Tak Seindah Senja Di Purnama ( Bagian 4) Day 23
Deringan ponsel terdengar begitu kencang hingga menggangu tidur saya. Saya terjaga lalu mengangkat alat komunikasi itu. Padahal, rasanya saya baru tertidur ketika subuh tiba. Kepala masih berat dan mata rasanya enggan terbuka.
“Siapa ini?” tanya saya masih dengan menutup mata.
“Apa? Oke, oke ... sebentar saya bukakan.” Segera saya berdiri dan menuju pintu.
Panggilan tadi berasal dari Pak Rian, entah ada urusan apa lagi sehingga laki-laki itu suka mengurus urusan orang lain. Padahal, masalah kerja sudah selesai.
“Kamu bagaimana, sih, menganggu hari libur saya saja,” ucapnya dengan wajah tak bersahabat dan sedikitpun tidak memandang ke arah saya.
Saya mengernyitkan dahi, bingung, bukankah lelaki ini yang justru menganggu tidur saya? Laki-laki aneh.
“Saya ditelepon pihak penginapan bahwa kamu telah memesan travel untuk ke Dumai.” Pak Rian menarik napas panjang lalu menatap saya dengan tajam. Saya menjadi salah tingkah, bukan karena tatapannya. Melainkan karena saya yakin penampilan saya begitu berantakan.
Saya tersadar, mulut saya terbuka setengah. Baru saya ingat, usai Pak Rian mengantar ke penginapan, saya langsung memesan travel untuk besok hari jam tujuh pagi. Saya sengaja melakukan itu, untuk memberi pelajaran kepada lelaki ini. Agar berhenti mengolok-ngolok saya. Bahwa saya bisa mengurus hidup saya sendiri. Bahwa saya adalah perempuan mandiri. Jangankan dari Pekanbaru ke Dumai, pergi sendiri ke luar pulau saja saya pernah sendiri.
Namun, usai salat Subuh tadi saya rebahan menunggu pagi, dan ternyata saya ketiduran hingga sekarang.
“Kenapa bukan saya yang ditelpon?” tanya saya heran, berusaha tidak merasa bersalah.
Dia membesarkan matanya lalu maju selangkah hingga menyisakan sedikit jarak antara kami.
“Nona Cantik, coba lihat ponsel anda, ada berapa panggilan tak terjawab. Hampir seratus kali, tapi anda tak menjawab,” jawabnya ketus.
Saya mundur beberapa langkah lalu mengambil ponsel yang terletak di atas kasur, “Astaga, kenapa sampai tak terdengar,” lirih saya lalu mengigit bibir.
“Dasar tukang tidur! Karena kamu tak bisa dihubungi, pihak penginapan menelpon saya, karena nomor saya yang disimpan di buku reservasi. Paham?”
Saya menggaruk kepala yang tak gatal lalu mencari objek untuk dilihat. Sungguh saya tak punya nyali untuk memandang kembali wajah lelaki ini.
“Jadi mobilnya mana sekarang?” Saya meletakkan ponsel dan segera membereskan beberapa barang ke dalam tas.
“Sudah saya suruh pergi!” jawabnya ringan.
“Apa?” Saya meletakkan tas kembali kemudian mendekat ke arah lelaki itu.
“Memang kamu siapa, bisa usir itu mobil. Saya mau pulang, sekarang!” Saya menjadi emosi, bagaimana dia bisa seenaknya mengusir pesanan saya. Saya melirik ke jam dinding lalu tersadar sekarang sudah pukul sembilan pagi.
Beberapa orang yang melintas di depan kamar melihat kami dengan tatapan aneh. Namun, saya tidak ambil pusing. Saya tidak mengenal mereka dan mereka tidak mengenal saya. Itu lebih dari cukup.
“Memang sopir mana yang mau nunggu hingga dua jam, Nona Tukang tidur? Bereskan barang-barangmu, saya tunggu di depan,” titahnya tanpa menunggu persetujuan saya.
Saya bergeming dengan menahan amarah yang kian membuncah. Lelaki ini sungguh telah berbuat seenaknya.
Dia menghentikan langkah lalu memutar badan, “ kecuali kalau kamu mau bayar uang sewa kamar lagi.”
Saya mendesah geram lalu segera membereskan barang-barang yang tak seberapa. Saya tak mungkin menginap lagi di sini. Saya mau pulang.
Saat melewati cermin kamar, saya baru tersadar betapa berantakannya penampilan. Dengan baju yang tak berganti, rambut acak-acakkan serta mata yang masih belekan.
Astaga. Saya bergegas ke kamar mandi, setidaknya kotoran di mata dan wajah harus tampak segar.
Saya berjanji setelah ini selesai, saya berharap tak akan bertemu lelaki ini lagi. Segera saya hapus cerita ini dan tak akan mengungkitnya kembali. Titik.
#Tantangan_gurusiana365
#Day23
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar