Tenaga Medis bukan Garda Terdepan?
Tenaga Medis bukan Garda Terdepan?
Oleh : Rozilawaty, S.Pd
PSBB sudah berakhir, saat ini kita memasuki era New Normal atau Kenormalan Baru yang diartikan Tatanan Baru untuk beradaptasi dengan Covid-19. Dilansir dari tirto.id (28/05/2020) menurut Achmad Yurianto dalam keterangannya di Graha BNPB adalah “Sekarang satu-satunya cara yang kita lakukan bukan dengan menyerah tidak melakukan apapun, melainkan kita harus jaga produktivitas kita agar dalam situasi seperti ini kita produktif namun aman dari Covid-19, sehingga diperlukan tatanan yang baru.”
Di era tatanan baru ini untuk memastikan masyarakat yang beraktivitas kembali, namun tetap aman dari Covid -19.dalam realisasinya pemerintah telah bersinergi dengan pihak terkait termasuk tokoh masyarakat, para pakar untuk merumuskan Protokol kesehatan atau SOP.
Sebelumnya kita mendengar bahwa tenaga kesehatan sebagai garda terdepan sekarang justru perannya sebagai benteng garis pertahanan terakhir.Malah masyarakatlah yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam penanganan pandemi ini. Dengan cara menjaga diri sendiri, jika merasakan kondisi lemah, timbul gejala batuk, tubuh panas, setidaknya cepatlah memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Sebaiknya mengisolasi diri sendiri jika merasakan gejala seperti di atas. Sebelum kita tahu hasil dari Rapid test atau swab bisa saja kemungkinan kita sebagai OTG (Orang Tanpa Gejala). Banyaknya masyarakat yang belum paham dan juga tidak dapat menahan diri untuk tetap di rumah saja jika tidak ada kebutuhan yang mendesak mengakibatkan penyebaran Covid -19 semakin meluas. Di suasana tatanan baru bukan berarti kita serta merta mengabaikan aturan Protokol Kesehatan. Kitalah yang menjaga diri kita dan sedapat mungkin meminimalisir kokohnya rantai virus Corona ini. Era tatanan baru bertujuan memulihkan ekonomi yang sempat terhenti saat PSBB. Begitu juga dunia pendidikan yang bersiap memulai belajar lagi di sekolah dengan memperhatikan SOP protokol Kesehatan tentunya perlu pertimbangan yang matang.
Tergelitik dengan curhatan seorang dokter berasal dari Singapura dari laman detikHealth, Selasa ( 07 Apr 2020 20:02 WIB) "Kami (tenaga medis) bukan garda depan dalam pertarungan ini. Kami sebagai tenaga medis berdiri di barisan belakang. Kami adalah garis pertahanan terakhir dan kami selalu berharap pertarungannya tidak sampai ke kami," kata Michelle.
"Garda terdepan dalam penanganan wabah ini adalah kalian, seluruh lapisan masyarakat dengan tugasnya untuk menjaga agar kita semua terjaga dari pandemi ini," lanjutnya
Intinya dokter tidak menjadi garda terdepan tapi sebagai benteng terakhir. Justru masyarakatlah yang menjadi garda terdepan. Masyarakatlah yang seharusnya menjadi pemutus rantai penyebaran virus corona ini. Jangan egois.
Dari pemberitaan dikatakan ada 161 tim medis di Jakarta yang terpapar corona, meninggal bertambah satu. Dokter di Surabaya ada 4 orang yang meninggal, dan masih banyak lagi di tempat lainnya. Sangat miris dan sangat disayangkan butuh waktu puluhan tahun untuk mendapatkan dokter yang ahli.
Hendaknya pembuat kebijakan dan masyarakat memiliki strategi mencari di permukaan kejadian ini dari bawah dengan monitoring. Harus ada aturan yang lebih tegas dan harus mikir jika melanggar. Kita berusaha bagaimana caranya agar era tatanan baru ini lebih berdamai dengan Covid-19, seperti ujaran Jokowi. Semua elemen jangan lupa berdoa dan juga lebih mawas diri. Permasalahan ini bukan hanya di negara kita tapi mendunia, kita tetap berusaha memperhatikan aturan Protokol Kesehatan sambil menunggu vaksin Covid -19 ini ditemukan.
#TantanganGurusianaHariKe-61
Pangkalpinang, 09062020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sulit menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk diam di rumah
Iya Bun. Terima kasih kunjungannya
Ada sebagian masyarakat mendapat info yang salah dan sosialisasi krg maksimal sehingga yang terjadi seperti saat ini
Terima kasih Bun atas kunjungannya
Susah merubah kebiasaan yang menganggap masa bodoh terhadap sesuatu...tinggal kembali Pd diri masing masing...jaga kesehatan dan kebersihan diri dan keluarga saja...biasanya usaha menunjukkan hasil Buk Rozy...keren tulisannya
Terima kasih Bun.. Barokallah
kesadaran orang yang belum mau menjalaninya. mantap bu
Trims Bun juga udah mampir
PSBB bu bu..bukan PSPB he..he., ntar dikira penerimaan murid baru he..he., ..situasi sdh seperti ini..nyerah deh bu..
Hehe. Maaf udah larut jadi salah ketik deh.. Terima kasih sdh diingatkan.. Salam
no problem,,he..he..
New normak.. Kita, semualah garda terdepannya. Be careful. Salam.
Terima kasih Bun kunjungannya.. Be careful too
setuju bu, jika korban covid-19 tidak bertambah, para medis juga tak akan sibuk. Tapi masyarakat kita yang selalu berpikir masa bodoh, akhirnya membuat angka PDP terus bertambah, salam literasi
Terima kasih sdh berkunjung. Salam literasi
Kalau semua disiplin semua aman, termasuk disiplin dalam aturan..hee
Betul.. Trims Bu Era
Betul.. Trims Bu Era
Betul.. Trims Bu Era
Betul bu harus mendisiplinkan diri
Terima kasih
Benar, kita sendiri yang harus membentengi diri.
Tentu Bu trims
Bergotong royong melawan covid di new normal.
Tentu Trims
Bagus ulasannya bu...
Trims Bu
kuncinya disiplin agar pandemi berlalu
Oke trims
Mantap Bu salam kangen
Trims kunjungannya.. Salam. Kangen jg