyum kagum.
“Kinan! Kamu kasih arahan ya! kemana aku harus belok, kanan apa kiri,” titah Rafa dengan suara agak keras, melawan bisingnya jalan raya.
“Siap!”
*SA*
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar