DIANTARA AKU DAN PAK AHMAD SYAIHU ADA KARMAKA DAN DAHLAN ISKAN (1)
Tidak ada yang tidak bisa. Ini adalah buku yang saya pilih dan sekailgus yang saya dapat dari Pak Ahmad Syaihu sebagai hadiah yang dijanjikan pada sayembara untuk mengulik Pak A S yang terkena virus gila menulis. Dan dampaknya sampai sekarang masih terus meluas di komunitas Gurusiana. Bahkan sampai saat ini Pak AS yang berniat untuk sembuh dari kegilaannya (menulis) dan niat untuk kembali (rehat dan menyelesaikan bukunya) menemui kegagalan.
Hal ini pernah diungkapkan pak AS, untuk meminta saya membantunya agar bisa pulang dari ketersesatanya yang semakin jauh dalam kepenulisan Gurusiana.
Terus terang permintaan pak AS yang dilontarkan pada awal bulan Pebruari tersebut saya tolak karena terus terang saya tidak tahu alamat kediaman pak AS. Dan kebetul saat itu, saya juga tidak tahu keberadaan pak AS.
Kemudian selang beberapa hari, terdapat sinyal kalau pak AS tengah berada sudah berada non jauh disana. Tengah asik tenggelam dalah kelembutan Syair Baitullah di Jajirah Arab sana.
Sementaran itu, saya masih jauh tertinggal dan sedang berpetualang memburu jejak perjuangan sang tokoh dari buku “Tidak Ada Yang Tidak Bisa” yang berada ditangan. Saat membacanya saya merasa layaknya menonton sebuah film dilayar lebar. Seluk beluknya dan secara emosional ngerasa banget.
Sebelum saya memulai bercerita tentang kisah petualangan tersebut, saya kasih bocoran dua tokoh penting yang aku jumpai dalam buku tersebut. Dua orang yang luar biasa semangatnya. Dan kedua-duanya memiliki kemiripan, baik dalam upaya membangun kerajaan bisnisnya maupun dalam rekam mediknya. Mereka berdua membangun bisnisnya mulai dari nol – from zero to hero. Sdeangkan dalam rekam mediknya, mereka berdua sama-sama pernah ganti ginjal dang anti liver.
Kedua orang tersebut adalah pak Dahlan Iskan, sang penulis buku – si pemilik Jawa Pos group dan JTV group yang juga pernah jadi menteri itu; dan tokoh yang kedua adalah pak Karmaka- tokoh sentral dari Bank NISP.
Dalam petualangan ini, pak Dahlan Iskan bertindak sebagai pemandu dan sekaligus sebagai nahkoda yang bertugas mengendalikan laju sang perahu untuk agar perahu tidak kesasar dalam pelayaran. Tetap focus pada tujuan yang dituju.
Garis start petualanganku jejak berawal dari Hokja, Provinsi Fujian, Tiongkok dimana Karamaka Surjaudaja berasal (Bab 2, hal 7 -12). Tepatnya pada tahun 1935 setelah perayaan tahun baru Imlek. Saat itu, Kwee Tjie Hoei (Karmaka) kecil masih berumur 10 bulan, terpaksa diajak ibunya untuk melakukan xia nan yang – yaitu berlayar mengarungi Laut china Selatan menuju negeri harapan yang kemudian diketahui tempat itu bernama Indonesia. Dengan tujuan utama untuk menyusul suwaminya yang terlebih dahulu berada di Kota Bandung. Mereka melakukan xia nan yang karena saat itu dareah tersebut mengalami situasi krisis dan keluarga Karmaka termasuk salah satu yang terkena dampak tersebut.
Di saat kapal yang ditumpangi mendekati Pelabuhan Sunda Kelapa, si bayi kecil terserang penyakit yang cukup serius, yiaitu penyakit diare dan suhu badanya sangat tinggi. Dan karena penyakitnya tersebut penguasa Belanda melarang Karmaka dan ibunya dilarang masuk ke Indonesia. Dan karena adanya jaminan dari seorang tokoh Hokja yaitu The Tjie Tjoen, maka Karmaka kecil beserta ibunya bisa mendarat. Keadaan Karmaka pun, disini berubah semakin membaik.
Ketika Karmaka kelas 2 SMP, dia terpaksa berhenti sekolah karena harus bekerja di pabrik tekstil untuk membantu membiayai sekolahan adik-adiknya, karena ayahnya mengalami kecelakaan kerja, (Bab 4, hal: 21 – 25). Diawal, ia bekerja dibagian pencelupan dank arena masih kecil kemudia dipindah kebagian pengetikan. Dibagian inilah Karmaka mendapat cemoohan karena kesalahannya dalam pengetikan.
“Kamu ini goblok! Seperti kerbau! Kamu merugikan perusahaan”, sergah sang manajer.
“Saya hanya diam. Saya ingin menangis, tapi saya tidak ingin diberhentikan. Kalu saya sampai diberhentikan, dari mana biaya untuk menhidupi keluargaku,” kata Karmaka (hal: 23).
“Kamu telah merusakkan kertas dua lembar. Kamu harus menggantinya. Gajimu harus dipotong!,” lanjut sang manajer.
Kata “gajimu harus dipotong!,” itu terasa seperti halilintar yang mengenai saraf otaak Karmaka. Kata-kata hinaan yang laksana halilintar tersebut secara sepontan berubah menjadi tekad yang kuat di dalam hati Karmaka. “Saya tidak mau lagi dihina. Saya akan berjuang keras. Saya sakit hati. Saya harus lebih berhasil dari manajer itu,” tekadnya. “Saya tidak mau jadi orang kejam. Saya mau membantu orang yang lagi susah,” katanya lagi mengenang, (hal: 24).
Demi adiknya untuk bisa menamatkan kuliyahnya di jurusan kedokteraan Universitas Indonesia, Karmaka rela bekerja keras. Pagi menjadi guru, siang kerja di pabrik tekstil dan malamnya memberi les, (Bab 6, hal: 33).
Pagi pukul 06.00 – 08.00 dan sore pukul 16.00 – 18.00 mengajar disekolah dengan gaji Rp 600 sebulan. Pukul 09.00 – 15.00, Karmaka kerja di pabrik tekstil dengan gaji Rp 1.800 sebulan. Dan pada malam harinya, pukul 19.00 – 22.00 memberikan les, (hal: 36-37).
Karena keberhasilan untuk menekan efisiensi dan meneukan kebocoran solar yang sangat merugikan perusahaan (Bab 7,hal:39 – 46), Karmaka mendapat tawaran yang sangat menarik dari sang pemilik pabri. Karena merasa telah diselamatkan dari kebangkrutan.
Karmaka akan dibelikan mobil dan diberi rumah serta jabatanya di pabrik akan dinaikkan ke posisi sebagai salah satu direktur. Tapi Karmaka menolaknya karena takut akan membuat keluarga pemilik pabrik terpecah belah, (hal: 45).
Selain tawaran tersebut, Karmaka juga akan dijodohkan. Tawaran ini pun juga ditolaknya. Mengapa? “saya tidak mau ingkar janji hanya karena tergiur oleh rumah, mobil dan jabatan,” tambahnya. “Saya sudah punya… dan saya sudah berjanji akan meikahinya,” ujar Karmaka (hal: 46).
Nama gadis idaman Karmaka tersebut yaitu Kwei Ing, (Bab 9, hal: 54).
Setelah menikah dengan Kwei Ing, Karmaka bekerja di pabrik tekstil NV Padasuka yang terletak di Majalaya. Pemilik pabrik tersebut adalah Tan Lin Tjik. Di pabrik ini karmaka belajar untuk melayani dan belajar bijaksan, (Bab 10, hal:57-60).
Dan setelah 4 tahun bekerja di NV Padasuka tepatnya tahun 1962, mertua Karmaka meneleponnya dari Hongkong yang memintanya untuk menyelamatkan Bank NISP, (Bab 11, hal:61-64). Awalnya, Karmaka ragu untuk menerima permintaan mertuanya tersebut. Tapi karena dorongan istrinya, “ini kesempatan baik untuk membuktikan kepasa ayah saya bahwa kamu mampu. Kesempatan biasanya tidak akan dua kali,” tambah sang istri.
Karmaka lantas mantap hatinya. Di luar rasa tanggung jawab dan harga diri di mata keluarga tadi, (hal: 64).
Dalam rangka menjalankan misinya untuk menyelamatkan Bank NISP tersebut, Karmaka ditolak mentah-mentah oleh manajemen yang ada. Padahal saat itu, Karmaka hanya mengajukan keinginan yang sangat sederhana yaitu hanya jadi kasir pun tidak apa-apa, (Bab 12, hal:65-69).
Untuk episode 1, mungkin sampai disini saja dulu. Dan episode selanjutkan dilanjutkan setelah pesan-pesan dari Pak Ahmad Syaihu berikut….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Itu kisah sejati yang mengharu biru silahkan dilanjut pak SAM, menarik sekali, dulu waktu membacanya saya pas berbaring di RSAL Sby operasi batu ginjal, alhamdulillah 4 hari di RS 3 buku Dahlan saya lahap.... karena penuh gizi
Yaah... ditunggu lanjutannya, Pak
Y bu, siap untuk melanjutkan dan terimakasih siap menunggu kelanjutanya.
Ya pak, betul banget. Ceritanya sangat mengharukan dn terdaoat nilai serta semangat juang yg dapat dipetik untuk memotivasi diri dlm memperjuangkan sebuah impian. Y sebagai ungkapan terimakasih saya untuk pak Syaihu, saya siap membantu untuk nerapi jarak jauh bila njenengan kurang sehat.