Cinta Untuk Adinda(73)
@cerbung
Adinda mematutkan diri di depan cermin, kemudian menatap lekat bayangan dirinya di cermin. Matanya terbelalak ketika tampak lingkar bawah mata yang agak menghitam. Dadanya kembali terasa sesak, mengingat akhir-akhir ini, sering hingga larut matanya tak segera terpejam. Berbagai peristiwa akhir-akhir ini begitu mengganggunya. Selain tidur tak nyenyak, makanpun terasa hambar.
Perlahan, diambilya bedak padat dengan kemasan berwarna hitam. Dibubuhkannya kembali bedak itu di bawah matanya, untuk sekedar menyamarkan lingkaran hitam di bawah matanya. Tak lupa disapukannya lipstick tipis-tipis , di bibir mungilnya, agar tak tampak pucat.
Adinda memindai sekali lagi bayangannya dicermin, gamis garis-garis berwarna biru muda dipadu dengan jilbab warna navy, semakin menambah kilau di kulit putihnya. Setelah merasa puas dengan penampilannya, Adinda bergegas keluar kamar.
“Buk, Dinda pamit dulu,“ pamit Adinda kepada sang ibu yang tengah membersihkan meja dapur, usai memasak.
“Pagi-pagi gini mau kemana Nduk?” tanya ibu dengan tatapan penuh selidik melihat putrinya tampak rapi.
“Mau ke tempat Mas Bayu, Buk,” sahut Adinda sembari menyesap teh hangat yang sudah disiapkan Bu Fatimah.
“Lho, sarapan dulu ta Nduk,” pinta Ibu sembari meletakkan piring kosong dihadapan putri kesayangannya.
“Dinda lagi males makan,”
“Nduk, meski kamu nggak cerita, Ibu paham kamu sedang ada masalah,tetapi utamakan kesehatanmu. Mau kalau typusmu kambuh lagi?” Bu Fatimah mengelus kepala putrinya yang menunduk.
Adinda mendongakkan kepala, menatap wanita yang selalu melimpahkan kasih sayangnya.
“Beneran Ibu tahu?” tanya Adinda dengan tatapan keheranan.
Bu Fatimah mengangguk mantap.
“Kalau Dinda belum mau cerita gak papa, yang penting sekarang sarapan dulu, baru Ibu ijinkan kamu pergi,” Bu Fatimah mengambilkan sepiring nasi, kemudian menambahkan lauk kesukaan putrinya, megono dan tempe mendoan.
Adinda tersenyum haru melihat perlakuan sang ibu. Hal itu lah yang selalu membuatnya terkenang dengan masa kecil dulu, ketika dia hanya mau makan jika disuapi ibunya.
“Ngelamun wae, dimakan nasinya. Apa masih kangen disuapi ibuk?” goda sang ibu sembari tersenyum menatap putrinya yang masih tampak enggan menyuapkan nasi ke mulutnya.
“Ah! Ibuk, jadi malu kalau ingat masa lalu, masak sudah SMP masih disuapin Ibu.” Adinda terkekeh, kemudian menyuapkan nasi ke mulutnya.
“Nggak papa Nduk, namanya juga anak bungsu, perempuan lagi, kamu tahu sendiri, Ibu sangat mengharapkan kehadiran seorang anak perempuan, setelah dua kakakmu terlahir laki-laki semua, jadi maklum saja kami memperlakukan kamu sedikit istimewa. Namun toh bukan berarti kamu jadi anak manja kan? lihat sekarang, justru kamu jadi anak yang mandiri, sampai-sampai ada masalah seperti ini, kamu tetap berusaha menyelesaikannya sendiri,” urai Ibu dengan mata berkaca-kaca menatap iba sang putri.
“Maaf Buk, Dinda nggak ingin Ibu banyak pikiran karena ikut memikirkan masalah Dinda , makanya nggak cerita,” Adinda memeluk erat wanita yang telah mengandungnya. Tak terasa pipinya telah basah oleh air mata.
“Ibu paham Nduk, Ibu selalu berdoa untuk kebahagiaanmu, semoga masalahmu segera selesai. Nah! Sekarang, habiskan nasinya, sayang keburu dingin lho,” Ibu tersenyum sambil mengelus kepala Adinda yang tertutup jilbab.
Adinda mengurai pelukan, ditatapnya sang ibu dengan senyuman tulus. Dia berjanji, tak ingin membuat wanita tercintanya kecewa. Dia bertekad akan segera menyelesaikan masalahnya dengan bantuan sang kakak yang ia yakin tak rela adiknya tersakiti lagi.
Usai menyelesaikan sarapannya, Adinda bergegas melajukan motor maticnya menuju ke kediaman Bayu. Tak sampai setengah jam, Adinda memasuki halaman rumah yang luas dan tampak asri dengan pohon palem yang berjajar rapi. Adinda tersenyum melihat sang kakak sudah menyambutnya di teras depan bersama keponakan gembulnya.
“Assalamualaikum,”
“Waalaikumsalam ,”
“Farel, tante kangen banget lho, dah lama nggak gendong kamu.”Adinda meraih tubuh gembul itu ke dalam gendongannya, kemudian melayangkan ciuman bertubi-tubi pada sepasang pipi menggemaskan itu.
*SA*
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar