MUDAHNYA MENULIS PANTUN
#TantanganGurusianan Hari Ke-15
Dahulu masyarakat Melayu menjadikan pantun sebagai bahasa komunikasi yang sangat penting. Mereka menggunakan pantun dalam acara pertemuan, pernikahan, meminang pengantin, perceraian ataupun acara adat. Bahkan, untuk urusan berkenalan antar pemuda dan pemudipun mereka menggunakan pantun sebagai kiasan. Selain itu, pantun juga menjadi tolok ukur untuk mengukur kepandaian seseorang. Orang yang lihai dalam berpantun, berarti dia seorang yang pandai. Sebaliknya orang yang tidak pandai dalam berpantun berarti dia orang yang bodoh.
Sekarang, pantun tidak hanya menjadi milik masyarakat Melayu saja, Suku Sunda mengenalnya dengan nama wawangsalan, masyarakat Jawa mengenal pantun dengan sebutan ludruk/gandrung, di Mandailing dikenal dengan nama ende-ende, Suku Batak dan Toraja mengenal pantun dengan sebutan Umpasa dan Bolingoni, dan masih banyak daerah-daerah ataupun suku-suku lain yang mengenal pantun dengan sebutan yang berbeda-beda. Selain itu, Pantun sudah menjadi alat komunikasi yang tidak hanya digunakan dalam acara adat daerah saja, namun pada acara-acara resmipun tidak jarang pejabat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh-tokoh lainnya juga menggunakan pantun sebagai pembuka, selingan, maupun penutup dalam berkomunikasi dengan khalayak ramai. Salah satu upacara adat yang menggunakan pantun adalah adat “Palang Pintu” dari Suku Betawi. Sedangkan salah satu pejabat yang sering menggunakan pantun sebagai sarana berkomunikasi dengan masyarakat adalah Tifatul Sembiring (mantan Menkominfo).
Pantun menjadi lebih populer setelah acara-acara komedi di televisi juga menggunakannya sebagai bahan lawakan. Salah satu acara komedi yang mempopulerkan pantun adalah OVJ (Opera Van Java). Pada medio 2009 hingga 2014 grup lawak ini selalu berbalas pantun dengan menggunakan lagu “Andeca Andeci” sehingga populer dikalangan anak-anak dan remaja pada waktu itu.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan segala sesuatu tentang pantun. Pengertian, fungsi, jenis pantun, ciri-ciri pantun, dan bagaimana langkah-langkah menulis pantun. Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi masyarakat luas pada umumnya.
Pengertian Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama asli Indonesia yang dikenal luas dalam bahasa-bahasa nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti “petuntun”. Pada mulanya pantun merupakan karya sastra llisan. Pantun diucapkan dari mulut ke mulut karena zaman dahulu masyarakat masih belum mengenal tulisan. Seiring perkembangan zaman di mana masyarakat mulai mengenal tulisan akhirnya masyarakat menulis pantun.
Pantun ditulis untuk menyampaikan gagasan, pikiran, ataupun perasaan penulisnya kepada seseorang ataupun kepada khalayak ramai. Misalkan, seorang guru yang ingin menyindir muridnya karena datang terlambat, seorang Ayah yang sedang menasehati anaknya, seorang pemuda yang ingin berkenalan dengan kenalan barunya, dll.
Fungsi Pantun
Ada beberapa fungsi pantun, antara lain:
1. Sebagai pengantar atau bahasa pergaulan.
2. Ungkapan perasaan untuk menghibur seseorang
3. Sebagai alat pemelihara bahasa, penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berpikir.
4. Melatih seseorang berfikir makna kata sebelum berbicara
5. Berbalas pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata.
6. Secara sosial memiliki fungsi pergaulan yang kuat hingga sekarang, tidak hanya digunakan pada acara tidak resmi tetapi juga pada acara resmi.
Jenis Pantun dan contohnya
Jenis pantun terdiri dari dua, yaitu berdasarkan bentuknya dan juga berdasarkan isi. Berdasarkan bentuknya, pantun dibedakan atas:
a. Pantun Kilat/Karmina
Karmina disebut juga pantun kilat. Karmina terdiri dari dua larik. Larik pertama merupakan sampiran dan larik kedua merupakan isi. Dalam bahasa Jawa karmina dinamakan parikan.
Contoh karmina:
Sudah gaharu, cendana pula.
Sudah tahu, bertanya pula.
Piring tak retak, nasi tak dingin.
Tuan tak hendak, kami tak ingin.
b. Pantun Biasa
Pantun biasa adalah pantun yang terdiri dari 4 baris. Pantun inilah yang lazim digunakan oleh masyarakat umum.
Contoh pantun biasa:
Jalan-jalan ke Kota Blitar,
Mampir sebentar di rumah Bekti.
Kalau adik memang pintar,
Hewan apa tanduk di kaki.
Lurus jalannya ke Tanjung Sani,
Berkelok tentang ladang lada.
Jauh bedanya nasibku ini,
Dengan anak orang berada.
c. Talibun
Talibun merupakan pantun yang mempunyai jumlah larik lebih dari empat baris tetapi genap, misalnya enam, delapan, sepuluh, atau dua belas. Talibun juga mempunyai sampiran dan isi. Jika terdiri dari enam larik, larik pertama sampai larik ketiga merupakan sampiran, dan larik keempat sampai dengan enam merupakan isi. Jika talibun terdiri dari delapan larik, larik pertama sampai keempat merupakan sampiran, sedangkan larik kelima sampai delapan merupakan isi. Perhatikan contoh talibun enam larik di bawah ini!
Bukan hamba takutkan mandi,
Takut hamba berbasah-basah,
Mandi di lubuk pariangan,
Bukan hamba takutkan mati,
Takut hamba kan patah-patah,
Pada proses bertunangan.
Sedangkan berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi:
a. Pantun suka cita
Dibawa itik pulang petang,
dapat di rumput padang hijau.
Hati siapa takkan riang,
ibu bawa pisang kesenganganku.
b. Pantun berduka cita
Lambat nian si kura-kura,
tak secepat terbangnya elang.
Hati sedih tiada terkira,
kakek nenek tak jadi datang.
c. Pantun berkenalan
Jika kenyang karena makan,
janganlah lupa akan minumnya.
Bolehlah abang datang berkenalan,
dinda cantik siapa namanya.
d. Pantun berkasih-kasihan
Udang galah dijala di tambak,
burung dara membuat sarang.
Makan tak enak tidur tak nyenyak,
hanya teringat abang seorang.
e. Pantun perpisahan
Dari Jakarta menuju Medan,
dari Toba menginat di Brastagi.
Banyak ucap tak sesuai kelakuan,
Aku sudah tak percaya lagi.
f. Pantun beriba hati
Tanam melati pada pot bunga,
disiram bunga setiap petang.
Sehidup semati kita bersama,
maukah dinda maafkan abang.
g. Pantun agama
Minum susu dipagi hari,
tambah nikmat tambah cokelat.
Pandai-pandai membawa diri,
siapa tahu kiamat sudah dekat.
h. Pantun nasihat
Jalan-jalan ke Semarang,
bawa bandeng tanpa duri.
Belajar mulai dari sekarang,
untuk hidup dikemudian hari.
i. Pantun adat istiadat
Lebat daun bunga tanjung,
berbau harum bunga cempaka.
Adat dijaga pusaka dijunjung,
baru terpelihara adat pusaka.
Dari uraian jenis-jenis pantun beserta contohnya di atas, dapat kita simpulkan ciri-ciri pantun sebagai berikut:
1. Satu bait pantun terdiri dari 4 baris.
2. Memiliki rima a-a-a-a, a-b-a-b, a-b-b-a
3. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran.
4. Baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Satu baris terdiri 8-12 suku kata
Menulis Pantun
Jika kita mengetahui langkah-langkah menulis pantun, maka membuat pantun bukanlah menjadi suatu pekerjaan yang sulit. Bahkan menulis pantun merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan. Berikut ini langkah-langkah dalam menulis pantun:
a. Menentukan terlebih dahulu tema pantun.
Tema adalah pokok pikiran yang menjadi dasar mengarang, menggubah sajak, dan sebagainya. Tema pantun dapat berupa perasaan hati atau pengalaman pribadi.
Contoh: Rajin Belajar
b. Menentukan jenis pantun.
Hal ini harus dilakukan supaya pantun yang kita buat tepat sasaran, artinya kepada siapa pantun ini kita tujukan.
Contoh: Pantun Nasihat
c. Menulis terlebih dahulu isi pantun, yaitu baris ketiga dan keempat.
Jenis pantun maupun tema pantun dapat dilihat dari isi pantun (baris ketiga dan keempat) karena itulah sebelum membuat sampiran terlebih dahulu kita harus membuat isi.
Contoh:
Jikalau kamu ingin pandai,
Setiap hari harus rajin belajar.
d. Menulis sampiran, yaitu baris pertama dan kedua.
Sampiran merupakan baris pertama dan kedua pantun. Dalam menulis sampiran jangan lupa untuk mencari kata yang bunyi akhirnya sama dengan bunyi akhir pada baris ketiga dan keempat. Selain itu baris pertama dan kedua pada sampiran harus berhubungan. Fungsi sampiran adalah untuk menarik orang supaya membaca pantun. Oleh karena itu gunakan kalimat semenarik mungkin untuk menulis sampiran.
Contoh:
Tinggi nian lompat si tupai,
mendarat mulus di bidang datar.
e. Menggabungkan isi dan sampiran pantun menjadi sebuah pantun.
Langkah berikutnya dalam membuat pantun adalah menggabungkan sampiran dan isi yang telah ditulis, jangan lupa untuk meletakkan sampiran di atas isi.
Contoh:
Tinggi nian lompat si tupai,
mendarat mulus di bidang datar.
Jikalau kamu ingin pandai,
Setiap hari harus rajin belajar.
Dan langkah paling akhir adalah mengecek pantun apakah sudah berima a-b-a-b? Apakah baris pertama dan kedua saling berhubungan? Apakah setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata? Jika sudah sesuai dengan ciri-ciri pantun berarti kita telah berhasil membuat pantun.
SSELAMAT MENCOBA!!
Wringinagung, 04 Februari 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hari Rabu.. jadwal futsal. ..jadi tahu. hingga kenal. ..Oke ..salam kenal.
Keren pantun kilatnya pak.. Salam kenal....
Terimakasih ilmunya pak.Ijin share ya pak
Cakep
He.. He..
Keren, Pak. Salam literasi.
Mantapppp