Paling Pintar Ngeles*
Guru adalah profesi yang paling pinter ngeles. Ya, ngeles dalam arti menghindarkan diri dari kondisi yang membuat diri malu atau tidak nyaman.
Keahlian ini diperoleh tidak begitu saja. Tidak ada guru yang langsung pintar ngeles. Pada awalnya ketika pertama kali masuk kelas, guru adalah orang yang paling idealis. Dalam benaknya dia seperti Soekarno yang berkata, “Berikan kepadaku sepuluh pemuda, akan aku guncang dunia.(1)” Anak-anak polos yang bertingkah super degil di kelas merupakan kebahagiaan bagi si guru muda. Teriakan dan tawa anak-anak menambah semangatnya untuk datang pagi membuka jendela kelas. Papan tulis hitam dan kapur putih adalah alat melukis jiwa-jiwa yang bermekaran.
Lalu dari mana datangnya keahlian ngeles itu. Kisahnya dimulai ketika guru muda itu ditugaskan ke sekolah yang pintu dan jendelanya hampir sama besar. Para guru yang ada di sekolah itu adalah para veteran pendidikan yang sudah banyak makan asam, garam, cabai,dan merica sejak Fuad Hassan dengan cerutunya menempati kantor di Sudirman. Para guru dari zaman lagu Oemar Bakri masih populer itu sangat bangga dengan para alumni sekolahnya yang sudah menjadi hakim,polisi, jaksa, satpol PP, bahkan tahanan KPK.
Si guru muda itu dengan pengetahuan yang masih berbau tinta printer dengan kepercayaan diri tinggi masuk dengan membawa segala macam strategi dan pendekatan untuk para murid yang menjadi impiannya. Rencana pelaksanaan pembelajaran yang diturunkan dari kurikulum terbaru lengkap dengan segala peralatan dan bahan ajar menjadi amunisi yang dibanggakannya. Si guru muda masuk ke kantor Kepala Sekolah dengan membawa flashdsik berisi semua itu. Kepala Sekolah memandangi guru muda dengan kacamata yang melorot di ujung hidung yang mirip A.Rafiq penyanyi dangdut jaman Rhoma Irama masih punya Soneta.
“Apa ini?” Tanyanya dengan suara parau seperti orang kehausan. “Ini persiapan saya,satu semester pak.” Jawab guru muda dengan nada yang membuat burung pipit bersiul renyah. “Tidak perlu repot-repot,” sambung Kepala Sekolah. “Di sini semua sudah jadi.” Katanya sambil menunjuk fotokopian berjilid dengan judul RPP SEPANJANG MASA. “Kamu pakai ini saja, nggak usah ngeprin lagi.” Katanya parau. “Ini sudah ada rekomendasi dari UPTD.” “Kamu tahu kan UPTD itu apa?” Si guru muda mengangguk lemah tak berdaya. Semangatnya yang berapi-api seperti letusan gunung Sinabung seketika loyo seperti sosis yang direbus terlalu lama.
Sejak itulah ia menjadi ahli ngeles. Entah apakah cerita di atas itu kata per kata, kalimat per kalimat hingga paragrafnya saling berhubungan atau tidak yang penting dia berubah total. Dari seperti Soekarno menjadi seperti Mukidi.
Anak-anak tetap menyukainya, tetapi itu tidak bermakna bagi masa depan mereka.Walau banyak canda dan tawa, tetapi ya sekedar membuka mulut menganga dan “Hahahaha,” tiada banyak makna. Itu semua karena apa yang diberikannya berasal dari fotokopian berjilid RPP SEPANJANG MASA dari CV Bintang Laut Bercabang Seribu.
*Silakan komentar, nanti pasti dijawab dengan ngeles.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Nyindir euy, hahaha .... Ditunggu tlsn tengil berikutnya yaaaaaaa.
Curhat?