TBM (TAMAN BACAAN MASYARAKAT)
TBM atau kepanjangan dari Taman Bacaan Masyarakat adalah suatu tempat rekreasi edukatif yang menyajikan informasi – informasi ditengah masyarakat. Definisi TBM menurut Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2012 adalah lembaga pembudayaan kegemaran membaca masyarakat yang menyediakan dan memberikan layanan di bidang bahan bacaan, berupa: buku, majalah, tabloid, koran, komik, dan bahan multi media lain, yang dilengkapi dengan ruangan untuk membaca, diskusi, bedah buku, menulis, dan kegiatan literasi lainnya, dan didukung oleh pengelola yang berperan sebagai motivator. Berbeda dengan perpustakaan menurut UU No.43 tahun 2007, Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak,dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Jadi menurut pemahaman saya perbedaan TBM dan Perpustakaan ada pada tempat dan pengelola. Pada TBM tempat bisa mobile artinya TBM yang ”marani” pembaca sedangkan Perpustakaan cenderung statis. Pada pengelola di TBM sebagai motivator penggerak di lingkungannya, sedangkan pada Perpustakaan pengelola sebagai pustakawan. Saya disini tidak mempermasalahkan dan tidak membahas perbedaan itu. Karena kedua lembaga/organisasi ini sama – sama bergerak di bidang literasi. Sama – sama mencerdaskan kehidupan bangsa. Menariknya pada tahun 2016 lalu, TBM dan Perpustakaan desa muncul pada salah satu indikator Indeks Desa Membangun pada Permendes nomor 2 tahun 2016 tentang Indeks Desa Membangun (IDM). Hal ini merupakan angin segar bagi pengelola TBM. Dikarenakan lembaga TBM adalah Lembaga mandiri yang dibiayai oleh pengelola nya. Istilah di dunia per-TBM-an adalah PLT. Pengelola Lillahi Ta’ala. Jadi TBM bisa mengajukan pembiayaan operasionalnya dari Dana Desa setempat.
Banyak kegiatan penggalangan dana di TBM yang bisa dilakukan. Contohnya seperti di Kabupaten Tulungagung. Di sana terdapat salah satu pengelola TBM yang cukup kreatif bagi saya. Namanya Dwi Hatmanto. Pengelola TBM Cerah Masa Depan yang disingkat Cemade. Kegiatan fund raising atau penggalangan dana pada TBM Cemade adalah penjualan APE (alat permainan edukatif), jualan es keliling dengan meminjamkan buku, les – les privat, dan lain – lain. Meski tidak mengesampingkan TBM – TBM kreatif yang lainnya. Selain itu kegiatan- kegiatan reguler yang bisa dilakukan TBM adalah peminjaman buku, bedah buku, pelatihan menulis, lomba – lomba literasi, safari literasi, dan lain sebagainya. Omong – omong soal literasi, apa sih artinya literasi itu. Liter = ukuran volume, asi = air susu ibu. Te-tot salah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Atau sesuatu yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Namun beredar di masyarakat luas literasi diartikan sebagai gerakan masyarakat membaca dan menulis. Dari sini muncul pertanyaan mengapa membaca dan menulis menjadi satu paket bagian yang tidak dapat dipisahkan. Mengutip dari pernyataan Mantan Ketua Forum TBM Indonesia Bapak Heri Hendrayana Harris atau dikenal dengan GolAGong pada saat diklat peningkatan kapasitas TBM di Surabaya beberapa tahun yang lalu bahwa, “Menulis adalah membaca dua kali”. Inilah menurut hemat saya membaca versi 2.0. hehehe. Jika membaca versi 1.0 (1G) adalah membaca secara konvensional maka, menulis merupakan membaca versi 2.0 (2G, kayak telepon seluler saja hehe). Membaca sekali saja banyak manfaatnya apalagi membaca dua kali. Itulah sebabnya kita sekarang harus meningkatkan gerakan literasi kita. Semula dari versi 1.0 ke versi 2.0. meningkatkan gerakan dari membaca ke menulis. Ya, salah satunya program menulis seperti yang di gagas oleh IGI atau Media Guru melalui “SAGUSABU” nya.
Saya mengikuti kelas menulis di Batu. Banyak pelajaran yang saya dapat. Khususnya dari Pimred Media Guru Bpk. Eko Prasetyo dan Bpk. Slamet Teacher Writer. Tak lupa dukungan semangatnya dari CEO Media Guru Bpk. Mohammad Ihsan yang menggebu – gebu. Alhasil sepulang dari Batu saya telah “nekad” menulis 2 artikel dan memberanikan diri memajangnya di gurusiana.id. Astaghfirullah. Hehehe. Dengan ini saya mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak – pihak yang telah berperan di Kelas Menulis Batu. Bravo. Sebelum saya akhiri saya akan mengutip pernyataan dari D. Zawawi Imron yang disampaikam pada seminar literasi di RS Jember Klinik bahwa, “dengan membaca kita akan berkesusasteraan, dengan berkesusasteraan kita akan menjadi berbudaya”. Marilah kita gencarkan gerakan literasi agar masyarakat menjadi lebih berbudaya. Entah dengan kegiatan membaca salah satunya melalui TBM. Ataukah dengan menulis salah satunya melalui “SAGUSABU” nya. Wassalam.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar