Ada rasa sesak dalam hati ketika masuk kelas pagi ini. Rasa kehilangan sosok siswa yang kreatif. Siswa yang selama ini saya andalkan sebagai siswa yang mau belajar dan selalu bersungguh sungguh.. Siswa yang selalu siap membantu kami dalam hal apapun.

Aziz....ya nama siswa tersebut Aziz. Aziz anak yang pemalu dan suka sendiri. Beberapa kali masuk kelas Aziz, sering kulihat Aziz memilih duduk sendiri. Kalaupun akan berdua, Aziz akan lebih senang dekat dengan jendela. Sosok Aziz yag pemalu ini kadang dimanfaatkan kawan kawan di kelas untuk dijadikan bahan cadaan.

Suatu hari Aziz pernah curhat, katanya motivasinya masuk sekolah ini karena ingin jadi seorang ustadz. Dia ingin mendalami ilmu agama dan semoga berhasil nanti kuliah di Mesir. Besar sekali cita-citamu ...

Namun awal masuk semester 2, cita-cita itu tersingkir. Ada cita-cita lain yang menarik hati dan perasaan Aziz. Aziz mulai limbung. Keteguhan hatinya goyah sudah. Aziz tak mau jadi ustad lagi. Aziz mau jadi programmer saja, katanya.Dan cita- cita itu harus dikejarnya sekarang juga.

Sebagai wali kelasnya, sudah berbagai macam cara dan bujukan disampaikan supaya Aziz mau kembali hadir di sekolah. Tapi Aziz tetap kukuh dengan keinginannya. Orang tuanya pun selalu berusaha membujuk supaya Aziz kembali ke sekolah. Hasilnya tetap nihil. Aziz tetap ingin jadi seperti cita-cita yang sekarang.

Apa mau dikata, sekeras apapun kita sebagai guru, sesedih apapun kita sebagai pendidik, tetap saja akan ada yang mau berangkat untuk menggapai cita-citanya. Selamat berjuang di tempat yang baru Ziz... semoga perjuangan kita selalu diberkahi oleh Allah Yang Maha Sempurna dan kesuksesan akan sama-sama kita raih di tempat yang kita senangi.