Shanti Ardhini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta Untuk Adinda (52)

Cinta Untuk Adinda (52)

#tantangan_365_hari_ketigaratusenambelas_25012021

Tampak di meja makan sudah berkumpul kedua orang tua Rangga, beserta kedua adik Rangga yang semuanya perempuan. Adiknya yang pertama sudah kuliah semester enam dan adiknya yang terakhir kelas dua belas . Adinda berjalan disamping Rangga dengan canggung. Terlihat semua yang ada di meja makan menatapnya, membuat dia semakin merasa tidak percaya diri.

“Duduk sebelahku Mbak,”titah Vira mahasiswi kedokteran semester enam itu menyambut Adinda dengan ramah. Adinda mengangguk, kemudian menghempaskan pantatnya di kursi makan yang mewah itu.

“Oh, ini to, gadis yang selalu diceritakan setiap Rangga pulang?” sahut Pak Hermawan sembari tersenyum ramah menatap Adinda. Wajah Adinda tiba-tia menghangat, sebenarnya apa sih yang diceritakan Kak Rangga, sampai-sampai membuatnya seperti orang yang begitu istimewa saja. Adinda menatap tajam Rangga yang duduk dihadapannya, sementara itu Rangga dengan santainya menikmati makan malamnya, tanpa memperdulikan kondisi jantung Adinda saat ini. Mas Bayu juga, senyum- senyum nggak jelas,tanpa sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Sementara dia sendiri hanya bisa menjawabnya dengan senyum, merasa takut untuk berkata-kata.

“Iya Pa, cantik kan?” sahut Bu Rahma, sembari menambahkan nasi ke piring suaminya.

“Pantes saja, Rangga nggak bisa berpaling ke lain hati ya Ma, lha wong cantik kayak gini,”

“Iya dong Pa! Rangga kan pinter milih istri,”

“Serasi banget ya Ma,” sahut Nayla, adik terakhir Rangga.

Adinda benar- benar tidak bisa berkutik, mendengar komentar keluarga Rangga tentangnya. Disisi lain dia merasa bahagia diterima dengan hangat di keluarga ini, tapi disisi lainnya lagi, dia benar-benar merasa lelah dengan jantungnya yang terus berdetak kencang. Benar-benar uji adrenalin.

“Bapak, Ibu, mohon maaf, adik saya jangan di goda terus, bisa-bisa dia nggak jadi makan karena malu,” ucapan Bayu yang tiba-tiba, membuat seisi ruangan terbahak,dan semakin membuat pipi Adinda merona.

“Iya nih! tangan saya jadi dingin dan bergetar begini, sampai-sampai saya nggak bisa mengambil lauk, karena saking groginya,” Adinda berusaha menetralkan perasaannya dengan membalas lelucon kakaknya. Terdengar kembali tawa menggema di ruangan tersebut

“Wah! Ternyata calon mantu Mama pinter melucu juga ya,” sahut Mama dengan sisa tawa yang menyertai.

“Dia nggak Cuma pinter melucu Ma, dia juga Bu Guru yang galak juga, murid-muridnya aja tak berkutik ketika berhadapan sama dia,” tambah Rangga sembari menahan senyum, ditatapnya Adinda yang sedang melotot kearahnya.

Suasana hangat mewarnai acara makan malam bersama keluarga Rangga, karena ternyata Mama dan Papa Rangga , selain ramah, juga suka bercanda, sehingga semakin lama berada ditengah keluarga itu, membuat kecanggungan yang melanda Adinda berangsur lenyap.

“Wah, wah! rajinnya, sudah,piringnya biar dicuci sama Mbok Nah aja, ayuk! Dinda ngobrol sama Mama,” ujar Bu Rahma ketika melihar Adinda sedang membantu mbok Nah mencuci piring di dapur.

“Nggak papa Bu, udah pekerjaan Dinda sehari-hari kok, ini juga sekalian kenalan sama Mbok Nah,”

“Iya Din! Nggak usah sok cari muka gitu sama calon mertua,” tiba-tiba Rangga sudah berdiri dibelakang Adinda, sembari tersenyum menggoda gadis yang sedang menaruh pirik di rak.

“Apaan sih! kebiasaan nih! dasar tukang usil!” Adinda mencebik sembari memukul lengan kokoh Rangga.

“Rangga, kamu kok jahat gitu sih sama calon istri kamu,”

“Habis kalau lihat Dinda tuh, pinginnya ngusilin dia, Ma,”

“Huss! Apaan sih! sama calon istri tuh harus sayang,”

“Nggak papa Bu, udah biasa Dinda disakitin sama Kak Rangga, malah kadang sampai Dinda nangis,” sembari menahan senyum, Dinda membalas ucapan Rangga.

“Nakal kamu ya!” Ibu menjewer telinga Rangga kemudian menariknya meninggalkan dapur, sementara itu dibelakangnya Adinda tertawa sembari menjulurkan lidahnya kearah Rangga yang sedang mengaduh.

“Rasain!” seru Adinda tanpa mengeluarkan suara, hanya bibirnya saja yang bergerak. Mbok Nah yang menyaksikan kejadian itu turut terbahak.

Suasana hangat dirasakan Adinda kembali, setelah Bu Rahma mengajaknya ngobrol dikamar yang ditempatinya. Bu Rahma banyak cerita tentang Rangga, bagaimana sifat dan kebiasaannya, sehingga membuat Adinda menjadi semakin kagum dengan laki-laki itu. Bu Rahma sesekali bertanya kepada Adinda, tentang keluarga dan kegiatannya sebagai Guru, meski sedikit banyak Bu Rahma sudah tahu tentang keluarga Adinda, karena dulu Bayu sering berkunjung ke rumah ini. Sikap yang ditunjukkan Bu Rahma dan semua anggota keluarga yang ramah dan hangat, membuat Adinda semakin mantap akan keputusan yang akan diambilnya.

Keakraban Bu Rahma dengan Adinda tak hanya berlangsung tadi malam saja, bahkan pagi ini pun beliau mengajak Adinda untuk belanja di pasar tradisional.

“Dinda nanti jagong mantennya jam berapa?” tanya Bu Rahma seteleh menunaikah sholat subuh berjamaah di mushola keluarga.

“Jam sebelas Bu,” sahut Adinda yang masih terasa kaku untuk memanggil wanita ayu itu dengan sebutan Mama, karena Adinda rasa, untuk saat ini belum tepat dia menggunakan panggilan itu.

“Ikut Mama ke pasar yuk! beli jajanan pasar sekalian,”

“Jajan pasar ?wah itu makanan faforit Dinda waktu masih kuliah, Bu, boleh bu, kita berangkat jam berapa ?”

“Jam enam yaa, biar nggak kehabisan,”

“Rangga ikut Ma,” tiba-tiba Rangga sudah berdiri di sebelah sang Mama.

“Nimbrung aja!” sahut Adinda dengan bibir meruncing.

“Tuh! lihat Ma! Yang usil tuh bukan Rangga, tapi calon mantu Mama tuh!,” Bu Rahma tersenyum sembari berlalu dari hadapan Rangga dengan menggandeng tangan Adinda, tanpa menjawab ucapan Rangga. Sembari berlalu, Adinda mencibirkan bibirnya kearah dokter muda itu.

“Awas kau!” Rangga mengacungkan tangannya yang terkepal sembari menahan senyum. Kemudian dibalas Adinda dengan menjulurkan lidahnya.

***

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post