Menurut dr Aisyah Dahlan, otak kita terdiri 100 milyar neuron. Satu neuron itu seperti satu laptop. Setiap satu neuron dengan neuron lainnya itu saling tersambung.oleh suatu zat kimia. Sinyal-sinyal itu digambarkan dalam perjalanan arus listrik secara fisika. Semakin sering diulang-ulang informasi, maka neuron-neuron penghubung akan semakin menebal. Ini yang disebut pintar. Kalau cerdas, ibarat memunculkan benang-benang yang baru yang memberikan informasi baru.

Otak kita dibagi menjadi dua bagian kiri dan kanan. Bagian kanan dilambangkan dengan hal-hal yang rileks, ringan, irama, warna, bermain, digital thinking, dan lain-lain. Sedangkan bagian kiri bagian hal-hal yang serius, rasional, logika, berhitung, bahasa, analisis, dan detil. Pada anak perempuan, otak kanan kiri-nya seimbang. Berbeda dengan anak laki-laki otak kanannya lebih berkembang cepat dibanding otak kirinya hingga usia 18 tahun. Di atas 18 tahun barulah otak kanan dan kiri anak laki-laki berkembang seimbang.

Di dalam otak ada Pituitary hormon, mengeluarkan hormon bahagia, hormon ini akan keluar jika melakukan sesuatu sambil bergerak, bermain. Hormon ini menimbulkan rasa senang, relaks, dan menyenangkan. Maka hafalan bila dilakukan dengan keadaan rileks, sambil bergerak akan menyebabkan lekas hafal dan tertanam kuat dalam otak.

Di bagian otak itu ada bagian yang namanya batang otak. Batang otak bekerja dibawah tekanan akan tegang, pengen nyerang atau kabur. Ini yang dikatakan naluri hayawan (hewan). Untuk melindungi diri dari serangan luar. Bila belajar dalam kondisi tegang, maka pelajaran gak akan masuk, inginnya pergi atau melawan.

Dalam otak ada otak emosi, ini yang membangun otak mamalia. Ini bekerja dalam the limbic system. Allah mengingatkan bahwa dalam diri manusia ada sifat binatang. Disinilah pentingnya Aqiqah pada seorang anak. Sebagai tebusan atas sifat binatang pada anak. Anak laki-laki otaknya lebih berat dari anak perempuan, maka aqiqahnya dua ekor kambing, dan anak perempuan satu ekor kambing. 

Pada anak-anak, sebaiknya kondisi belajar dibuat semenyenangkan mungkin. Bila anak-anak menyampaikan, "Bunda... aku capek. Bunda... aku bosan. Bunda... aku gak ngerti. Bundaa... aku lapar." 

Kita pahami saja dulu. Jangan marah. Biarlah dikeluarkan emosinya. Kemudian, setelah agak lega barulah dibantu mencari jalan keluarnya. Bagi orang tua, boleh juga kok mengeluh seperti itu.  

Bagi anak sampai belum baligh, ada empat jenis yang dirasakan, senang, takut, sedih, dan marah. Dari kondisi yang empat ini, bila terus menurun akan menyebabkan depresi. Kondisi lebih buruk akan dapat terjadi. Dalam kondisi tegang, maka pelajaran juga tak akan masuk. Dalam kondisi ini, boleh kita ungkapkan.

Bila orang dewasa ada sepuluh tingkat emosinya, dalam tiga kelompok besar yaitu ada kelompok nafsu lawamah, nafsul amarah, dan nafsul muthmainnah. Bila menghafalkan dengan tenang, akan sampai pada kondisi muthmainnah. Keuntungannya sampai di nafsul muthmainnah adalah tenang, ikhlas. Cara menaikannya dengan menarik nafas panjang, nafas dada, nafas pendek, nafas dalam dengan benar, dan banyak mengucapkan istighfar.

Rasulullah bersabda, “Siapa saja rutin membaca istighfar, maka Allah subhanahu wata ‘alaa akan memberikan solusi atas setiap masalah yang dihadapinya, dan Dia akan memberikan rezeki dari jalan yang tak terduga.” Hadits riwayat Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim, dan Baihaqi.

Wallahu a’lam.

@Depok, 25 Januari 2021 #369/109