Rubiyati

Rubiyati anak seorang petani dari daerah Gunung Kidul Yogyakarta, menjadi seorang pendidik tahun 1992 dan bergabung menjadi anggota MediaGuru tahun2019. Ingin b...

Selengkapnya
Navigasi Web
Umroh

Umroh

Tantangan Hari ke-90

# Tantangan Gurusiana

Umroh

Hari yang ke-90 di tantangan Gurusiana saya masih menuliskan “Bapak”. Melanjutkan yang kemarin, hasil pertanian yang dikumpulkan kemudian dibelikan sapi akhirnya dijual. Hasil penjualan sebagian dibelikan sapi yang masih kecil dalam bahasa jawanya (Pedhet) dan sebagian yang lain untuk mendaftarkan umroh. Untuk kekurangan biaya pendaftaran dan keperluan lain-lainnya anak-anaknya yang mencukupi. “Bapak” orangnya tegas dan mandiri jadi segala sesuatu ingin dibiayai sendiri tidak mau merepotkan anak cucunya.

Selang tiga bulan, ada panggilan dari pihak panitia untuk melaksanakan manaseh. Tepatnya tanggal 22 Januari sampai 1 Februari 2015 “Bapak” bisa melaksanakan ibadah umroh. Kalau dipandang dari segi sosial ekonomi “Bapak” termasuk keluarga yang kurang mampu. Akan tetapi karena keinginan yang kuat dan semangat kerja yang tinggi, akhirnya keinginan “Bapak” terwujud. Memang banyak tetangga yang bertanya-tanya, “Dapat uang dari mana ya?, Kok bisa umroh”. Mereka beranggapan bahwa anak - anaknya yang membiayai sehingga bisa umroh.

Biarlah apa kata mereka, saya sih paham sifat dan kemauan “Bapak”, apa yang beliau inginkan harus bisa terlaksana, ini untuk kebaikan tentunya. Sepeninggalan “Simbok” kurang lebih lima tahun bisa mengumpulkan uang untuk ke Tanah Suci, dimana semua umat muslim ingin pergi kesana. Satu kejadian yang aneh yang diceritakan adik saya adalah pada waktu “Bapak” pulang dari umroh. Selama di tanah suci “Bapak” tidak pernah mencuci bajunya, setelah dipakai langsung dilipat dan dimasukkan ke dalam koper sampai pulang. Sesampai di rumah adik saya membongkar koper mau mencuci baju “Bapak”. Setelah baju-baju kotor dimasukkan ke dalam ember adik mencium bau yang belum pernah menemukan baunya, “ Bau wangi yang luar biasa” adik tidak langsung mencuci tetapi langsung memanggil “Bapak” dan yang lainya. Adik tanya pada “Bapak”, “Pak di tanah suci pakai minyak wangi?”, “ Bapak menjawab tidak” karena memang seumur-umur “Bapak” tidak pernah pakai minyak wangi.

Peristiwa itu saya juga mendapat kabar, kalau pakai nalar pakaian yang sudah dipakai dan disimpan di dalam koper seharusnya berbau tidak enak, ini kok lain. Semoga saja Allah menerima ibadah “Bapak”, dan “Bapak” semakin istikhomah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Saya yakin ini bukan rekayasa “Bapak” maupun adik saya, akan tetapi sebuah kebetulan yang wajib kami syukuri sekeluarga. Semoga “Bapak” selalu diberikan kesehatan tetap Islam dan iman dan bisa menunggui anak, cucu dan cicitnya. Amin. Sampai disisni dulu kisah tentang “Bapak” saya sebenarnya masih banyak yang akan saya tulis semoga saya bisa melanjutkan.

Senin, 14 April 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post