Rosmalinda Ika Kesumawaty Br. Kemba

profile diri. Lahir ke bumi 6 Desember 1972, Pernah belajar di USU, UMB dan UNIMED. 1994 mulai mendapat amanah jadi ASN. Setelah 24 tahun mengabdi di SMAN 17 M...

Selengkapnya
Navigasi Web
Coaching Model TIRTA

Coaching Model TIRTA

Coaching Model TIRTA

#Tagur H-16

Saya harus jujur mengatakan kalau baru mengenal istilah coaching saat mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. Istilah baru ini menjadi tantangan tersendiri untuk lebih memahami setiap pembelajaran di modul. Dalam pembelajaran di sekolah sepertinya lebih mengenal istilah konseling dan memang pendekatan ini yang sering dilakukan.

Secara khusus ada guru bimbingan konseling dan belum pernah ada guru coaching di sekolah. Sejatinya guru konseling membidangi penjurusan minat dan bakat anak. Tetapi yang saya perhatikan disekolah, seorang guru konseling lebih sibuk mengurusi anak-anak yang bermasalah. Hampir tidak pernah guru konseling mengurus murid-murid yang berbakat karena waktu nya terkuras habis menyelesaikan permasalahan murid-murid.

Konseling sangat berbeda dengan coaching. Saat konseling, konselor membantu menyelesaikan masalah konseli, namun saat coaching berlangsung coach akan menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan yang dikehendaki.

Ada beberapa definisi coaching yang dikemukakan pakar dalam modul 2.3 pendidikan guru penggerak. proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999.) Dalam Whitmore,2003 dinyatakan bahwa coaching adalah kunci pembuka potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya. Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya.

International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:

“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”

Selama proses Coaching berlangsung, coache bertindak sebagai mitra yang setara mengarahkan coache untuk menemukan sendiri solusi dari permasalahan yang dihadapi. Coach berusaha menuntun coache untuk menemukan sendiri potensinya.

Proses coaching dengan model TIRTA merupakan coaching sistem among dimana dengan kemitraan yang setara coache menghormati setiap apa yang dikomunikasikan, memberikan tanggapan positif dari apa yang disampaikan. Coach memahami tujuan coaching. Apresiasi yang diberikan coache merupakan nilai yang terkandung dalam mewujudkan komunikasi yang memberdayakan.

Proses coaching dilakukan sebagai pendampingan bagi coachee dalam menemukan solusi dan menggali potensi yang ada dalam diri, yang kemudian dituangkan dalam sebuah tindakan sebagai bentuk tanggung jawab (TIRTA). Melalui pertanyaan terbuka dan reflektif coach mengarahkan coache mengidentifikasi permasalahan serta pengambilan keputusan secara mandiri. Coach memberikan pertanyaan-pertanyaan untuk mengarahkan coachee dalam mengambil komitmen.

Dalam proses coaching, seorang coach menuntun agar coachee dapat menggali, memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru atas situasi yang sedang dihadapi. Proses coaching menekankan pada proses inkuiri yaitu kekuatan pertanyaan atau proses bertanya yg muncul dalam dialog saat coaching. Pertanyaan efektif mengaktifkan kemampuan berpikir reflektif para murid dan keterampilan bertanya mereka dalam pencarian makna dan jawaban atas situasi atau fenomena yang mereka hadapi dan jalani.

Tidak mudah untuk menjadi seorang coache, perlu latihan agar memiliki kompetensi dalam proses coaching.Seorang coach harus terampil dan memiliki dasar proses coaching. Coaching dapat berjalan dengan baik jika coache memiliki kepercayaan dan hubungan yang baik pada coache. Dengan demikian akan terbangun komunikasi yang memberdayakan dan coach mempu memfasilitasi dengan pertanyaan-pertanyaa yang efektif dan memberikan umpan balik yang positif.

Seorang coach menjadi pendengar yang baik dan mampu memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang menggali potensi coachee. Bukan coach yang menyelesaikan masalah tetapi coachee bisa mandiri menyelesaikan masalahnya karena potensi dirinya telah berhasil dibangunkan coach.

Oleh : Rosmalinda Ika Kesumawaty Br.Kembaren, M.Pd

#GuruPenggerak

#GuruPenggerakMenulis

#AksiNyataAgenPerubahan

#Salamliterasi

Riviera, Rumah Literasi, 020222

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post