Diawal November pasca libur Nasional saya begitu lelah, karena tiga hari kerja esktra di kebun mengisi hari libur. Saya tidak terbiasa mengisi hari libur dengan keluar daerah. Mungkin faktor finansial juga, soalnya kalau keluar harus memboyong tujuh buah hatiku yang masih kecil-kecil.

Pagi itu, cuaca dingin, langit dibagian arah gunung Latimojong agak tebal, hujan rintik-rintik mulai lagi turun, menghambat cahaya matahari untuk segera muncul menyinari bumi. Perasaan malas untuk bangkit beraktifitas karena dekapan hawa dingin akibat sisa hujan semalam. Dengan jaket hitam tebalku mulai menemani pagiku dengan kopi asli Latimojong yang harum gurih plus goreng ubi hasil kebun.

Gutasi di ujung daun mulai meleleh oleh desakan hujan rintik-rintik . Akupun semakin berat untuk bangkit dari tempat dudukku padahal agenda sudah tetulis di papan kegiatan harianku.Tiba-tiba dari arah barat sekelompok burung bangau terbang melintas diatas langit arah utara rumah saya. Rupanya kawanan burung ini yang selalu melintas pagi dan sore. Akupun tersentak sadar. Rupanya rasa malas untuk beraktifitas harus kulawan.Berkah pagi harus kuraih. Bukankan Rasulullah mengajarkan doa” Allahumma Bariklana fibukurina.” Ya Allah berkahilah waktu pagi kami”. Setumpuk agenda telah menanti. Akhirnya semangat beraktifitas bangkit kembali seiring kawanan burung bangau melintas indah dengan kepakan sayap putihnya. Terbang meliuk kadang melambat, melandai mengintai reskiNya dengan penuh semangat datang lapar pulang kenyang Penuh gairah tak pernah menyerah. Seolah memanggil saya untuk bangkit, melawan rasa malas dipagi itu dan berkata “ Tugas mulai menantimu”.

#Tantangan menulis 60 hari

#Tantangan menulis hari ke-52