Saroh Jarmin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID DENGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Ilustrasi: https://sindunesia.com/gambar-anak-sekolah-kartun/

MEMENUHI KEBUTUHAN BELAJAR MURID DENGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Seorang guru akan berhadapan dengan banyak murid yang beragam di kelasnya. Keragaman murid tersebut harus menjadi perhatian penting dan menjadi salah satu pertimbangan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Karakteristik murid yang beragam harus terakomodasi dengan baik dalam satu kemasan pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang sama, tujuan yang sama, dan kelas yang sama. Memangnya bisa? Di sinilah, seorang guru penting memahami bagaimana menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Menurut Tomlinson (2000), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Namun, ini tidak berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Lalu apa? Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.

Sedikitnya ada lima karakteristik pembelajaran berdiferensiasi, yaitu (1) terciptanya lingkungan belajar yang ‘mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Setiap murid merasakan bahwa proses yang dilakukan mendukung mereka dalam belajar; (2) adanya kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas dan dipahami tidak hanya oleh guru, tetapi juga oleh murid; (3) melakukan penilaian berkelanjutan dengan menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan; (4) guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya dengan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda; dan (5) terwujudnya manajemen kelas yang efektif yang dilakukan oleh guru dengan menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, tetapi tetap dengan struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Lantas, bagaimana pembelajaran berdiferensiasi ini dapat dengan mudah dilakukan di kelas? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita bisa berkaca pada tujuh indikator pembelajaran berdiferensiasi dikatakan berhasil berikut ini yang diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. ©2017 oleh ASCD.

1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif

Dalam kelas, guru akan berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk mencapai dan mengekspresikan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang dirancang akan cocok untuk sebagian besar murid. Diferensiasi yang efektif biasanya dirancang agar cukup kuat untuk melibatkan dan menantang beragam murid di kelas.

2. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif

Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara murid yang lebih tinggi kemampuannya diminta menyelesaikan tugas hitungan dan ditambah dengan soal-soal cerita.

Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan. Seorang murid yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas.

3. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian

Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi kelas, pekerjaan murid, observasi, dan penilaian formal sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid memaksimalkan potensi dan bakatnya.

Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi didominasi sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang mendapatkannya." Pra-penilaian diagnostik secara rutin akan dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, akan mengambil berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya selama unit tersebut berlangsung.

4. Pembelajaran berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk

Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten — masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses — bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan (3) produk — keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Dengan membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk murid secara individu.

5. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid

Pembelajaran berdiferensiasi beroperasi pada premis bahwa pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil mengundang murid untuk terlibat, relevan, dan menarik bagi murid. Akibat dari premis itu adalah bahwa semua murid tidak akan selalu menemukan jalan yang sama untuk belajar yang sama mengundang, relevan, dan menariknya. Lebih lanjut, pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus dibangun di atas pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya — dan bahwa tidak semua murid memiliki fondasi belajar yang sama pada awal proses pembelajaran. Para guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman secara akademis berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang lain.

6. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual

Ada waktu ketika pembelajaran seluruh kelas adalah pilihan yang efektif dan efisien. Ini berguna untuk membangun pemahaman bersama, misalnya, dan memberikan kesempatan untuk diskusi dan ulasan bersama yang dapat membangun rasa kebersamaan. Pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh irama berulang dari melakukan persiapan kelas, mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk eksplorasi individu atau kelompok kecil, ekstensi, dan produksi.

7. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis

Di ruang kelas yang berbeda, mengajar adalah sebuah evolusi. Murid dan guru sama-sama pembelajar. Guru mungkin tahu lebih banyak tentang materi pelajaran, namun mereka juga terus belajar tentang bagaimana murid mereka belajar. Kolaborasi yang berkelanjutan dengan murid diperlukan untuk memperbaiki peluang belajar agar efektif untuk setiap murid. Guru memantau kecocokan antara kebutuhan murid dan proses pembelajaran mereka serta membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan.

Dengan berkaca pada ketujuh indikator tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi sangat penting dipahami oleh seorang guru. Dengan memahami konsep pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat memilih metode, teknik, model, dan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Semua murid berada dalam satu kemasan pembelajaran dengan tujuan yang sama, tetapi sangat mungkin belajar melalui konten, cara berproses, dan menunjukkan produk secara berbeda, namun tetap berada dalam kendali guru yang sama.

Penerapan pembelajaran berdiferensiasi ini tentu saja selaras dengan misi penting dari visi guru penggerak untuk mewujudkan merdeka belajar yang menjadi dasar terwujudnya karakter murid sesuai Profil Pelajar Pancasila. Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru berperan sebagai penuntun para murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi juga relevan dengan nilai-nilai guru penggerak yang salah satunya adalah guru harus berpihak pada murid. Keberpihakan guru pada murid ini pula yang akan membangun disiplin positif di kelas dan akhirnya akan menumbuhkan budaya positif di sekolah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post