Sasrianti, S.S.

Guru di MAN 2 Payakumbuh, Propinsi Sumatera Barat sejak Juli 2004. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Bentuk Salah Kaprah dalam Berbahasa (#tantangangurusianaHke21#pojoklinguistiksas)

Bentuk Salah Kaprah dalam Berbahasa (#tantangangurusianaHke21#pojoklinguistiksas)

Bentuk Salah Kaprah dalam Berbahasa

#Tantangangurusiana

Tantangan hari ke-21

Sudah pernahkan Anda mendengar bentuk salah kaprah dalam berbahasa? Dalam bahasa Indonesia, bentuk baku dan tidak baku sudah lazim didengar. Nah, ada satu lagi bentuk salah kaprah. Tata bahasa berkaitan dengan hal-hal kompleks dan rumit, yaitu menyangkut kata dan kalimat. Jika tidak menguasai ejaan, sulit bagi kita untuk menguasai tata bahasa.

Seorang penulis harus memahami seluk-beluk kata dalam bahasa Indonesia. Ia harus mengetahui mana bentuk baku, bentuk tidak baku dan bentuk salah kaprah. Bentuk baku adalah bentuk yang telah distandarkan dan disepakati penggunaannya. Bentuk tidak baku adalah bentuk kata yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Bagaimana dengan bentuk salah kaprah? Ajip Rosidi, seorang bahasawan dan juga sastrawan tersohor, pernah mengemukakan salah kaprah dalam berbahasa Indonesia. Baginya, salah kaprah itu berbeda dengan salah paham (salah kaprah sering digunakan untuk maksud salah paham). Salah kaprah berarti sebuah kesalahan atau kekeliruan yang digunakan secara luas dan masal sehingga dianggap kaprah (biasa;lumrah) atau dianggap kelaziman.

Menurut analisis saya, berdasarkan dua sumber berbeda kesalahkaprahan dalam berbahasa ada tiga jenis, yaitu dalam bentuk kata, dalam bentuk makna, dalam dalam bentuk penulisan. Kalau dalam bentuk kata, diamati dari contoh di bawah ini sama dengan bentuk tidak baku yang kita kenal pada umumnya. Sementara itu, dalam bentuk makna berkaitan dengan pergeseran makna kata.

Contoh salah kaprah bahasa dari segi bentuk kata:

Bentuk Benar Bentuk Salah Kaprah

andal handal

imbauan himbauan

anutan panutan

Mengubah merubah

silakan silahkan

tampak nampak

waswas was-was

Contoh salah kaprah bahasa dari segi makna:

1. Tegar

Semoga keluarga yang ditinggalkan dalam musibah ini menjadi tegar.

Pada awalnya (cek Kamus Umum Bahasa Indonesia, karya W.J.S Purwadarminta), kata tegar berarti keras kepala, kepala batu dan ngeyel. Namun, entah sejak kapan kata ini bertambah makna (jadi dua makna) yaitu tabah; kuat; sabar. Padahal makna kedua ini bertolak belakang dengan yang pertama. Entah kenapa pula dalam keseharian makna yang lebih sering beredar makna yang kedua seperti pada kalimat contoh di atas.

2. Absensi

Absensi Kehadiran Panita Kegitan Sagu-Sabu Kota Payakumbuh

Apa yang keliru dari tulisan itu? Ya, betul. Yang keliru adalah penggunaan absensi yang disertai dengan kata kehadiran. Absen dipungut dari bahasa Belanda (absent), berarti tidak hadir atau tidak masuk. Jadi, kalau absensi digabung dengan kehadiran maka akan jadi arti yang beza, kalau kata orang Malaysia, dan bertentangan. Lebih baik tulisan absensinya dihilangkan. Namun begitu, penggunaan kata mengabsen (pemanggilan daftar hadir agar tahu mana yang hadir dan tidak) atau absensi (daftar ketidakhadiran) sah-sah saja digunakan.

3. Acuh

Kata “acuh” merupakan kata paling sering disalahartikan. Bagi sebagian penutur, acuh itu berarti cuek dan tidak perhatian. Padahal menurut kamus, acuh itu berarti peduli; hirau; ingat; indah; hisab. Jadi kalau kalimat: dia sudah mengacuhkanku lagi berarti dia sudah memedulikan dirinya lagi. Lalu bagaimana dengan frasa acuh tak acuh? Ya, berarti itu berarti peduli-tidak peduli atau terkadang perhatian dan terkadang tidak.

4. Nol (0) dengan kosong

Tanya : Mba, saya mau pesan taksi..

Jawab : Oh, baik. Berapa nomor teleponnya pak?

Tanya : nol delapan satu tiga…

Jawab : kosong delapan satu tiga…

Tanya : mba, nol. Bukan kosong…

Ada yang menyamakan peran angka nol (0) yang diambil dari bahasa Belanda (nul), dengan kata kosong. Dalam penjelasan Tesaurus Bahasa Indonesia, padanan untuk nol itu kosong, namun hanya diberi label cak (cakapan alias tidak resmi; informal). Sementara makna kedua adalah hampa; nihil dan keduanya merupakan kata sifat. Padahal kata nol pada contoh di atas merupakan kata bilangan, bukan kata sifat.

Contoh salah kaprah bahasa dari segi penulisan:

1. Pasca vs paska

Kuliah Perdana Paska Sarjana Sekolah Tinggi Intelijen Negara

Akhir-akhir ini para pembawa berita di televisi sering membubuhkan kata pasca untuk mengganti kata sesudah atau setelah. Mungkin kata itu terdengar lebih keren dibandingkan dua kata padanannya. Hal itu sah-sah saja. Tapi masalahnya banyak yang menulis atau membaca kata ini dengan ejaan paska. Kesalahan lain adalah memisahkan penulisan pasca dengan kata apa pun yang melekat setelah kata itu. Misalnya, pasca bayar, pasca SBY atau pasca tsunami.

Pasca merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta dan dalam penulisannya mesti digabung karena termasuk bentuk terikat. Ada juga penulisan yang menggunakan tanda strip (–) seperti pasca-SBY, maksudnya setelah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono; pasca-SBMPTN, setelah ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Selain itu, bedakan penulisan pascatsunami dengan pasca-Tsunami Aceh. Pascatsunami, penulisannya dirangkai karena tsunami yang dibahas merupakan kejadian alam yang umum sedangkan pasca-Tsunami Aceh lebih khusus.

Demikianlah bentuk salah kaprah dalam berbahasa, semoga dalam penulisan dan dalam pengucapan kata-kata tidak ada lagi kita yang salah kaprah, karena siapa lagi yang akan mencintai bahasa Indonesia kalau bukan kita. Jangan sampai orang asing yang belajar bahasa Indonesia lebih mengusai tata bahasa Indonesia dibandingkan kita atau hanya guru bahasa Indonesia saja.

referensi:

Gantamitreka& Shokha. 2016. Kesalahan Berbahasa Penggunaan EYD. Solo: Genta Smart Publiser

Fajar, Erikha.2016. 10 Salah Kaprah dalam Bahasa Indonesia. https://www.zenius.net/blog/7077/bahasa-indonesia-salah-kaprah. Dikutip 4 Februari 2020

#pojoklinguistiksas

#semogabermanfaat

Payakumbuh, 4 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

semangat buk ce......

07 Feb
Balas

Iyo Buuuk, ditambah sumangek dari ibuk

11 Feb



search

New Post