Dalam hidup manusia dituntut untuk menuntut lilmu sepanjang hayat. Long life education menjadi sesuatu yang dipahami dan dimengerti ,seolah kata ini menjadi kalimat dalam bahasa Indonesia. Bahkan orang berpendidikan rendah saja bisa memahami istilah ini saking seringnya diucapakan . Hanya saja yang istilah ini sebenarnya sudah disampaikan oleh rasulullah 14 abad silam. Rasulullah dalam sabdanya “ Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahad”.

Jika kita disuruh belajar sejak dari ayunan sampai ke liang lahad berarti dibutuhkan fasilitas yang mendukung terwujudnya perintah itu, termasuk guru untuk mengajar kita. Dalam situasi yang serba terbuka, media internet yang bisa diakses hampir tanpa batas, segala ilmu ada di Mr. Google. Masih perlukah guru untuk belajar? Atau sudah cukup dengan belajar otodidak dengan tersedianya fasilitas yang sangat memudahkan untuk belajar? Jawabnya tentu belum cukup.

Dalam beberapa peristiwa dalam hidup kita ini sering ada hal-hal baru yang menjadi pelajaran bagi kita setelah selesai momen tertentu atau peristiwa. Saya mengambil contoh disaat saya baru memulia menulis hari pertama digurusiana. Saya telah berkali-kali membaca artikel trik-trik memulai menulis bagi penulis pemula. Juga saya lahap beberapa buku keterampilan dasar menulis tapi sepertinya tidak bisa menyelesaikan masalaha saya. Akhirnya kumulai menulis meski tersendat-sendat. Setelah itu menulis hari kedua langsung tidak terkirim karena terkendala jaringan dan waktu sisa sedikit akhirnya remedial. Di saat itu saya baru sadar dengan manajemen waktu saya dalam menulis akhirnya saya pun belajar sedikit demi sedikit untuk bisa bertahan hingga hari ke 63. Tentu setelah belajar dari sang guru terbaik saya adalah seorang guru yang bernama “Pengalaman”

#Tantangan menulis 90 hari

# Tantangan menulis hari ke 64