Sanria elmi

Nama yang diberikan oleh ortu Sanria Elmi Tempat tugas sebelumnya:SMP N 3 Lubuk Batu Jaya kab. Indragiri Hulu-Riau Tempat tugas saat ini: SMP Negeri 2 Lubuk B...

Selengkapnya
Navigasi Web
BULAN SABIT Episopde 52
Poster my wall

BULAN SABIT Episopde 52

#Tagur 365, H-277 (Sabtu, 17/10/2020)

BULAN SABIT

Episode 52

Oleh: Sanria Elmi

Berdamai dengan hati yang gundah tidaklah mudah, perlu perjuangan batin dan ketangguhan hati. Kehidupan itu penuh warna yang terkadang kusam kadang cerah laksana musim yang berganti. Indahnya latulip terkadang tidak memberikan aura keceriaan. Meski hanya ilalang yang berbunga tanpa warna justru memberikan gambaran kebahagiaan. Segala yang belum terjadi memang sulit untuk diterka. Laksana mendung yang seolah akan menabur curahan air justru menghilang bersama semilir angin yang bertiup, juga sebaliknya ketika panas di terik mentari, tiba-tiba hujan mengguyur menyapa bumi dengan kejutan.

Begitulah yang sedang dirasakaan Riza, hatinya telah berdamai untuk memilih satu harap dalam satu cinta yang bakal tumbuh mekar, menebar pesona, aroma nan mewangi, justru berbalik menjadi gegana, bunga tak jadi mekar, justru layu sebelum berkembang. Sebegitu rumitnyakah rumus cinta? Sukar, tak bisa ditakar, sukar dihitung secara matematika ataupun fisika.

Cinta bukanlah RTK yang dapat diprediksi, dapat diduga lewat hipotesis uraian masalah. Cinta juga bukan sekedar lembaran putih yang siap, menanti goresan tinta memberikan warna dan luapan kata-kata bermakna tetapi lebih dari itu. Hanya dengan sebuah keyakinan, yang tertanam dalam hati kecil, bersulam debar harap, bahwa cinta akan datang dan pergi, bagaikan angin yang bertiup. Kadang hembusannya menyejukkan, melenakan, bahkan membuat tertidur, kadang justru memporakporandakan istana yang kokoh hingga meninggalkan puing-puing lara dalam kecewa.

Pernyataan Mama Yoga masih terngiang di telinga Riza bahkan gaungnya akan terus bergema di relung jiwanya hingga kapanpun. Yoga dan Feni telah rujuk, yang berarti mereka sudah sah menjadi suami-istri. Rujuk, bukan hal yang sama dengan putus bersambung asmara cinta semasa remaja. Hal itu sama sakralnya dengan akad yang disaksikan langit, bumi dan diaminkan malaikat. Hal yang tidak mungkin dijadikan permainan.

Riza melangkah membawa hati tanpa harap menuju konsep awalnya, hidup tanpa hayal, tak perlu berharap banyak. Benang yang telah kusut, harus dipintal kembali agar bertemu ujung dan pangkal. Riza telah memikirkan setiap makna ucapan yang terlahir dari pengakuan Mama Yoga. Meskipun Yoga kembali hidup bersama Feni demi Bayu, namun sama saja artinya, Yoga tak mungkin lagi kembali bersamanya dalam tekat untuk menghalalkan rasa cinta yang telah merekat erat. Sementara ia kembali menyendiri dengan kekuatan hati sebagai seorang ibu bagi ketiga anaknya, menjalani profesinya laksana lilin yang mampu menerangi meski akhirnya harus lebur binasa.

***

Ditinggal saat harap terpatri itu memang menyakitkan, namun akan lebih sakit lagi apabila berpisah setelah bersama. Berpisah dengan orang yang dicintai mungkin jauh kebih baik. Keyakinan Riza semakin kuat, bahwa jodoh itu rahasianya yang tak bisa direka-reka, tak dapat dipaksakan, sama halnya dengan maut. Semua telah diatur tanpa diketahui oleh yang menjalani skenario rahasia-Nya. Namun demikian ia hanya seorang manusia biasa yang tentu punya rasa dan naluri dalam menyikapi penerimaan takdir yang nyata.

Sedih, bukan meratapi tapi rasa sedih Riza justru membuatnya makin tegar terlihat oleh mata meskipun remuk di hati. Aktivitas kesehariannya lebik dimaksimalkan sehingga tiada masa untuk mengenang semua yang telah berlalu, walaupun tak mungkin untuk dilupakan. Setiap kenangan yang menyakitkan ia jadikan cambuk dalam meraih sukses di masa depan dan setiap kenangan manis dijadikan sebagai penghibur di kala rasa lemah dan goyah dalam berpijak menata diri. Harapan yang kandas tidak membuatnya harus meranggas karena hal yang culas.

***

Yoga mondar-mandir di depan pintu ruang rawat Bayu. Ia cemas dengan segala kemungkinan. Ia tak tega melihat buah hatinya yang baru saja bisa menikmati kebersamaan dengannya setelah bertahun terpisah. Ditambah lagi kerisauan hatinya terhadap nasib cintanya bersama Riza yang telah diikatnya dalam pertunangan. semua berbaur jadi satu, bagaikan memakan buah simalakama. Begitu pahitnya hidup yang dirasakan dalam dilema. Keluh di hati seolah tiada lagi yang mendengarkan.

“Yoga, tenang dan bersabarlah. Mama yakin Bayu akan sembuh, kalian akan kembali bersama dalam sebuah rumah tangga yang utuh,” ujar mamanya.

Ucapan mamanya setengah diaminkan dan setengahnya lagi ditolaknya secara batin. Rumah tangga yang diimpinya bukan bersama Feni, tetapi Riza. Hanya Riza yang dapat membalut luka yang tersayat, hanya Riza dokter cintanya.

“Feni di mana?” tanya mamanya lagi.

“Tidak perlu dikuatirkan,” jawab Yoga bergumam.

“Mungkin …,” sahut mamanya.

“Sudahlah Ma, nggak perlu terlalu dipikirkan,” ujar Yoga.

“Nggak bisa begitu Ga, dia sekarang kan sudah jadi istrimu,” sahut mamanya mengingatkan.

Yoga lemes mendengar kata istri, “Seharusnya bukan dia Ma,” sahutnya sedih.

“Maafkan Mama ya, Mama juga turut andil dalam semua ini,” sesal mamanya.

“Maksudnya Ma?” tanya Yoga tidak mengerti.

Mama Yoga terdiam, ia takut jika Yoga salah paham padanya.

“Kenapa Ma? Turut andil bagaimana maksud Mama?” desak Yoga.

Tiba-tiba pintu ruang rawat Bayu terbuka, Dokter Wawan keluar dari dalam.

“Maaf, Pak Yoga bisa ke ruang saya sebentar,” ujar Dokter Wawan.

“Ya Dok, baik,” sahut Yoga lalu mengikutinya.

“Silakan duduk Pak Yoga,” ujar Dokter Wawan setelah berada di ruangnya.

“Terimakasih Dok.”

“Pak Yoga, kami sudah melakukan yang terbaik sesuai kemampuan tim kami, jika tidak membuahkan hasil, Bayu terpaksa harus dirujuk ke rumah sakit yang memiliki peralatan lebih lengkap. Tapi kita berdoa saja semoga pengobatannya berhasil.”

“Dok, lakukan yang bisa dilakukan. Saya ngikut aja Dok, demi anak saya.”

“Semoga Bayu bisa sembuh ya Dok.”

“Aamiin. Kita pasrahkan sama Tuhan. Semoga diberi mukjizat kesembuhan buat Bayu.”

“Aamiin.”

“Saya hanya ingin membicarakan ini Pak, kita tunggu reaksi obatnya sekitar dua hari.”

“Baik Dok, terimakasih. Kalau begitu saya permisi Dok.”

“O, ya, mari silakan.”

Yoga keluar dari ruang Dokter Wawan dengan keyakinan yang besar bahwa Bayu akan segera sembuh. Ia kembali teringat percakapannya dengan sang mama sebelum dipanggil Dokter Wawan. Ia buru-buru menemui mamanya.

“Mas, dari mana?” Feni melangkah bersisian dengan Yoga.

“Ruang Dokter.”

“Bagaimana?”

“Nunggu hasil.”

“Mas, apa Bayu akan sembuh?”

“Semoga saja.”

“Mas, kok Mas ketus sekali sih?”

“Yang memang begitu adanya. Kalau kamu nggak mau diketusin nggak usah nanya.”

Feni terdiam mendengar jawaban Yoga. Padahal dulu Yoga seorang yang romantis dan begitu sabar menghadapinya. Sekarang justru berbalik.

“Ah, begitu sakitnya yang dirasakan Mas Yoga selama hidup bersamaku dulu,” batin Feni mulai menyadari.

“Mas, aku minta maaf.”

Yoga hanya diam, ia seolah ingin Bayu segera sembuh hingga ia bisa kembali pada Riza.

“Riza? Bagaimana dengan Riza?”

Yoga teringat Riza juga pembicaraan mamanya. Ia menoleh pada Feni.

“Mama di mana?”

“Di dalam.”

Yoga masuk ke ruang rawat Bayu, ia lihat mamanya duduk di kursi sementara Bayu masih belum bisa diajak ngomong karena belum siuman.

“Ma, jelaskan yang tadi.”

“Yang mana?”

“Andil Mama terhadap semua ini.”

Mama Yoga kembali terdiam, “Ga, Mama hanya ingin yang terbaik dalam hidupmu juga Bayu. Mama yang mengusulkan agar kamu rujuk di depan Bayu. Berharap kalian rujuk benaran.”

“Ma, aku nggak ngerti maksud Mama. Padahal aku hanya ingin pura-pura baikan sama Feni. Ma, aku dan Riza sudah berada di ambang pernikahan. Sekarang bagaimana aku harus menjelaskannya pada Riza?”

“Kamu tak perlu repot-repot menjelaskan. Riza itu memang wanita yang baik, dia paham dan mengerti semua yang terjadi. Dia juga tegar menerima kenyataan.”

“Maksud Mama? Mama ketemu Riza?”

“Ya, tadi saat dia mau pulang, mama ketemu dia di depan.”

“Trus?”

“Mama ajak dia bicara baik-baik, dan ia memaklumi.”

“Ma, itu bukan memaklumi, aku mengerti Riza Ma. Dia wanita yang begitu pandai menjaga segala yang dirasakannya. Kalau dia tahu yang sesungguhnya…Tidak Ma. Riza memang terlihat kuat, tapi… dia sama seperti Mama. Dia itu wanita.”

“Mama tahu, oleh sebab itu Mama memberitahukannya.”

“Jadi…”

“Ya, dia sudah tahu.”

“Sekarang dia di mana Ma?”

“Sudah kembali ke kampung.”

“Ma, bagaimana ini, aku harus bertemu Riza dan menjelaskannya. Semua ini nggak benar Ma.”

“Mama minta maaf Ga, ini dititipkan Riza sama Mama tadi.”

“Cincin?”

“Dia mengembalikannya setelah dia tahu semuanya. Semula Mama tolak, tetapi dia memaksa.”

“Aduh… Ma…”

“Sekarang kamu fokus saja pada kesembuhan anakmu.”

“Gimana aku bisa fokus, jika harus begini. Aku nggak mau kehilangan Riza. Aku sudah berjanji untuk menikahinya.”

“Tapi kenyataannya Riza bisa menerima segala alasan yang Mama berikan.”

“Ma, kenapa Mama selama ini seolah baik dan menerima Riza? Jika Mama tidak setuju, aku tidak akan mendekatinya Ma. Aku nggak mau menyakiti hatinya. Ma… aku harus bertemu Riza sebelum semuanya terlambat.”

“Yoga, dengarkan Mama. Pada dasarnya Mama setuju, tetapi setelah melihat Feni yang bisa berubah demi Bayu, Mama jadi berpikir untuk menyatukan kalian kembali. Bukankah anak itu lebih baik diasuh oleh orang tua kandungnya daripada ibu tiri.”

“Ya aku tahu Ma. Sekarang aku mengerti semua yang terjadi. Semoga Mama dan Feni puas sudah berhasil menghancurkan harapan dan mimpiku.”

Yoga terperangah, ia tak tahu harus berbuat apa. hanya ada satu dalam harapannya yang terakhir, bertemu dengan Riza dan menjelaskan semua yang terjadi bahwa dia hanya sekedar memberikan semangat bagi Bayu. Ia berharap Riza bisa memaklumi dan pernikahannya tetap berlangsung.

“Ma, kami akan tetap menikah.”

“Dengan Riza maksudmu?”

“Ya, dengan siapa lagi?”

“Apa dia mau dimadu?”

“Nggaklah Ma, aku dan Feni sudah sepakat kalau ini hanya pura-pura.”

“Tidak, pernikahan itu bukan permainan dan kepura-puraan.”

“Aku tidak main-main Ma.”

“Pernikahanmu dengan Feni itu sah secara agama. Kamu katakana kalau itu hanya pura-pura.”

“Ma, aku nggak mau berdebat sama Mama, aku dan Feni hanya akan jadi pasangan ketika berada di dekat Bayu.”

“Lalu?”

“Ma, Mas Yoga benar, kami hanya pasangan imitasi. Pura-pura bahagia, pura-pura baik demi Bayu.”

“Feni!”

“Ma, aku harus terima kenyataan karena aku selama ini salah. Aku tidak akan dapat kesempatan meskipun aku berusaha untuk berubah. Ini demi kebahagiaan Mas Yoga.”

“Kalian orang tua gila yang egois. Apa perasaan Bayu jika akhirnya dia tahu bahwa semua hanya kepura-puraan? Apa kalian akan mendidik Bayu menjadi orang asing yang penuh sandiwara?”

“Mama tidak bisa membiarkan ini. Mama tidak mau karakter seperti ini tumbuh dalam diri Bayu. Dia anak yang baik, hargailah. Jangan kalian nodai kebersihan jiwanya dengan dendam kalian yang sudah usang!”

Yoga dan Feni terdiam mendengar kemarahan Mama Yoga. Jauh di lubuk hati Feni, ia sangat berharap untuk bisa kembali bersama Yoga, menjalani kehidupan baru tanpa kepura-puraan. Ia rindu dengan cara Yoga menyintainya dengan tulus. Ia ingin belajar mengenal arti cinta yang seindah pelangi saat badai usai. Tapi ia tidak berani menyatakannya karena kesalahan yang telah dilakukannya.

Yoga tetap bungkam, ia tidak ingin membantah ucapan mamanya. Namun ia tidak mungkin membiarkan Riza terluka atas nama cintanya.

“Fen.”

Yoga menarik tangan Feni menjauh dari mamanya. Feni mengerti dan mengikuti Yoga. Ia pasrah dengan segala keputusan Yoga karena ia berhak untuk tidak memaafkannya.

“Mas.”

“Dengar, dari awal aku tidak setuju dengan semua ini. Dan kita harus memegang janji bahwa semua yang kita jalani saat ini bukan hubungan suami istri, tapi hanya sebatas hubungan sebagai orang tua Bayu. Tolong, jangan memperkeruh keadaan.”

“Aku mengerti Mas. Aku terima semuanya sebagai penebus kesalahan masa silamku. Tapi aku berharap, Mas jangan membenciku.”

“Aku tidak membencimu Fen, hanya saja kesadaran yang kamu hadirkan datang pada waktu yang tidak tepat. Aku sangat menyintai Riza. Aku harap sekali lagi pengertianmu sebagai sesama wanita.”

Dada Feni terasa sesak mendengar semua pengakuan Yoga. Segala harapannya hanyalah kesia-siaan, berubahpun tidak akan memperbaiki keadaan. Namun ia tetap bertekad untuk mengubah segala prilaku yang tidak disenangi Yoga selama mereka bersama dulu. Tekad hati untuk menjadi Feni yang baru, Feni yang sesungguhnya punya rasa dan cinta.

“Biarlah semua konsekwensi perjanjian ini aku terima. Setidaknya aku bisa melebur salahku meski tak memperoleh tempat di hati Mas Yoga,” bisik hatinya pilu.

“Terimakasih Mas. Aku bahagia jika Mas bahagia.”

“Temuilah Riza sebelum semuanya terlambat Mas. Aku tahu, hatinya pasti sangat terluka. Sampaikan maafku padanya.”

“Terimakasih atas pengertianmu Fen,” ujar Yoga sembari memeluk Feni karena perasaan haru.

Feni menenggelamkan asanya di sanubari Yoga dengan perasaan perih.

“Mas, semoga usahamu meyakinkan Riza bisa berhasil. Aku akan pergi ketika semuanya baik-baik saja,” ujar Feni sendu.

“Ya Fen, maafkan aku yang tidak bisa menerimamu kembali.”

“Tidak ada yang perlu dimaafkan Mas. Aku sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksakan.”

Hanya satu harapan yang tersisa bagi Feni, yaitu kesembuhan Bayu. Ia ingin mengasuh Bayu sebagai penebus rasa bersalahnya sebagai seorang ibu.

Bersambung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantaaaap buu

18 Oct
Balas

Dilema pelik lagi. sehat dan sukses selalu bucantik

17 Oct
Balas

terimakasih Bucan

17 Oct

Keren

18 Oct
Balas

Mantap Bu kisahnya. Ditunggu kelanjutannya.

17 Oct
Balas

terimakasih

17 Oct

Mantul bun.. next

17 Oct
Balas

terimakasih

18 Oct

Lagunya juga mantab bunda. Lanjut

17 Oct
Balas

terimakasih Pak.

18 Oct



search

New Post