Kehidupan selalu berjalan keluar dari arus pergerakan detik waktu. Sebuah detik jam tidak akan berdetak dua kali di tempat yang sama kecuali ada sesuatu yang terjadi, apakah baterainya mulai kehilangan energi atau jam tersebut yang ingin di ganti baru.

Demikian juga perjalanan hidup yang kita lakoni. Semuanya seakan terformat dan terkadang kita terbawa arus serta hilang kendali. Berjalan seiring tegap langkah kegiatan sehari-hari yang merupakan kekasih baru bagi saya, mampu menghilangkan sedikit kenangan saya akan kekasih lama.

Saya bekerja dan terus bekerja, tapi saya lupa akan satu hal, menuliskan apa yang telah saya kerjakan.

Saya bermimpi dan membayangkan, tapi saya lupa untuk melakukan.

Saya tertawa dan terus merasa senang bersama kekasih yang kini telah sejalan.

Tapi, di tengah jalan saya diusik oleh gelombang sagusabu.

Banyaknya muatan yang dibawa, mampu membawa luka di hati dan mengingatkan akan 'mantan lama'

Tangis dalam diam kembali pecah.

Mengapa dia datang lagi! jerit saya.

Mengapa dia datang saat janji lama belum pernah terwujud antara kami berdua.

Yah!

Kerinduan itu membuncah dan pecah.

Sagusabu memaksa saya harus berjalan bergandengan kembali dengan kekasih saya yang dengan seribu satu alasan saya nomorduakan.

Kini, janji yang terpendam kembali mencuat keluar.

"Mana bukumu! mana buku yang disitu tertera namamu sebagai penulis"

Bagaikan kata yang menohok di palung hati.

Sagusabu Banda Aceh, 19-11-17.