Cinta Untuk Adinda (71)
@Cerbung
Adinda berjalan menyusuri koridor kelas. Tatapannya menyisir ke setiap penjuru kelas yang tampak sepi, karena semua siswa sudah pulang. Dihelanya napas panjang untuk sedikit mengurangi rasa lelahnya, setelah seharian full mengajar dikelas. Namun langkahnya terasa ringan, setelah apa yang disampaikan kepada siswa, terserap baik oleh mereka. Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian harian yang diperoleh siswanya hampir semuanya tuntas.
“Bu Dinda!” Adinda terperangah ketika sayup-sayup terdengar suara orang memanggilnya, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, berusaha memastikan ada suara yang memanggilnya
“Woi! Aku disini!” Adinda memicingkan matanya kearah ruang perpustakaan, ternyata sahabatnya tengah berdiri disamping pilar yang terletak di teras ruang perpustakaan. Adinda tersenyum, kemudian mepercepat langkahnya menuju ke tempat Mala berdiri.
“Ada apa?sampai teriak-teriak gitu?”
“Ada tamu yang nyari kamu,”
“Siapa?” Adinda menyeritkan alis tebalnya. Rasa penasaran kembali menyelimuti perasaannya.Siapa lagi yang mencarinya? Tumben.
“Wanita yang kemarin,” bisik Mala sambil menggeser posisinya mendekati sahabatnya.
“Dia siapa ya?” gumam Adinda sambil berjalan menuju ruang guru, benaknya masih dipenuhi tanda tanya.
“Temui aja, biar kamu nggak penasaran.” Mala menepuk lembut punggung sahabatnya.
Adinda mengistirahatkan tubuhnya sebentar diatas kursi kerjanya, kemudian mengambil gelas dan menuangkan air dari dispenser yang berada disebelahnya. Sesaat dia menikmati sensasi dinginnya air yang mengalir melewati kerongkongan, terasa dingin dan segar. Mengajar dua jam terakhir di kelas Sembilan, membutuhkan energi yang cukup ekstra. Selain materi pelajarannya membutuhkan keseriusan, dia juga harus lebih banyak memaparkan materi didepan kelas. Hingga tak pelak lagi rasa dahaga pun menyergapnya.
Adinda sejenak mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Tampak beberapa guru masih sibuk dengan aktivitasnya. Kemudian disentuhnya punggung Mala yang sedang mengoreksi hasil ulangan.
“Aku temui tamu dulu ya, siapa tahu penting,” ucap Adinda lirih.
“Oke sip!” Mala menatap sahabatnya, kemudian mengacungkan jempolnya sembari tersenyum.
Adinda masih berdiri di ambang pintu ruang tamu. Tatapannya menyelidik melihat seorang wanita berjilbab pashmina yang duduk di kursi tamu dengan posisi membelakanginya. Benaknya kembali bertanya,’ siapa wanita ini?’
“Assalamualaikum,”
“Waalaikumsalam.” Wanita itu menoleh, kemudian membalas salam dan mengembangkan ssenyumnya. Mendadak Ainda terperanjat melihat wanita dihadapannya. Sosok yang sepertinya tak asing dalam ingatannya.
“Adinda ya?” tanya wanita didepan Adinda yang masih mengulas senyum.
Adinda mengangguk dengan senyum tipis menghiasi bibirnya. Ditatapnya wanita didepannya. Sosok wanita berkacamata, berkulit putih dengan dandanan full colour. Terlihat alis mata yang terukir indah diatas matanya, serta bulu mata yang lentik dengan polesan maskara yang sedikit tebal. Body yang sedikit berisi, membuatnya terlihat seksi.
“Mohon maaf, anda siapa?” tanya Adinda berpura-pura tak mengenalinya.
“Perkenalkan saya Rara.” Wanita itu mengulurkan telapak tangannya yang disambut Adinda dengan hangat. Tak lupa memasang senyum termanisnya.
Adinda tak terlihat terkejut, mendengar wanita itu menyebutkan namanya , karena akhir-akhir ini nama itu begitu akrab di telinga. Ingatannya melayang ketika pertama kali melihat nama itu di kontak ponsel Rangga, dan saat itu juga Rangga meenghilang tanpa menjelaskan kemana dia pergi. Serta kejadian belum lama ini yang membuat hatinya porak poranda. Ternyata ini toh, wanita yang membuat Kak Rangga jadi berpaling dariku?
“Ada perlu apa anda bertemu saya?” ucap Adinda berusaha tampak tenang ,dihadapan wanita yang begitu special di mata Rangga.
“Mmm, sebelumnya saya akan jelaskan dulu siapa saya. Saya adalah sahabat Rangga sedari kecil. Hubungan kami sangat dekat, karena dulu rumah kami juga berdekatan. Kami selalu bermain bersama, berangkat sekolah bersama, hingga pada suatu hari Papa ku mengabarkan kalau kami sekeluarga harus pindah ke luar kota. Sejak saat itulah kami berpisah.” Sejenak Rara menghentikan ceritanya.
Adinda masih mendengarkan dengan posisi duduk dan sedikit merebahkan punggungnya di dinding sofa ruang tamu.
“Apa maksud anda menceritakan pada saya?”
“Karena saya tahu anda kekasih Rangga, karena dia pernah cerita kepada saya tentang anda. Dia begitu mengagumi anda. Saya tahu karena setiap bertemu saya, dia selalu membanggakan anda sebagai kekasihnya, sebagai calon istrinya, sampai akhirnya saya penasaran dan ingin menemui anda,” Adinda menyeritkan keningnya, meski sedikit ada rasa bangga karena Rangga memuji dirinya dihadapan wanita itu. Hanya saja ada yang janggal dengan apa yang diucapkan wanita ini. ‘Kenapa dia tak minta Rangga untuk diperkenalkan padaku? Kalau dia memang penasaran.” Tampak kejanggalan berkelebat dalam otak Adinda.
*SA*
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap...keren ceritanya. Udah di follow ya Mbak...
Makasih banyak Mbak Nelly