Pada kesempatan ini, saya sengaja membuat sebuah catatan singkat yang mungkin saja terkesan jorok bahkan menjijikkan. Tetapi dari sebuah catatan ini mungkin saja bisa menjadi sebuah pembelajaran yang sangkat berharga bagi kita semua.

Sesuai dengan tema yang saya angkat yaitu tentang filosofi dari tahi lincung. Mungkin tidak semua orang tahu tentang apa itu tahi lincung. Tahi lincung adalah kotoran ayam yang memiliki tekstur dan aroma yang berbeda di bandingkan kotoran ayam yang biasa. Namun mari sama – sama kita telaah dari sifat dan karakternya bisa kita ambil hikmah untuk dijadikan sebagai pembelajaran hidup.

Pada bagian organ tubuh ayam, bahkan sampai kotorannya semua membawa nama ayam. Misalnya bulu ayam, kepala ayam, tahi ayam, kaki ayam, sayap ayam dan lain sebagainya. Namun perlu kita ketahui bahwa ada bagian yang dikeluarkan dari tubuh ayam dan termasuk kedalam kotoran ayam. Namun kotoran ini tidak membawa nama ayam sebagai nama belakangnya. Apakah itu ?. Ya, dia adalah tahi lincung.

Tahi lincung memiliki tekstur yang sangat berbeda, bahkan jenis kotoran ini memiliki aroma yang sangat luar biasa bahkan jika terkena kotoran ini, aromanya tetap akan menempel sehingga harus dicuci berkali - kali. Kotoran yang dikeluarkan dari seekor ayam ini disebut dengan tahi lincung. Kotoran yang bernama tahi lincung ini tidak pernah membawa nama belakang dari siapa yang telah mengeluarkannya. Walaupun ia selalu di kucilkan bahkan dibersihkan dan dijauhkan dari kehidupan karena aromanya yang tidak enak serta menjijikkan, tetapi setiap orang khusunya ditempat saya tinggal tak pernah disebut sebagi tahi ayam. Padahal kotoran ini sama – sama dikeluarkan dari seekor ayam. Hanya bentuk dan tekstur serta aroma yang berbeda, membuat benda ini memiliki nama tersendiri.

Hikmah apa yang dapat kita jadikan pembelajarn dalam hidup.

1. Berbuat kebaikan hendaknya ikhlas karena Allah SWT. Jangan perbuatan tersebut karena semata – mata ingin dipuji maupun karena ada nama – nama orang hebat dibelakang kita. Begitu juga sebaliknya jangan melakukan perbuatan buruk karena ada nama – nama orang hebat dibelakang kita. Sehingga bisa semena – mena dalam melakukan perbuatan yang merugikan orang lain.

2. Selalu menjaga nama baik nama orang lain yang membuat nama kita besar. Seperti pepatah yang mengatakan “jangan seperti kacang yang lupa kulitnya”.

3. Walaupun terkucilkan, tetapi tatap harus bangga dan percaya diri dengan kondisi diri sendiri dengan tidak membawa nama orang lain untuk ikut serta dalam perbuatan diri yang merugikan orang lain.

Semoga kita bisa mengambil hikmahnya. Mahu tidak mau atau suka tidak suka, inilah sebuah filosofi dari sebuah wujud yang kotor dan menjijikkan. Namun dalam kondisi yang kotor dan menjijikan tersebut, tahi lincung tidak pernah membawa nama belakang ayam untuk ketenaran maupun keburukan dari namanya.

###

Asahan, 10 September 2020