sapar

Sapar, S.Pd.,M.Pd Guru Sekolah Dasar Islam Terpadu Rumbo Kab. Enrekang. Anak ke 8 dari sembilan bersaudara. Tammat SD tahun 1986, SLTP tahun 1989 dan Tama...

Selengkapnya
Navigasi Web
Orang Tua, Siswa dan Guru di Titik Jenuh

Orang Tua, Siswa dan Guru di Titik Jenuh

 

Penyebaran  penyakit copid-19  sudah memasuki bulan ke Sembilan terhitung sejak maret 2020. Sistem belajar dari rumah adalah alternatif  dianggap paling aman. Bahkan istilah di rumah saja diterapkan  diawal-awal penyebaran copid 19.  Setelah beberapa saat istilah itu tidak seekstrim penerapannya di masyarakat. Bahkan masyarakat kelihatannya mulai melonggarkan meski pemerintah masih menganggap  aturan itu belum dicabut.

Beberapa bulan  terakhir ini kesadaran masyarakat pasca dicanangkan istilah new Normal mulai berubah bahkan cenderung sudah tidak peduli. Apalagi setelah pasar-pasar, tempat hiburan dan pesta-pesta mulai diperbolehkan meski dengan protokol kesehatan yang cukup ketat. Pernyataan yang sering kita dengarkan dari masyarat cukup beragam. Mereka mengistilakan  pilih kasih. Maksudnya beberapa tempat diperbolehkan seperti  pasar sebagai sentra ekonomi sementara sekolah dan rumah ibadah masih ditutup. Bahkan pesta-pesta pernikahan dan sejenisnya sudah tidah ubahnya sebelum ada pandemic-copid 19.

Sebagai pendidik yang hidup ditengah  masyarakat yang  majemuk, hampir setiap saat ada usulan, saran, bahkan  beberapa pernyataan bernada protes tentang sistem Pembelajaran selama masa pandemic-copid 19 baik dari masyarakat, orang tua siswa bahkan siswa sendiri. Intinya mereka menginginkan sekolah tatap muka kembali di buka. Berbagai alasan yang disampaikan dengan berbagai sudut pandang antara lain, jaringan, siswa tidak bisa belajar maksimal, repot, bahkan biaya membengkak  dan segala alasan.

Setelah dianalisa segudang alasan orang tua siswa maka, bisa kita menarik kesimpulan bahwa semua itu adalah akibat dari kejenuhan – kejenuhan dalam situasi khususnya dalam menangani anak belajar di rumah (BDR). Bahkan tidak jarang ungkapan orang tua yang mengisyaratkan mereka menyerah tanpa syarat. Diantara pernyataan yang sering kita dengar bahwa “tugas guru memang berat” setelah kapok menangani anak sendiri yang hanya terdiri dari satu, dua atau hanya sampai tiga. Maka tidak heran kalau semua ingin tatap muka segera dilaksanakan. Orang tua merasa jenuh mengajar anaknya, sang anakpun merasa ibu dan bapanya tidak cocok jadi guru. Intinya semuanya jenuh bahkan sudah level  di titik Nadir. Semoga semua cepat berlalu.

#Tantangan menulis 90 hari

#Tantangan menulis hari ke 67

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap pak sukses selalu

24 Nov
Balas

betul pak, berkali2 dapat WA dari wali murid yg menayakan kapan sekolah dibuka .. . semoga tahun ajaran yang akan datang kita sudah bisa Off Line seperti biasa . . . ulasan yang bagus. salam literasi

23 Nov
Balas

salam balik syukran

23 Nov



search

New Post