Ketika Guru Kehilangan Orientasi
Kata digugu dan ditiru adalah dua kata yang mesti melekat pada diri guru. Bukan hanya sekedar disebutkan saja tetapi istilah itu memang melekat alamiyah. Artinya sudah menjadi kepribadian seorang guru yang membuat dirinya disebut guru.
Mengapa sifat digugu dan ditiru mampu melekat pada diri guru? Bahkan sampai meninggal orang masih mengenangnya dengan sebutan tuan guru. Hal ini karena sifat itu adalah merupakan orientasi awal atau komitmen awal yang dimiliki oleh seorang sebelum menjadi guru. Mereka paham bahwa ketika menjadi guru konsekwensinya adalah harus mampu digugu dan ditiru, baik siswa maupun orang-orang yang ada disekitarnya. Hal ini memang wajar karena menjadi guru disaat-saat kesejahteraan guru (sebelum reformasi) belum sebaik saat ini. Bahkan bisa dikatakan belum sejahtera. Sehingga menjadi guru orientasinya bukan materi tetapi mendidik siswa. Disaat itu dana Bos, pendidikan gratis, sertifikasi, gaji 13 dan 14 belum tercium keberadaannya. Sehingga menjadi guru adalah pilihan nekat bagi orang yang tulus untuk membaktikan dirinya sebagai pahlawan plus tanpa tanda jasa.
Apakah keadaan saat itu masih seperti hari ini? Bisa kita jawab ya dan juga tidak. Tergantung oknumnya sebelum dan bercita-cita jadi guru.
Dengan berbagai tunjangan yang menjanjikan, hingga guru betul-betul sudah sampai pada sejahtera dalam tanda kutip, tidaklah sebuah jaminan akan menjadi guru yang memerankan diri sebagi guru yang digugu dan ditiru. Bahkan sudah banyak oknum guru yang cukup membuat kita heran dengan kelakuannya yang jauh dari kata “digugu dan ditiru”. Mengapa? Mungkin inilah yang disebut guru salah orientasi atau salah niat. Bukan untuk mengabdikan diri mencerdaskan anak bangsa tetapi ada hal yang sifatnaya materi keduniaan saja. sehingga terkadang harga diri guru dikorbankan demi iming-iming sesuatu yang lebih pada orientasi dunia alais Uang. Semoga saya dan semua terlindung dari hal tersebut.
#Tantangan menulis 365 hari
#Tantangan menulis hari ke-96
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar