#Tagur ke-12

Kehidupan setiap manusia berbeda-beda. Tetapi masing-masing dari mereka pernah merasakan dua hal, yaitu masa jaya dan mundur. Maksudnya, kadangkala mereka senang, di lain waktu merasakan kesedihan. Adakalanya berada di atas, tetapi ada saatnya di bawah. Semua itu merupakan ketentuan Allah Swt.

Banyak hikmah yang bisa dipetik dari hal ini. Salah satunya adalah supaya manusia merasa bahwa dirinya bukanlah apa-apa. Dia hanyalah seorang mahluk yang tidak memiliki daya dan upaya kecuali atas kehendak dan pertolongan Yang Mahakuasa.

Kebanyakan manusia merasa hebat ketika berada pada masa jaya. Bahkan, merasa bahwa semua yang dimilikinya adalah hasil dari jerih payahnya. Mereka lupa bahwa segala yang dimilikinya adalah pemberian dari Allah Zat Yang Maha Pemberi. Oleh sebab itu, Allah menggilirkan kejayaan setiap orang supaya mereka sadar bahwa semua yang dimiliki adalah titipan-Nya.

Di dalam al-Qur’an, banyak ditemukan kisah kesombongan orang-orang terdahulu yang dibinasakan Allah Swt. Seperti Fir’aun, Namrud, kaum ‘Ad, Tsamud dan sebagainya. Mereka merasa hebat, kuat, bahkan merasa dirinya tuhan. Akhirnya, Allah Swt timpakan azab yang dahsyat kepadanya. Nauzubillahi min zalik.

Oleh karena itu, kesombongan dan merasa bangga diri perlu dihilangkan. Jangan sampai kedua hal itu tinggal di dalam hati walaupun cuma sebentar. Sebab, kesombongan adalah pakaian Tuhan yang tidak layak dipakai oleh manusia yang penuh dengan kekurangan dan kelemahan.

Berdasarkan hal tersebut di atas, setiap orang perlu berintrospeksi diri untuk selalu merasa kecil di hadapan Allah Swt. Dia perlu meminta pertolongan Allah Swt atas segala masalah atau keperluan hidupnya. Sebab, Allah lah yang dapat menolong dan mengabulkan doa-doa hamba-Nya.