Cinta Untuk Adinda(60)
#tantangan_365_hari_ketigaratusduapuluhlima_03022021
Adinda memarkirkan motornya di depan kafe langganannya. Setelah tiba di pintu kafe, senyumnya mengembang ketika netranya menangkap sosok yang dicarinya. Adinda berjalan menuju tempat faforitnya, yaitu bagian samping kafe, tepatnya disebelah taman. Begitu dalamnya perhatian Rangga, sampai-sampai dia paham tempat faforit Adinda di kafe ini.
“Kamu mau makan apa?” tanya Rangga setelah gadis yang ditunggunya duduk dihadapannya.
“Kak Rangga mau makan apa?”
“Ditanya malah nanya, aku nurut kamu aja,”
“Emang Kak Rangga pasti suka ,makanan yang aku pilih,”
“Apapun yang kamu pilih, aku pasti suka,” Rangga tersenyum sembari mengerlingkan matanya.
“Lebay banget sih! iya sekarang bicara seperti itu, coba lihat aja kalau udah nikah, apa masih baik banget kayak gini apa berubah,” ujar Adinda sembari mencibir. Dia paling tidak suka laki-laki yang terlalu banyak mengumbar kata-kata.
“Insya Allah aku nggak akan berubah,”
“Tapi lebih baik simpan aja deh kata-kata lebaymu, aku kok kurang nyaman dengernya, Kak Rangga tetep jadi diri sendiri aja deh, nggak usah ikut-ikutan aku,” Rangga menggelengkan kepalanya, memang serba salah dengan gadis dihadapannya yang sedikit keras kepala.
“Iya deh iyaa, maaf ya , udah jangan manyun gitu! Ntar makanannya jadi nggak enak lho, oh iya aku mau pesen nasi sama ayam bakar aja, kamu?”
“Aku mau bakmi jawa aja, sama es jeruk,” suara Adinda sedikit melunak, melihat tatapan lembut laki-laki dihadapannya. Rangga kemudian menyerahkan daftar menu yang dipesannya ke meja kasir.
Tiba-tiba Adinda merasa menyesal telah mengeluarkan kata-kata yang sedikit kasar. Dia nggak habis pikir kenapa bisa mengeluarkan kata-kata itu. Tiba-tiba dia memukul lembut keningnya, mengingat hari ini adalah hari pertama tamu bulanannya datang. Pantas saja sedari tadi hawanya emosi melulu.
“Kak…,”Adinda memberanikan diri menatap Rangga yang terdiam sembari memainkan ponselnya. Sejak dia berkata sedikit kasar tadi, Rangga membatasi ucapannya, tidak ada kata-kata usil yang mengalir dari bibirnya.Dan ternyata dia merindukannya,
“Iya,” Rangga mendongakkan kepalanya, tersenyum menatap lembut gadis dihadapannya, kemudian meletakkan ponselnya di meja,
“A-aku minta maaf atas ucapanku tadi yang menyinggung perasaan Kak Rangga,” ujar Adinda gugup sembari menundukkan wajahnya.
“Nggak papa Din, kan biar aku terbiasa,”
“Terbiasa? Maksudnya?” Adinda mendongakkan kepalanya, menatap Rangga yang sedang menahan snyum.
“Iya, terbiasa, nanti kalau kita udah nikah, aku udah nggak kaget lagi lihat kamu berkata-kata seperti tadi,”Rangga mengulum senyum .
“Iiih! Kak Rangga kok gitu sih!”Adinda mendaratkan cubitan di lengan laki-laki itu,”Ya udah aku minta maaf, mungkin ini gegara tamu bulananku deh! seharian ini rasanya aku kok pingin marah-marah terus, tadi di kelas juga gitu,”
“Wah! Kasihan murid-muridmu dong, udahlah! Aku paham kok, ayo dimakan tuh mie nya, nanti keburu dingin,” Rangga menghirup aroma mie kuah yang menguarkan bau khasnya, kemudian mendekatkan mie ke hadapan Adinda. Tak lama kemudian ayam bakar pesanannya pun datang. Mereka segera menyantap hidangan yang telah tersedia.Sesekali Adinda tersenyum mendengar kelakar Rangga yang sekarang ini sering dirindukannya.
“Din, insyaallah bulan depan orang tuaku mau melamarmu,” ucap Rangga setelah menghabiskan makanannya.
“Secepat itu Kak?”
“Iya dong, emang nunggu apa lagi? Malah kalau kamu setuju, aku inginnya setelah itu kita langsung menikah,”
“Iya sih mas, karena aku juga nggak ingin begini terlalu lama,”
“Begini gimana maksudmu?”
“Ya seperti ini, berdua denganmu yang belum menjadi mahromku,”
“Makanya, aku ingin kita segera menikah,”
“iya Kak, pengalamanku dulu itulah yang membuatku kini sadar, bahwasannya pacaran itu memang nggak boleh, selain dalam agama kita juga dilarang. Kalau aku ingat kembali kebelakang, ngapain aku pake pacaran segala dan ujung-ujungnya nggak berjodoh? kenapa aku dulu repot-repot jagain jodoh orang ya?” sahut Adinda dengan mata menerawang.
“Sudahlah! yang sudah berlalu, biarlah, yang penting, petik hikmah dari semua yang sudah terjadi, dan mari kita kuatkan langkah kita dengan terus berdoa untuk menyongsong masa depan,” Rangga tersenyum sembari menggenggam erat tangan tangan Adinda.
“Kak, makasih banyak ya,”
“Makasih apa nih?”
“Makasih semuanya dong,”Adinda tersipu.
“Semuanya tuh apa aja?” tanya Rangga menatap tajam gadis dihadapannya.
“Pokoknya semua perhatian yang kakak berikan ke aku,”
“Din,semua itu aku lakukan karena aku sangat mencintai dan menyayangimu, dan itu tulus, jadi jangan pernah kamu meragukannya lagi ya,”
“Makasih Mas, aku minta maaf atas sikapku dulu yang meragukanmu,”
“Berarti…sekarang kamu udah nggak ragu lagi kan?”ujar Rangga sembari menatap nak gadis cantik didepannya. Sejenak Adinda tersipu.
“Nggak Kak,”
“Apakah kamu sekarang sudah mencintaiku?”kembali tatapan Rangga menikam manik mata gadis dihadapannya.
***
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren menewen cerpennya buk
Makasih Bapak