Terima Kasih Cinta, Impianku Terwujud

Waktu cepat berlalu tapi kenangan itu terasa baru kemarin terjadi. Berjalan-jalan di Malioboro bersamamu, menikmati gelato 1 cup berdua, melihat andong berjejer dipinggir jalan, dan melihat hiruk-pikuk kota Yogyakarta. Irama musik Jawa yang diperdengarkan sepanjang jalan dan kentalnya budaya membuat kami terikut suasana. Atraksi yang disajikan di koridor membuat para penonton menikmatinya.

"Sayang, terima kasih ya." Seruku dalam perjalanan santai kami.

"Terima kasih untuk apa?" Suamiku balik bertanya.

"Terima kasih sudah mewujudkan impianku menginjakkan kaki pertama kali di tanah Jawa ini yaitu kota Yogyakarta."

Suamiku tersenyum bahagia, tampak sekali dari wajahnya bangga telah mampu mewujudkan keinginanku.

Ditariknya jemariku dan dicium punggung tanganku sambil berkata: "Sama-sama, sayang. Nikmatilah kota Jogja ini."

Kota Yogyakarta adalah impianku dari dulu yang rasanya sulit untuk dikunjungi. Kesempatan ingin kuliah ke Jogja sirna karena tidak dapat persetujuan dari ibunda. Alasan di Jogja tidak ada saudara. Beasiswa yang kudapatkan dibiarkan hangus begitu saja bersama impianku.

Harapan itu muncul lagi setelah bersuami. Setiap kali ada berita tentang Jogja, selalu kuutarakan padanya keinginan ke sana. Ia hanya bilang pasti ada waktu untuk ke sana. Berjalannya waktu harapan itu hanya jadi mimpi saja. Dan aku sudah tidak begitu memikirkannya lagi. Karena saat libur datang, perginya malah ke tempat lain. Tempat yang mudah dijangkau dengan biaya sesuai isi dompet.

Ketika pasport masa berlakunya sudah habis, diperpanjang selalu tidak dapat nomor antrian, dan wisata yang mudah dijangkau sudah dijelajahi semua, Allah mengabulkan impianku. Dengan tiba-tiba suami mengajak ke Jogja. Mimpiku jadi nyata. Terima kasih sayang.

Bumi Berazam, 3 Muharam 1445 H/ 21 Juli 2023