MALAIKAT CINTA
# Tantangan Gurusiana
# 30 Hari Menulis Gurusiana
# Hari ke- 26 ( Ahad, 09/02/2020)
MALAIKAT CINTA
EPISODE 26
BAHAGIA 2
POV: SANDY
Bila kamu di sisiku
Hati rasa syahdu
Satu hari tak bertemu
Hati rasa rindu
Mungkinkah ini semua
Perasaan cinta
Tetapi hatiku malu
Untuk menyatakannya
Lagu kesukaanku, Syahdu. Kunyanyikan dengan penuh makna dan perasaan. Aku terhanyut dan terbuai dalam angan.
Menunggu waktu untuk bersama kurasakan begitu lama, walau tinggal beberapa hari lagi ijab kabul akan dilangsungkan.
"Woi, menghayal terus," Ali mengagetkanku.
"Apalagi yang dilamunkan, bro?" sambung Ali.
" Ya sih Li," komentarku singkat.
" Risna minta apa untuk maharnya?" tanya Ali padaku.
" Dia tidak minta apa-apa, Li. Katanya mahar yang diinginkannya hanya kesetiaan dan kejujuran," jawabku.
"Waduh, berat itu, Bro," seru Ali.
" Kamu sudah rundingkan lagi? Wujudnya tentulah berupa benda," tanya Ali.
" Sudah, Risna hanya minta seperangkat alat shalat," jawabku.
" Sudah kau siapkan?"
" Sudah, "
" O, baguslah. Tinggal ijabnya aja lagi."
" Ya."
" Pestanya kapan?"
" Risna hanya minta pesta di kampungnya waktu libur tahun baru aja. Katanya sih, malas minta cuti lagi."
" O, gitu...."
" Terus siap nikah, nggak pestalah?"
" Nggak Li, paling ngundang tetangga aja malamnya."
Saat ngobrol bersama Ali, Sumini datang ke rumahku. Aku sedikit terkejut.
"Assalamualaikum, " sapanya.
"Waalaikumsalam," jawabku dan Ali.
"Hati-hati, bro ... jangan sampai jadi prahara," bisik Ali padaku.
"Bisa bicara sebentar?" tanya Sumi padaku.
Ali hendak pergi, tetapi kucegah dengan menarik tangannya.
" Ada apa? Ngomong aja," jawabku.
Dia duduk bersebelahan denganku.
" Sandy, aku minta maaf dan aku nyesal udah ninggalin kamu," ujarnya beberapa saat setelah duduk.
" Sudahlah, lupakan saja.semua sudah terjadi dan kamu sudah menikah dengan Harso," jawabku sopan.
"Sandy, aku ke sini ingin ngasih tahu kalau aku tidak bahagia," ujarnya sedikit memelas.
" Harso kan baik," jawabku.
Dia terdiam sesaat. " Ya, tapi aku tidak bisa lupain kamu," jelasnya.
"Sum, kamu sudah jadi istri, tak baik kalau kamu begini," nasihatku.
"Bisakah kita seperti dulu lagi?" tanyanya lirih.
" Itu tidak mungkin Sum, sekarang aku sudah mau menikah," jelasku.
" Namanya Risna kan?" tebaknya.
" Ya, dan kamu juga sudah menemuinya hingga pernikanku hampir saja batal," jawabku sedikit kecewa.
"Maafkan aku San, aku ..."
"Sudahlah, kita berteman saja. Antara kita sudah tidak ada apa-apa lagi," potongku.
Dia menangis, aku jadi bingung harus bagaimana.
"Sum, aku tidak bermaksud menyakiti hatimu, tapi yang aku sampaikan ini demi kebaikan kita. Jagalah rumah tanggamu."
" Jadi, kau benar-benar mencintai Risna?" tanya Sumi ragu.
" Ya, aku mencintainya walaupun aku baru mengenal dia."
"Kau sama sekali tidak mencintaiku lagi? Dua tahun lamanya kita bertunangan."
" Aku sudah melupakannya. Sebaiknya kau juga."
" Ternyata, sia-sia aku ke sini. Aku kira kau masih mencintaiku."
" Maafkan aku Sum. Dulu saat kau menikah, aku sangat terpukul dan sulit untuk menerima kenyataan. Tapi semua sudah berlalu tak ada gunanya lagi dibahas."
" Semoga kalian bahagia."
" Kamu juga."
Sumi akhirnya pergi dan menerima kenyataan.
Dulu aku memang mencintainya dan sangat kecewa atas pengkhianatannya. Namun saat ini, hanya ada Risna dalam hidupku. Aku tidak ingin mengalami kegagalan untuk kedua kalinya.
Bahagiaku hanya dengannya. Dialah jodoh yang telah diatur oleh-Nya.
***
Hari yang kutunggu akhirnya datang juga, semua sudah beres. Usai doa dan makan bersama aku diantar oleh keluargaku ke kantor KUA.
Setiba di sana keluarga Risna sudah menunggu. Pak KUA juga sudah hadir. Tapi aku tidak melihat Risna.
Aku mulai gelisah, kakakku menangkap kegelisahanku.
" Kenapa kau gugup?" tanya kakakku.
" Risna di mana?" tanyaku kuatir.
" Sabarlah, San," bujuk Ali yang ikut mendampingiku.
"Bagaimana, sudah bisa kita mulai?" tanya Pak KUA.
"Silakan," jawab Bang Risna.
Aku duduk berhadapan dengan Abang Risna sebagai walinya dengan sedikit gugup.
" Bagaimana Mas Sandy? Sudah siap?" tanya Pak KUA lagi.
" Ya Pak," jawabku.
" Sekarang, calon mempelai wanita, Risna Az-Zahra binti Ibrahim dipersilakan untuk duduk di sebelah calon mempelai pria, Sandy Permana bin Syahid," ujar Pak KUA.
Jantungku berdegup kencang, aku menatap Risna yang didampingi Aulia dan beberapa kerabatnya. Ia terlihat sangat cantik dan begitu sempurna dengan balutan kebaya yang dikenakannya.
Setelah menanyai kesediaan Risna, ijab kabul pun dilangsungsung dengan lancar tanpa hambatan. Satu tarikan nafas kalimat ijab kabul kuselesaikan dengan sempurna yang disahkan oleh saksi-saksi.
Aku lega, begitu juga kulihat wajah-wajah hadirin yang hadir memberikan aura bahagia dan restu pernikahanku dengan Risna.
Acara ditutup dengan doa dan makan bersama di kantor KUA yang sudah disediakan oleh keluarga Risna.
Aku dan keluarga mengundang seluruh yang hadir untuk datang ke kediamanku dalam acara resepsi pernikahanku dan Risna.
Setelah acara makan selesai, aku langsung memboyong istriku Risna ke rumah orang tuaku.
***
Bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar