Mimpi-Mimpi Syamsuddin
Mimpi-Mimpi Syamsuddin
Syamsudin terjaga dari tidurnya, napasnya terengah-engah dengan keringat membasahi tubuh. Ini sudah kesekian kali dia bermimpi yang sama, mimpi memancing ikan dengan seorang anak kecil di sebelahnya.
Lelaki hitam manis itu menyandarkan punggung lalu mencoba menenangkan diri dengan menarik napas berulangkali. Namun, sisa mimpi itu masih mengikuti setiap desahan napasnya.
“Sudahlah, Bang, itu hanya bunga tidur ... ,” ucap istrinya ketika melihat Syamsdin tak kembali tidur bahkan saat napasnya sudah kembali normal.
Syamsudin menggeleng. Jika sekali dua, itu bisa saja. Namun, ini sudah ke tujuh kalinya. Dia tak bisa berpaling dari rasa hangat saat lengannya memeluk tubuh sang anak. Itu seolah nyata, belum lagi permintaan dari sang anak yang berharap mendapat ikan besar.
“Akan kuberikan pada Kakek, biar kakek tahu kalau aku juga bisa,” kata sang anak penuh harap.
Jam menunjukkan pukul tiga pagi, Syamsudin berdiri lalu keluar kamar. Dia tak ingin menghapus ingatannya tentang mimpi itu ; ini harus diselesaikan.
“Apa kau lihat mata kail pancingmu, Din? Atau kau dapat ikan ketika mancing itu?.” Pertanyaan Jono-teman kantornya—menggema di langit rumah.
Syamsuddin menggeleng, dia tak mengingat perihal itu, yang dia ingat hanya anak kecil di sebelahnya.
“Atau bagaimana kondisi air di tempatmu memancing, apa airnya jernih atau keruh?” tanya Jojo tak henti. Teman Syamsudin ini terkenal dengan kepandaiannya melerai mimpi.
“Aku tak peduli dengan pancing ikan atau airnya, Jon, yang aku ingin tahu anak kecil itu. Dia seolah mengejar-ngejarku.”
Jono menatap Syamsuddin lekat lalu menarik napas.
“Itu sulit. Tapi, kau bisa coba dengan menggambarkannya, mana tahu bisa membantu” ucap Jono.
Di sinilah Syamsuddin sekarang, melukis kembali wajah sang anak dengan sisa ingatan yang masih ada. Kertas-kertas berserakan seiring ujung pena Syamsuddin menerka siapa anak di dalam mimpinya. Keinginan itu begitu kuat, sekuat saat dia berharap bapaknya mengakui kalau dia bukanlah anak pembawa sial.
Syamsuddin beristirahat sejenak, kemudian pergi ke kamar mandi untuk membuang hajat.
Saat dia kembali ke meja, lelaki itu melihat istrinya tengah memerhatikan kertas yang digambarnya.
“Apa kau tengah menggambar wajahmu sendiri, Bang?”
Syamsuddin menatap istrinya lalu tertegun cukup lama.
Dumai, 24 Januari 2022
#Tantangan_gurusiana365
#Day17
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap