Sanria elmi

Nama yang diberikan oleh ortu Sanria Elmi Tempat tugas sebelumnya:SMP N 3 Lubuk Batu Jaya kab. Indragiri Hulu-Riau Tempat tugas saat ini: SMP Negeri 2 Lubuk B...

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA TUMBUH DI PADANG GERSANG (15)

CINTA TUMBUH DI PADANG GERSANG (15)

#Tantangan Gurusiana

#90 Hari Menulis di Gurusiana

# Hari ke-84 (Selasa, 07/04/2020)

CINTA TUMBUH DI PADANG GERSANG (15)

KEDOK TERBUKA

POV: GIFAN

Malam yang indah ditemani bintang, hatiku terasa bahagia, harapan kebahagiaan seolah menari di hadapanku. Bukan karena malam ini aku akan bertemu dengan Amira, cinta pertamaku. Sambil menanti kedatangan Amira, kuambil secarik nota yang tersedia di ruang makan itu, lalu kutuliskan sebait kata.

Fira, maaf ya, boleh aku panggil sayang kan?

Sayang, hari ini kita akan merayakan kembali kebahagiaan kita yang tertunda.

Tunggu aku ya.

Hidangan yang sudah tersaji, kamu makan dulu ya, sebentar lagi aku akan ke sana

Suamimu

Gifan

Kertas itu kutitipkan pada seorang pelayan dan memintanya untuk memberikan pada Nafira yang hanya berbatas tirai. Aku merasa lega, karena aku sudah berusaha dan belajar membuang egoku yang tak jelas.

Setelah pelayan pergi Amirapun muncul di hadapanku. Amira langsung bergayut di lenganku. Perlahan kutepis agar ia tak tersinggung. Gelayutan manjanya yang pernah membuatku tenggelam dalam jurang cinta yang palsu, tidak lagi menggelorakan deru cinta di dadaku.

“ Kenapa Fan?” tanya Amira.

“ Ah, tidak apa-apa, kamu sudah makan?” tanyaku mengalihkan tanyanya.

“Belum, aku belum lapar,” jawabnya.

“Oke, kalau begitu kita langsung pada pokok persoalan. Katamu ada yang mau dibicarakan,” tanyaku tetap bersikap seperti biasanya.

“Kenapa kamu nggak sabaran? Biasanya tidak seperti ini,” ujar Amira mulai merasa curiga.

“ Ya, kan sudah malam, kasihan sama gadis kecil yang ditinggal entah dengan siapa,” sindirku.

Wajah Amira memerah, terlihat dari cahaya lampu yang cukup terang di ruang itu. Ia menatapku, “Maksudmu apa Fan” tanya Amira masih berusaha menutupi.

“Sekarang kamu jelaskan dulu tujuanmu mau jumpa denganku, “ ujarku tegas.

“Baik, Fan. Kamu masih ingat, skenario yang sudah kita sepakati sebelum kamu menikah dengan Nafira?” Amira menatapku.

Aku mengangguk dan mengiyakan.

“ Bukannya kamu berjanji akan menempatkanku sebagai sekeretaris pribadimu dan menikah denganku,” jelas Amira.

“Ya, aku ingat,” jawabku.

“Tetapi kamu akhir-akhir ini berubah, Fan. Aku curiga, kalau kamu mulai jatuh cinta dengan Nafira,” keluhnya.

Aku tersulut emosi, “Aku tanya sama kamu, kamu benar-benar mau menikah dan mencintaiku?” tanyaku sembari menatap Amira.

“Kenapa kamu ragu?” tanya Amira.

“ Sekarang, kamu jelaskan, siapa gadis kecil dan seorang pria yang disebut papa sama gadis kecil itu?” tanyaku to the point.

Amira terdiam, terlihat dia seperti berusaha mencari jawaban.

“Gadis kecil dan seorang pria?” tanya Amira seolah tak bersalah.

“Ya, “ jawabku singkat.

“Aku mengerti maksudmu,” jawab Amira.

Emosiku makin meluap, kucengram lengannya dan kuminta agar dia jujur dan berterus terang.

Bulir bening mengambang di matanya, namun aku mulai tak peduli.

“Kamu ceritakan atau kita tidak akan pernah berjumpa lagi?” ancamku.

Amira tersudut, dengan nada paksaku, akhirnya dia mengakui bahwa gadis kecil dan pria itu ada hubungannya.

Aku menggeram, aku tertipu dengan segala kepalsuan cinta Amira.

“ Mengapa kamu melakukannya? Bukannya kamu tahu, bahwa aku benar-benar mencintaimu?” tanyaku kesal.

Amira hanya tertunduk, lalu menatapku. “Aku terpaksa Fan,” jawabnya.

“Oke, kalau begitu kita impas. Mulai saat ini jangan ganggu hubungan pernikahanku yang sah dengan Nafira,” ujarku tegas.

“Fan, beri aku kesempatan untuk menebus salahku,” ujarnya parau.

“Sudah terlambat, kesempatan itu sudah tidak ada,” jawabku lebih tegas lagi.

Akhirnya Amira pergi meninggalkanku. Emosiku kembali reda, kulirik ruang berbatas tirai, kutatap Nafira di jauhan. Aku merasa bahwa aku benar-benar jatuh cinta padanya, pada istri sahku. Senyum di bibirku mengembang, aku bersyukur, aku tersadar sebelum aku tenggelam dalam kepalsuan cinta Amira.

Kulangkahkan kakiku meninggalkan ruangan dengan hidangan yang tersaji. Kudekati ruang yang ditempati Nafira. Jantungku mulai berdebar, aku tidak tahu mengapa.

Sepasang mata indah milik Nafira menatap padaku, hatiku terasa tak menentu. Mata bening itu benar-benar menyejukkan kalbuku.

“Kok, cepat Fan?” tanya Nafira saat aku menghampiri dan duduk di hadapannya.

Aku tidak menjawab, seulas senyum kuhadiahkan untuk Nafiraku. Kembali kutatap sinar indah di mata Nafira, ia tertunduk. Hatiku gemas melihatnya. Andaikan di sini bukan restoran, ah hayalku berlebihan.

“ Sudah selesai yam au ngapain lagi,” jawabku kemudian.

“O…,” gumam Nafira.

“Kamu nggak nanya?” pancingku.

“Nanya apa?” ujarnya mengangkat sedikit wajahnya menghadapku.

“Tentang keputusanku,” jawabku berharap Nafira bertanya lebih jauh.

Nafira terdiam sejenak, lalu ditatapnya wajahku dan kembali tertunduk memainkan ujung jilbabnya.

Aku berpindah tempat, kudekati Nafira. Aku benar-benar tidak bisa menahan diri untuk merengkuhnya dalam dekapku.

Nafira bergeming, kuangkat dagunya yang mungil, kusentuh bibirnya yang merekah dengan jemariku yang bergetar. Hawa panas menjalar di wajahku, aku begitu dekat dan sangat dekat. Matanya terpejam, jantungku menggelepar.

Tiba-tiba gawai Nafira bergetar, ia menjauhkan wajahnya dariku. Aku berusaha menenangkan perasaanku. Hayalku mengelana.

“Fan,” ujar Nafira membuyarkan hayalku.

“Ya,” jawabku sembari menatapnya.

Dia tertunduk sejenak, seolah ada keraguan untuk bicara denganku.

“Ada apa?” tanyaku lembut.

“Bagaimana dengan surat…,” ujarnya terpotong.

….

bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren buk, semoga sukses selalu

07 Apr
Balas

Aamiin

07 Apr



search

New Post