Memenangkan Pilkada Tanpa Baliho tanpa Kampanye
Seorang alumni ponpes tinggal di sebuah desa setelah 6 tahun menyelesaikan pendidikannya. Dia wanita yang dikenal kuper (kurang pergaulan) maklum dia banyak tinggal di rumah. Aktivitas lainya selain membantu orang tua mengurus rumah tangga dia juga membina Taman pendidikan Alquran. Sebenarnya dia bukan kurang pergaulan hanya dia paham syariat agama yang telah dipelajarainya bahwa wanita harus pandai menjaga diri, tidak layaknya wanita sebayanya yang bebas keluar rumah walau tanpa hijab sekalipun.
Setelah beberapa tahun tammat pendidikan di pondok pesantren, keluarganya mulai was-was dengan umurnya yang sudah dianggap layak untuk berumah tangga. Keluarganya hawatir karena dia tidak keluar bergaul bersama dengan laki-laki lain apalagi mengenal istila pacaran. Ketika ditanya tentang usianya dia hanya menjawab “ Jodoh ada di tangan Tuhan kalau sudah waktunya akan ada saja jalannya”. Keluarganya pun semakin penasaran. Masyarakat sudah banyak yang membicarakan prinsip alumni pesantren tersebut yang dianggap tidak seperti kebanyakan wanita seusianya.
Dipuncak kehawatiran keluarganya tiba-tiba sigadis tersebut menyampaikan kepada kedua orang tuanya kalau ada laki-laki yang akan datang meminang seandainya ada restu dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya menanyakan “ Siapa Namanya dan apa pekerjaanya,”? Sigadis tersebut hanya menjawab,” saya belum kenal betul, tapi dia alumni pesantren juga,”. Maklum di pesantrennya sistim pembinaan dengan istila satuan terpisah. Laki-laki dan perempuan tidak bercampur baur tetapi masing-masing ada pondoknya. Tapi intinya keluarga setuju walau dengan perasaan was-was.
Pada waktu hari “ H” peminangan, satu hal yang lain menurut keluarga karena silaki-laki ikut bersama dengan rombongan. Keluargapun penasaran dengan laki-laki itu jangan sampai mengecewakan. Setelah proses peminanagan selesai keluarga sangat puas dengan ketampanan laki-laki tersebut apalagi keluarganya berasal dari keluarga berada plus uang panaik dan mahar yang di anggap pantastis untuk ukuran di desanya.
Setelah beberapa hari menunggu tibalah hari pelaksanaan akad nikah.Proses berjalan lancar dan diakhir pelaksanaan seorang ustaz menyampaikan khutbah Nikah. Inti yang disampaikan adalah hal yang dianggap tidak biasa kedua pengantin tidak saling kenal apalagi istilah pacaran. ,” Insya Allah dia akan pacaran setelah menikah,” Kata pimpinan pesanten tersebut. Satu hal yang membuat jamaah walimah tersenyum karena beliau mengaitkan dengan momen pilkada (pemilihan Kepala Daerah). “Pilkada sisa berapa hari,” kata sang khatib. Tapi kemanangan ada pada fulanan (pengantin wanita) yang telah memenangkan pilkada tanpa baliho, tanpa kampanye. Apa itu Pilkada “ Pilihan Kakanda” jawab sang khatib jamaahpun tertawa dan semua puas.
#Tantangan Menulis 60 hari
#Tantangan menulis hari ke 58
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
kereen. sukses selalu
makasih bu salam literasi