Cinta Untuk Adinda (70)
#tantangan_365_hari_ketigaratustujuhpuluhdelapan_28032021
Adinda menatap bayangannya di cermin. Tampak matanya masih terlihat sembab, setelah menangis semalam usai kepergian Rangga. Dia meraih foundation dan mengoleskannya agak tebal, terutama di bagian bawah matanya, untuk menyamarkan sembabnya. Kemudian disapukannya bedak tabur keseluruh wajah mulusnya. Tak lupa mengoleskan lipcream warna nude, sekedar untuk menyamarkan wajahnya yang sedikit pucat. Sekali lagi matanya memindai tubuh semampainya yang berbalut seragam khaki. Setelah yakin dengan penampilannya, Adinda bergegas keluar kamar.
“Sarapan dulu Nduk,” titah ibu yang sedang meletakkan tiga piring nasi goreng diatas meja makan.
“Dinda buru-buru, Buk,” sahut Dinda sembari mengenakan sepatu.
“Baru juga pukul enam lewat dua puluh menit, lihat nih! nasi goreng kesukaanmu, sayang kalau nggak dimakan.” Sejenak Adinda melirik makanan faforitnya, nasi goreng bertabur irisan telor dadar dan bawang goreng yang begitu menggugah selera. Biasanya tanpa basa-basi dia langsung menyikat makanan kesukaannya itu. Namun, kali ini selera makannya sedang tidak baik.
“Buat bekal aja ya Nduk, nanti dimakan di kantor.” Melihat putrinya yang masih berdiri mematung, ibu gegas mengambil kotak makan yang ada di rak piring, kemudian dipindahkannya sepiring nasi goreng ke dalam kotak makan berwarna ungu tersebut. Dia tahu kondisi anaknya saat ini sedang dalam keadaan yang tidak baik.
Adinda yang sebenarnya sedang tak bernafsu makan, terpaksa menerima kotak makan tersebut, demi rasa hormatnya pada sang ibu yang sudah repot memasaknya.
“Dinda berangkat dulu ya, Bu.” Adinda mencium punggung tangan wanita terkasihnya dengan takzim.
“Bapak mana?”
“Bapak sedang mandi, nanti ibu sampaikan kalau kamu sudah berangkat, dari pada nunggu Bapak, nanti kamu telat,” sahut Ibu sambil berjalan disebelah putri semata wayangnya.
“Hati-hati ya Nduk,” ucap ibu ketika Adinda sudah menyalakan motor maticnya. Adinda mengangguk, kemudian memacu motornya membelah jalanan yang sudah mulai ramai.
Tampak lalu lalang anak-anak berseragam sekolah mulai memenuhi trotoar. Jalan raya pun tampak padat , dipenuhi oleh kendaraan bermotor. Adinda memacu motornya dengan kecepatan sedang. Padatnya jalanan membuatnya tak leluasa untuk memacu motornya dengan kecepatan lebih tinggi.
Tak sampai setengah jam, Adinda sudah memarkir motornya di halaman samping sekolah. Diliriknya arloji di tangannya, masih ada waktu sepuluh menit untuk sekedar mengistirahatkan badannya sejenak di tempat duduknya.
“Woi! Tumben pagi-pagi udah sampai,” sapa Luna yang baru saja menghempaskan tubuhnya di tempat duduknya, tepatnya di depan meja Adinda.
“Hehe! Iya nih, sekali-kali pingin tepat waktu masuk kelas,” sahut Adinda nyengir, menyadari bahwa dia sering terlambat masuk kelas, meski cuma telat lima menit.
“Eh iya! kemarin ada yang nyari kamu lho,” kata Luna setengah berbisik, dengan memutar tubuhnya menghadap ke meja Adinda.
“Kapan? Kok aku nggak tahu? padahal aku kan ada,” sahut Adinda dengan kening berkerut.
“Selesai jam mengajar kok, oh iya! kemarin kamu kan udah pulang duluan, pantes aja nggak ketemu,”
“Emang siapa tamunya?” tanya Adinda yang kini otaknya di penuhi tanda tanya. Heran, kenapa ada orang yang mencarinya di sekolah, karena selama ini tak pernah ada yang mencarinya di sini. Kalau ada perlu dengannya pasti akan mencarinya ke rumah.
“Aduh! Kenapa kemarin aku lupa tanya namanya?” Luna menepuk jidatnya pelan.” Yang jelas dia seorang wanita, pakai jilbab pashmina dengan postur tubuh cenderung kurus,”
“Wajahnya gimana?” cecar Adinda dengan tatapan penuh tanya.
“Cantikan Bu Dinda dong!” sahut Luna terkekeh, menggoda gadis di depannya.
“Ish! bukan itu maksudnya,”
“Hmm, gimana yaa? Susah aku menggambarkan wajahnya, yang jelas dia pakai kaca mata.” Adinda semakin penasaran. Matanya menerawang jauh, mencoba mengingat-ingat siapa orang yang mencarinya. Detik selanjutnya, bel tanda masuk berbunyi. Semua guru yang ada jam mengajar, bergegas menuju ruang kelas masing-masing. Adinda pun gegas mengambil perlengkapan untuk mengajar, kemudian mengayunkan langkahnya menuju ruang kelas . Meski dalam benaknya masih diliputi tanda tanya besar tentang siapa orang yang mencarinya.
*SA*
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Siapa gerangan wanita yang mencari Dinda? Jadi ikut terbawa cerita. Hehehhe keren. Salam kenal ya ibu Shanti Ardhini
Matur nuwun Pak, salam kenal kembali