Ujian nasional yang selama ini memang menjadi ujian yang paling menakutkan bagi seluruh siswa. Namun ternyata bukan siswa saja yang cemas adanya Ujian Nasional, guru dan orang tua pun merasakan hal yang sama. Guru takut disalahkan atas buruknya nilai ujian anak, tentu ini menyiratkan kalau guru dianggap tidak berhasil dalam mengajar. Pihak sekolah pun takut jika siswa tidak lulus 100 % dalam mengikuti Ujian Nasional. Orang tua pun kewalahan membimbing anaknya agar anaknya lulus  UN. Mereka harus mengikitu les di luar jam sekolah yang sedemikian padatnya. Jika nilai siswa bagus tentu ini merupakan prestise dari sekolah tersebut. Berbagai pujian akan mengalir  dari berbagai pihak jika siswa sebuah sekolah lulus 100 % dengan nilai yang terbaik. UN membuat siswa, guru, dan pihak sekolah hanya fokus pada nilai bukan kompetensi.

Informasi Menteri Pendidikan Nasional ingin menghapuskan UN menunai pro dan kontra. Sebagian pihak menggagap hal ini adalah kebijakan yang sangat baik karena UN selama ini membebani siswa. Mereka hanya belajar beberapa bidang studi yang diujikan untuk menentukan kelulusan pada suatu jenjang pendidikan. Siswa sering menganggap bidang studi yang tidak di UN kan menjadi tidak penting. Ini penanaman karakter yang salah dengan membedakan guru sekaligus mata pelajaran yang diujikan. Disisi lain ada yang merasa khawatir kalau UN dihapuskan  sehingga siswa tidak memiliki daya juang yang tinggi untuk belajar dan cenderung menjadi santai. Agar daya juang siswa ini naik, salah satunya digenjot dengan diadakannya Ujian Nasional. Mereka berharap UN tetap dipertahankan agar mutu pendidikan dapat dipetakan.

Akhirnya Nadiem mengklarifikasi sejumlah informasi yang beredar tentang penghapusan Ujian Nasional. Ia menegaskan bahwa UN tidak dihapuskan melainkan menganti sistem menjadi asesmen kompetensi dan survei karakter. UN tidak lagi terfokus pada kemampuan siswa menghapal dan memmberatkan siswa, guru, juga orang tua. Kabar baik ini disambut antusias  oleh siswa, guru dan orang tua yang selama ini merasa terbebani dengan UN. Tentu dengan digantinya sistem UN untuk tahun 2021 siswa akan terbiasa belajar dengan menggunakan penalaran. Bukan hanya siswa, guru juga mesti mengajar dengan lebih mengedepankan literasi daripada hapalan. Selama ini guru mengajar dengan metode ceramah, hapalan, kemudian menguji siswa dengan tes pilihan ganda.

Tentu saja kebijakan yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan Nasional merupakan bagian dari masa depan pendidikan di Indonesia.  UN selama ini belum menyentuh pada karakter siswa secara keseluruhan, selanjutnya dengan diubah sistem ini mengajarkan siswa berpikir kritis melalui literasi. Semoga saja angin segar tentang UN nasional ini dapat mengubah wajah pendidikan di negara ini.

Namun saat detik detik UN akan dilaksanakan pada tahun 2020,  bangsa Indonesia berduka akibat penyebaran virus Corona sehingga UN dibatalkan. Pembatalan ini  bukan tanpa alasan, jika UNBK tetap dilaksanakan akan berakibat  fatal pada peserta didik terinfeksi virus yang mematikan ini. Pembatalan UN diambil sebagai penerapan social distancing (pembatasan jarak sosial) untuk menghentikan penyebaran virus Corona. Kita berharap semoga semuanya cepat berlalu.

Selamat menempuh UJIAN NASIONAL  untuk siswa tahun depan.