Ruslina tahir

Bismillahirrohmanirrahim. Nama Ruslina Tahir. Guru SMPN 21 Makassar. Tinggal di Pallangga Kabupaten Gowa...

Selengkapnya
Navigasi Web
AYAH

AYAH

Masih Bagian 1

Di suatu pagi menjelang siang yang cerah, anak lelaki itu memilih berjalan - jalan mengitari pematang - pematang sawah yang terlihat gersang di kampungnya. Memang areal persawahan di kampungnya itu bukanlah termasuk lahan subur. Sekarang lagi musim kemarau, sedangkan irigasi tidak begitu memadai. Mentari yang mulai terik dan sedikit menyengat kulitnya yang hitam manis tak ia hiraukan. Sesekali ia mengehentikan langkahnya, menghela nafas panjang sambil memandangi langit yang biru cerah berhias lukisan awan - awan putih dengan berbagai bentuk. Di sana ia hanya seorang diri, tak ada teman yang menemaninya karena memang teman - temannya saat itu masih berada di sekolah.

Ia terus berjalan perlahan sampai akhirnya langkahnya terhenti di sisi sepetak sawah peninggalan ayahnya. Lalu mematung sendiri. Entah apa yang difikirkannya. Mungkin ia sedang berusahan mengobati rindu pada ayah ibunya yang selalu saja menggerogoti relung jiwanya, atau mungki ia sedang berusaha berdamai dengan kenyataan alur cerita hidupnya saat ini.

Wajahnya tampak murung. Namun tak setitik air matapun jatuh dipipinya. Beberapa saat kemudian ia berjalan mendekati sebuah rumah sawah tempat dimana ia biasa menemani ayahnya menyantap makan siang sepulang dari sekolah dulu. Ia merebahkan badannya yang kurus. Pandangannya menerawang jauh ke cakrawala, menembus lorong - lorong waktu, membawanya pada hari hari indah dibelai di peluk ibu dan ayahnya.

" Ayo makan yang banyak, supaya kamu sehat dan pintar" kata ibunya sambil menyodorkan sepiring nasi seraya membelai rambut lelaki kecilnya itu. " iya bu" jawabnya riang. " jangan lupa berdoa dulu" kata ayahnya yang duduk bersandar dipojok tiang rumah sawah yang sederhana itu, kemudian menjulurkan tangan membelai rambit anaknya sambil melemparkan senyum.

Kenangan manis kebersamaannya dengan kedua orang tuanya telah terpahat dan tersimpan rapi dalam hatinya. Ia tidak akan perna lupa betapa enaknya masakan ibunya terutama ikan bakar dengan saos irisan tomatnya yang begitu gurih. Ia pun akan terus ingat merdunya suara ayahnya melantunkan ayat ayat Al - Qur'an, salawat dan doa - doa yang selalu dibaca dan diucapkannya disetiap kesempatan sebagai seorang imam di kampung nya. Baginya kenangan itu adalah sebuah anugrah indah yang Allah telah berikan kepadanya. Meakipun ayah ibunya telah tiada namun mereka akan selalu ada dan hidup dalam sanubarinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ayah dan ibu, tak kan pernah hilang dari diri kita, meski trlah tiada. Karena darah keduanya terus mengalir dalam setiap sel tubuh kita. Masih bagian satu, ya Bunda ? Ditunggu kelanjutannya. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, Bunda.

08 Jan
Balas

Iya bunda, ayah ibu adalah malaikat yang dikirim Tuhan kepada kita anak anaknya. Trimakasih bunda..salam sehat dan sukses juga dari makassar

08 Jan

Tulisan yang menyentuh hati. Bucarakan tentang orang tua yang tiada, memang selalu bawa baper yah Bund. Ups tapi kenapa judul "Ayah", padahal ceritanya ayah ibu, maaf yah Bund. Sukses selalu dan barakallah

08 Jan
Balas

He he...sebab laki2 kecil itu adalah almarhum ayahku ayahku bunda...

08 Jan



search

New Post