Sepenggal Rindu di Hari Fitri
Dentuman takbir berkumandang dimana-mana. Sebagai penanda ramadhan telah ditutup dan disambut dengan alunan takbir yang iramanya menyentuh kalbu. Subuh itu si gadis kecil telah bangun dan bikin kegaduhan. Safira, gadis kecil Itu berlari-lari membangunkan seisi rumah. Bangun... Bangun... teriak Safira dengan sekeras-kerasnya. Kalau tak bangun, dia akan terus beraksi dengan berbagai cara. Akhirnya, seisi rumah bangun dan bersiap-siap hendak shalat idul fitri.
Safira gadis kecil yang periang sudah siap dengan segala pernak pernik lebaran idul fitri. Kata orang, hari raya itu identik dengan THR. Tas kecil yang udah berisi dengan uang-uang kertas baru dan masih tegang. Terselempang di bahunya yang kecil. Dia segera mengajak smua anggota keluarga untuk segera menuju rumah Allah untuk menunaikan shalat Idul Fitri.
Langkahnya seolah-olah memberitahukan kepada keluarga ayo bersegera. Namun semua itu terhenti setelah gadis kecil itu terjatuh dan kepalanya membentur batu. Darah mengucur dari hidungnya. Akhirnya semua harus berakhir di rumah sakit. Gadis kecil itu harus dirawat dalam keadaan koma. Tangispun pecah dengan rasa sesal yang menyeruap di dada. Keluarga hanya bisa pasrah dengan semua ini. Namun Allah lebih sayang dengan Safira. Tiga hari dirawat dalam keadaan koma, semua harus diakhiri dengan pusara yang berbunga.
Tepat hari ini tiga tahun yang lalu, ingatanku tertumbuk rasa rindu keahadirannya. Butiran bening ini akhirnya tak bisa dibendung. Turun bagaikan air sungai yang tak henti-hentinya. Sesegukan tangis membuncah dari tenggorokannku. "Adek... Kami rindu padamu. Semoga rindu ini dapat engkau rasakan dari surga." ucapku dengan terbata.
Lalu aku segera bangkit mengambil air wudhu. Aku pergegas persiapanku untuk menunaikan shalat Id. Takbir terus berkumandang di antara rongga ruang udara. Dengan bismillah kulangkahkan kakiku menuju rumah Allah.
Sesampainya di mesjid aku dan jamaah shalat Id lainnya segera menunaikan shalat. Setelah selesai, aku berdoa kepada Allah agar Safira bahagia di surgaNya. Adek... Kami semua rindu kehadiranmu. Rindu dengan tawa dan lari-lari kecilmu. Bulir-bulir bening kembali turun hingga aku seguk-segukan.
Setelah selesai shalat Id, aku langsung pulang dan bersalaman dengan semua keluarga. Setelah itu, aku berlari menuju pusara kecil yang udah bersih di samping rumahku. Tangis itu kembali pecah. Sambil menangis, kuperbaiki pusara Safira. "Adek, kakak sayang sama kamu." gumamku. Tak terasa tiba-tiba aku merasakan hembusan angin dingin menghampiri tubuhku. Aku seolah-olah merasakan kehadiran Safira. I love you, i miss you my sis....
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
mantul