Kemarin minggu Saya seperti biasa Jogging dari rumah sampai perumahan, berjarak 10km sebanyak 1 putaran. Ketika sudah melangkahkan kaki di jarak 4 KM saya bertemu anak yang sedang main dipinggir jalan. Dengan raut wajah yang seolah bilang memang masih musim jogging, saya balas dengan tersenyum saja. Memang selama Pandemi Covid-19 kegiatan gowes sudah menjamur. Mulai dari olahraga pakai sepeda, mejeng pakai sepeda, belanja ke pasar pakai sepeda, ke sekolah pakai sepeda, touring pakai sepeda dan pamer pakai sepeda.

Kemudian saya lanjut lagi jogging, di jarak 8 KM saya duduk sejenak dan membeli air mineral serta snack bar. Saya melihat sepasang mudamudi pakai sepeda sama warnanya mungkin dapat diskon dari toko sepedanya. Tapi saya tidak tahu apakah nanti kelak mereka selamanya masih bersepeda sampai tua. Setelah beristirahat 15 menit saya mau lanjut jogging dan hendak menyebrang jalan, disebrang jalan ada anak merengek ingin dibelikan sepeda ke bapaknya. Tapi sepertinya bapaknya akan menceritakan ke anaknya dulu ketika seumuran anaknya. “Bersepeda itu berbahaya” bualan dari bapaknya itu akan sedikit menghela napas karena masih terhimpit dengan pembayaran dan pembayaran yang masih menggantung didadanya.

Setelah menyebrang jalan dan melanjutkan jogging di jarak 10 KM, saya jongkok sebentar untuk merapihkan tali sepatu saya yang tadinya longgar jadi saya kencangkan dan kaos kaki saya agak sedikit dipaskan dengan lutut serta knee protector juga agak saya paskan posisinya. Kemudian saya ingin melihat sudah jam berapa di mi band 2, ternyata sudah pukul 09.00 dari arah belakang terdengar suara bel sepeda “kring…kring…” ketika saya menoleh ternyata ada Bapak-bapak yang sedang gowes dan dari deretan pesepeda paling belakang ada anak yang memberikan jempol ke saya. Saya tidak kenal, tapi pas saya lihat lebih teliti. Ternyata anak itu yang saya temui di jarak 4 KM saya jogging hari minggu itu.