Aku mempunyai kepribadian introvert. Sampai aku kuliah, teman dekatku bisa dihitung dengan jari. Sebenarnya bukan masalah besar bagiku, satu atau dua teman dekat, cukuplah untuk saling berbagi. Aku tidak nyaman berada di kumpulan banyak orang, apalagi yang belum kukenal dengan akrab.

Masalahku, aku sedang naksir seseorang. Walaupun adik kelas, tetapi sikapnya sangat dewasa. Tidak begitu ganteng, tetapi senyumnya manis sekali. Bukan mahasiswa yang menonjol secara akademik, tetapi sangat terkenal sebagai aktifis. Bagaimana caranya, Rara yang introvert, bisa jadian dengan aktifis kampus, mimpi kali yee.

Siang ini anak-anak satu kostku sedang ngumpul di ruang tamu. Dik Ambar sedang menawarkan jilbab dagangannya. Kebetulan aku mau pinjam kamus geologi ke Suci, teman satu kamarnya. Dik Ambar pintar banget ilmu marketingnya, dia bisa membujuk aku untuk mencoba jilbab dagangannya. Ku buka jilbab luarku, kuletakkan di kursi ruang tamu. Aku mengambil satu jilbab warna marun, dan hendak mencobanya. Tiba-tiba terdengar suara salam, kami semua menengok ke pintu, sedetik berikutnya, aku kabur masuk kamar. Terlalu gugup sampai jilbab yang kupegang, kulempar, dan jilbabku kutinggal. Sang aktifis nongol di pintu, pasti mencari dik Ellin, teman se jurusannya. Tak berapa lama, dik Ellin ke kamarku, dan bilang kalau si aktifis mencariku. Aku bengong dan bingung. Akhirnya tanganku ditariknya, aku masih sempat menyambar salah satu jilbab di gantungan belakang pintu. Dengan ragu dan malu kutemui si aktifis. Dia menatapku, “Mbak, ini jilbabnya ketinggalan, buru-buru lari sih.” Tangannya terulur, dan senyumnya mengembang, “Alamaaaaaak, manisnya.”