GURU SPIRITUALKU
Saya lahir di tahun tujuh puluan. Tepatnya disebuah desa yang terbilang terpencil . Disaat itu listrik dan transportasi seadanya. Di saat itu di desaku belum ada Taman kanak – kanak hanya ada sekolah dasar dengan bangunan Non permanen berlantai tanah. Sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas hanya di kota kecamatan yang jarahnya sekitar 5 kilometer yang ditempuh dengan jalan kaki . Hal ini membuat saya dengan rekan-rekan sekolah seadanya karena disamping jarak yang cukup jauh juga pasilitas pendukung belajar lain yang terbatas.
Perjalanan usia sekolah yang saya alami cukup banyak kisah-kisah yang yang menarik, unik, lucu . mungkin cukup panjang untuk diceritakan. Apalagi perjalanan dari rumah ke sekolah sejak lanjut SLTP dan SLTA yang ditempuh dengan jalan kaki selama beberapa kilometer. Meskipun setelah kisah berlalu justru menjadi kisah-kisah menarik , indah untuk dikenang bahkan tak ada habisnya untuk diceritakan. Begitupun juga dengan guru yang pernah hadir mengisi usia sekolah saya mulai dari SD sampai perguruan tinggi Menyimpan kenangan yang tak kalah serunya.
Saya mencoba membuka memori dalam ingatan saya jumlah dan nama guru yang pernah mendidik saya sejak SD sampai jadi guru. Bahkan untuk mengenang dan menghapal namanya harus minta bantuan teman sekolah . Intinya Semua yang pernah mengisi perjalananku di bangku madrasah adalah istimewa. Mereka dengan masing-masing kelebihannya telah menata jiwa dan pikiran saya hingga sayapun jadi guru.
Ada sosok guru yang saya anggap menonjol dari sisi spiritual. Tidak pernah mengajar saya secara langsung . Tapi sempat menjadi guru bersama-sama disatu sekolah. Beliau memang guru agama. Hapalan Alqurannya diatas rata-rata dari guru agama di satu Kecamatan. Akhlaknya, kedisiplinan, jiwa sosia dan Puasa senin kamis yang hampir tak pernah putus dan segudang kebaikan yang saya bisa jadikan pelajaran sejak bersamanya. Ada hal unik dan istimewa menurut saya adalah sifat wara atau kehati-hatian dalam urusan makanan.
Suatu saat beliau menjelaskan satu ayat dalam Alquran yakni Surah ‘Abasa ayat 24 “ Hendaklah setiap manusia memperhatikan apa yang dimakannya”. Beliau menjelaskan cukup singkat tapi dijelaskan dalam tindakan khususnya saat mengajar. Prinsipnya mengajar itu menghasilkan sesuatu makanan dari gaji maka sedetikpun jangan kita lalai kecuali ada halangan. Setiap hari diamalkan dengan baik. Uniknya saat hari terakhir menjelang pensiun masih mengajar sesuai jadwal hingga lonceng pulang berbunya. “Subuhanallah” Pikir ku. Mungkin tidak berlebihan kalau beliau saya juluki” Guru Spritualku”.
#Tantangan menulis 90 Hari
#Tantangan menulis hari ke 82
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar