Septiningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Multiperan Perempuan dalam Perspektif Perempuan Multiperan

Tiap kali melewati jalan ketika berbarengan dengan waktu berangkat dan pulang para pekerja dan anak-anak sekolah, dalam benak saya berseliweran aneka kata dan tanya. Pasalnya, yang saya lihat dari kebanyakan pengguna jalan itu adalah kaum perempuan. Perempuan pekerja maupun perempuan yang mengantar jemput anak-anak mereka.

Tanpa menafikan peran laki-laki, tak dapat dipungkiri bahwa peran perempuan pada era kekinian tak sekadar menjadi istri dan ibu yang mengurus suami dan anak-anak mereka dalam dunia yang sempit, rumah mereka. Namun, perempuan zaman now memiliki dunia yang justru lebih luas daripada para laki-laki. Mereka tak hanya berada di rumah saja, tetapi mereka memiliki “dunia lain” yang lebih luas. Mereka punya dunia kerja, dunia belanja, dunia antar jemput anak sekolah, dunia salon dan perawatan tubuh, dunia senam atau yoga, bahkan dunia arisan dan sosialita.

Wah, wah, wah..., betapa hebat perempuan-perempuan zaman now ya. Mereka bangun pagi buta, membereskan pekerjaan rumah, menyiapkan keperluan anak-anak, suami (bagi yang bersuami), dan dirinya. Berhias, berpakaian kerja, menyiapkan sarapan untuk keluarganya (dia sendiri belum tentu sempat sarapan pagi), menyiapkan kendaraan yang akan mereka pakai, lalu meluncurlah mereka di jalan raya nan ramai. Mengantar anak-anak mereka ke sekolah lalu ke tempat kerja mereka. Di sela-sela mereka bekerja, mereka akan menyempatkan berbelanja keperluan sehari-hari dan menyempatkan menjemput anak-anak mereka pulang sekolah, tetapi tetap dapat bekerja dengan baik, pekerjaan mereka tak terbengkelai.

Sepulang kerja, para perempuan perkasa ini pun masih harus membereskan pekerjaan rumah maupun kantor yang belum selesai, bahkan tidak sedikit perempuan yang masih mengurusi pekerjaan sampingan di luar pekerjaan pokoknya di tempat kerja. Apalagi perempuan single parent. Seakan-akan para perempuan itu adalah makhluk serba bisa, yang mampu “nyungsang njempalit” banting tulang menjadi tulang punggung keluarga.

Tanpa bermaksud merendahkan keperkasaan kaum laki-laki, ternyata banyak perempuan yang justru lebih kuat dan perkasa fisik maupun mentalnya daripada laki-laki.

Penulis adalah peserta Sagusabu PGRI Purbalingga

SMP Negeri 2 Purbalingga

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bahasa tulis yang enak dicerna

31 Oct
Balas

terima kasih. mohon bimbingannya.

31 Oct
Balas



search

New Post