Rosnadeli Kartini S

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Secangkir Kopi Sejuta Rasa

Secangkir Kopi Sejuta Rasa

Pagi ini seperti biasa aku meminta Yana-istriku untuk membuatkanku secangkir kopi. Aku senang melihatnya mengaduk bubuk kopi hitam disertai asap yang mengepul menari-nari diatas cangkir.

“Kau tahu Yana, mungkin kopi memang sengaja diciptakan Tuhan agar kita tidak sendiri dalam menghadapi kepahitan,” ujarku seraya menyeruput pelan kopi yang masih panas.

Yana hanya melihatku sekilas lalu berlalu melanjutkan pekerjaan rumah yang lain, sepertinya dia akan mencuci pakaian. Kudengar aliran air mengalir dari belakang.

Yana istriku yang manis itu memang tak suka akan kopi. Sekalipun dia tak pernah meminum kopi buatannya sendiri.

“Biarlah hidup kita yang pahit Bang, asal jangan lidah,” ucapnya suatu sore saat aku tawarkan secangkir kopi.

Aku hanya tersenyum mendengar penjelasannya, bagiku aku menyukai kopi karena ia tak pernah berpura-pura manis.

Yana berjalan dengan ember penuh cucian. Aku mengikutinya dari belakang. Perempuan bertahi lalat di pipi ini, memasukkan satu demi satu pakaian ke dalam mesin cuci. Lalu memutar tombol agar mesin berputar menggiling pakaian-pakaian itu.

Mesin cuci itu adalah hadiah termahal yang pernah kuberikan kepada Yana. Itupun dengan memotong gaji setiap bulan yang kudapatkan dari kedai kopi tempat aku bekerja. Aku masih ingat binar matanya yang indah seolah tak percaya. Berkali-kali ia mengucapkan terima kasih lalu mencium punggung tanganku dengan takzim. Aku jadi malu dibuatnya. Sebagai suami aku belum bisa memberikan yang terbaik buat dia dan Alfa-buah hati kami.

“Abang tak pergi kerja.” Suara Yana membuyarkan lamunanku. Aku yang masih berdiri menatap mesin cuci yang berputar segera membalikkan badan untuk bersiap-siap mengais rezeki.

Aku sudah tak bekerja lagi dikedai kopi Wak Atan. Kedai kopi itu sudah tutup. Katanya karena virus corona yang tengah melanda dunia. Padahal aku dan kopi bagai pinang dibelah dua. Tak bisa dibedakan. Aku hitamnya sementara kopi pahitnya.

“Maafkan Wak, Leman. Sepertinya untuk sementara kedai kopi yang kita cintai ini harus ditutup. Kau dan Kardi juga harus Wak rumahkan,” jelasnya beberapa bulan yang lalu saat aku dan Kardi dipanggilnya secara pribadi.

“Wak juga tak tahu sampai kapan. Tapi, nanti kalau semua sudah berlalu kita akan berkumpul lagi. Ingat motto kedai kita, kopi itu mengingatkan kita bahwa kehidupan tak selamanya manis.” Wak Atan melihat kami satu persatu bergantian seraya memberikan amplop berisi gaji terakhir dan sebungkus kopi gayo khas kedai kami. A

Begitulah hingga sekarang aku beralih profesi menjadi tukang ojol, dengan jaket hijau dan helm hijau sebagai perlengkapan kerja.

“Abang pergi dulu, Dek!” pamitku kepada Yana sembari menghidupkan sepeda motor.

“Ya, hati-hati,” balasnya kemudian menutup pintu rumah.

Setelah seharian bertarung di jalan raya, hari ini aku pulang lebih cepat dari biasanya. Selain karena pendapatan yang lumayan juga aku ingin memberikan hadiah untuk Yana.

“Sudah pulang Bang?” tanyanya heran saat aku mengetuk daun pintu.

“Ya, Alhamdulillah hari dapat banyak. Dan abang bawa sesuatu buat kamu.” Yana celingak-celinguk melihat ke arah luar, mencari hadiah yang kukatakan.

“Ini dia!” Aku mengeluarkan kantong plastik dari jok sepeda motor.

“Ini adalah kopi mantap. Dapat mengurangi rasa sakit dan rasanya tidak pahit,” jelasku seraya memberikan serenteng kopi berbungkus merah.

“Mana ada kopi tidak pahit, Bang.” Yana mengambil bungkusan itu lalu masuk ke dalam.

“Belum coba belum tahu.”

Senja telah datang menyapa. Aku dan Yana duduk berdua menikmati secangkir kopi masing-masing. Aku dengan si hitam, dia dengan si cokelat. Sembari berbagi kisah tentang mimpi dan harapan.

#Tantangan_gurusiana365

#Day28

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Filosofi kopi luar biasa

03 Feb
Balas

Kopi memang bisa menghangatkan suasana . Salam literasi.

03 Feb
Balas

Wah, kopi memang enak. Terimakasih

07 Feb
Balas

Aku nyeruput kopi, saat nyeduh kopi buat suami..

03 Feb
Balas



search

New Post